Hekal mengalami sebuah kecelakaan kecil saat dalam perjalanan pulang setelah menarik ojek. Apes, motornya bertabrakan dengan sebuah mobil yang dikendarai oleh Olive, gadis cantik berambut pendek dan berpostur proporsional. Malam hari, gelap dan gerimis, pertengkaran pun tercipta antara mereka berdua. Hekal menuduh Olive yang bersalah karena berbelok tanpa menyalakan lampu sein. Sementara Olive menuduh Hekal-lah yang bersalah karena tidak mengindahkan prioritas jalan. Olive merasa benar dengan pendiriannya, dan demikian pula Hekal. Pertengkaran semakin sengit. Mereka berdua saling gugat dan saling menuntut ganti kerugian. “Sudah, sudah, jangan ribut di sini kalian,” kata seseorang berusaha menengahi. “Panggil polisi saja.” “Cocok! Aku setuju!” Hekal mengambil ponselnya dari saku celana, bermaksud untuk menelepon polisi. “Kalau kamu mau menelepon polisi, silahkan!” Sahut Olive. “Akulah polisi itu!” **** Apakah masalah selesai sampai di situ? Ternyata, tidak. Kesepakatan damai antara mereka berdua justru melahirkan masalah yang baru, yaitu; KTP mereka tertukar! Hingga selanjutnya, Olive mencari Hekal dan Hekal mencari Olive. Siapa sangka, bermula dari sinilah akan terbentang kisah yang amat panjang dan menyentuh hati antara mereka berdua, kisah cinta antara driver ojek dan seorang Polwan. ****
View MoreBab 1: Insiden
Ciiitt..!
Braakk..!
Hekal terjatuh bersama dengan motornya. Tubuh driver ojek online ini berguling dua kali di aspal sebelum kemudian berhenti dengan posisi terlentang. Ia melihat ke atas, gelap, malam hari menghadirkan gerimis, dan beberapa tetesnya membasahi wajah Hekal.
Sadar, Hekal tetap sadar. Maka cepat ia bangkit, berjalan ke arah motornya dan mendirikan motor itu untuk ia dorong ke tepi jalan.
“Sial!” Umpat Hekal dalam hati.
Apes sekali memang driver ojek ini. Sebuah mobil sedan yang keluar mendadak dari sebuah persimpangan telah menabrak dirinya.
Mobil sedan masih berhenti di tengah persimpangan, lampu hazardnya menyala, kuning berkedip-kedip kanan dan kiri. Disusul kemudian dengan keluarnya sang pengemudi, yang rupanya seorang wanita cantik berambut pendek dan berpostur proporsional.
“Kamu tidak apa-apa?” Tanya si wanita pengemudi dengan raut yang cemas.
“Tidak, Kak,” jawab Hekal dengan wajah yang memerah karena menahan amarah.
Ketika jatuh tadi Hekal merasakan sebuah benturan di bahu dan kepalanya. Namun syukurlah, ia memakai helm dan helmnya itu dalam keadaan terkunci. Lain dari itu, ia merasakan sedikit sakit di bagian engkel kaki sebelah kiri. Tidak apa-apa. Ia baik-baik saja.
“Syukurlah kalau tidak apa-apa,” sahut si wanita sembari melepaskan nafas yang lega.
Kemudian, tanpa diduga sama sekali oleh Hekal, wanita pengemudi itu malah membentak dirinya.
“Kamu ini bagaimana sih naik motor?? Main selonong saja!”
Hekal yang sudah sampai di tepi jalan serentak menoleh. Matanya mendelik, amarahnya terlepas dan mulutnya balas menyembur.
“Kamu yang seharusnya bagaimana! Nyetir mobil tidak pakai mata!”
“Hei..!” Wanita pengemudi memekik. “Kamu yang salah, kamu pula yang marah!”
Pertama tadi Hekal menyebut dengan panggilan ‘kakak’. Sekarang, ia merasa tidak perlu ‘kakak-kakakan’ lagi. Kamu!
“Kamuu..!” Tuding Hekal persis ke arah bola mata sang wanita. “Kamu yang salah!”
“Bagaimana pula aku yang salah?? Hahh?? Jelas-jelas kamu yang..,”
“Tunggu! Tunggu dulu!” Hekal mengangkat jari telunjuknya lagi di depan wajah sang wanita.
“Kalau kamu mau ribut sama saya tentang siapa yang benar dan siapa yang salah, kamu parkirkan dulu mobil kamu, supaya tidak menghambat kendaraan yang lain!”
********
Mimpi apa Olive tadi malam sampai harus mengalami kejadian apes seperti ini? Belum lama ia memergoki pacarnya yang selingkuh, sekarang ia menabrak seorang pengendara motor yang tak tahu aturan. Driver ojek pula!
Ia menatap Hekal dengan sangat tajam, dibarengi juga dengan nafasnya yang memburu. Teringat pada pertengkarannya yang belum lama dengan Barry, mantan pacarnya itu, juga teringat pada egoisnya kebanyakan lelaki, ingin sekali Olive menampar mulut Hekal. Akan tetapi..,
Tiiiinn..! Suara klakson terdengar dari arah jalan. Cepat Olive menoleh. Ternyata ada beberapa mobil lain yang lajunya sedang terhambat oleh mobil Olive yang berhenti tepat di tengah persimpangan itu.
“Jangan kabur kamu ya!” Ancam Olive pada Hekal.
Sembari mendengus ia kembali menuju mobil dan mengendarainya menuju halaman sebuah ruko yang kosong. Hekal sudah berada di situ lebih dulu dan tampak sedang memeriksa motornya, tepat di teras toko. Rinai gerimis yang tipis tetap saja turun dari langit, dan terus ikut mewarnai pertengkaran mereka.
“Kamu ganti kerusakan mobilku!” Bentak Olive sekeluarnya dari mobil.
“Woi! Enak saja kamu ngomong!” Hekal bangkit dari jongkoknya. “Kamu yang seharusnya mengganti kerusakan motorku! Dan kamu sendiri yang harus mengganti kerusakan mobil kamu!”
“Hei..! Kamu tahu aturan tidak, sih??” Olive berkacak pinggang. “Kamu punya SIM tidak, sih??”
“Aku tahu aturan, dan aku punya SIM!” Hekal juga berkacak pinggang. “Maka sekarang jelas kan, kamu yang tidak tahu aturan, dan pasti kamu yang tidak punya SIM..!”
Dengan sedikit kasar Olive mendorong dada Hekal.
“Hei, Bro! Jangan sembarangan kamu bicara!”
“Hei, Sis!” Hekal ingin balas mendorong. Namun, sepersekian detik kemudian tangannya berhenti tepat di depan buah dada Olive. Hampir saja!
“Mulut kamu itu jangan sembarangan kalau ngomong!” Balas Hekal tak kalah sengit.
Olive semakin kesal saja. Emosinya sudah menyundul langit barangkali. Tangannya pun kini terangkat untuk menuding-nuding wajah Hekal.
“Egois sekali kamu di jalan umum, Bro! Kamu lihat tadi kan, dari jauh aku sudah memberi kode! Aku sudah menyalakan lampu dim beberapa kali! Kamu lihat itu, kan??”
Hekal pun semakin kesal saja. Amarahnya mungkin sudah menyundul langit yang kedua, lebih tinggi dari Olive tadi.
“Kamu yang egois, Sis! Kamuuu..! Kamu berada di jalan kecil, dan mau berbelok masuk ke jalan utama. Sementara aku yang berada di jalan utama dan lurus tidak berbelok. Maka prioritas jalan ada padaku, Sis..! Aku yang seharusnya duluan lewat!”
“Enak sekali kamu jadi laki-laki minta duluan! Aku yang duluan!”
“Enak sekali kamu jadi perempuan minta duluan! Aku yang duluan!”
“Tapi secara jarak aku yang lebih dekat dengan titik persimpangan!”
“Tapi secara hukum aku yang lebih dulu mendapat prioritas jalan!”
Hukum? Secara hukum?? Umpat Olive dalam hatinya. Tahu apa driver ojek ini tentang hukum?! Dirinya-lah yang paling tahu hukum! Karena dirinya-lah yang bekerja di bidang penegakan hukum! Hukum lalu lintas!
Olive semakin naik pitam ketika kemudian Hekal malah berkata-kata macam pengkhotbah.
“Kalau di Amerika sana, di setiap persimpangan semua orang wajib berhenti selama lima detik! Wajib! Ada ataupun tidak ada lampu merah, ada rambu ataupun tidak ada rambu, sekali lagi, waaaajib! Nah, kamu.., asal main tabrak saja, asal nyelonong saja!”
“Ini bukan di Amerika!” Bentak Olive.
“Iya! Bukan di Amerika! Tapi juga bukan di Wakanda!” Bentak Hekal pula.
“Lagi pula,” Hekal menyambung lagi dengan sinis. “Tadi aku tidak melihat ada nyala lampu tembak dari mobil kamu! Kamu tidak meng-kode! Kamu tidak menyalakan lampu dim! Kamu bahkan tidak menyalakan lampu sein!”
Menyusul pertengkaran yang terus saja sengit, ada beberapa orang dari warga sekitar yang mendekati Hekal dan Olive di teras toko. Dua atau tiga orang dari mereka hanya berkata-kata pelan, bertanya ini-itu dan berkomentar yang tidak perlu.
Sementara satu orang lainnya, yang tampak paling tua di antara mereka, menyarankan agar masalah ini diselesaikan secara kekeluargaan saja.
“Aku tidak mau menjadi keluargamu!” Tuding Olive ke wajah Hekal.
“Aku juga tidak sudi jadi keluargamu!” Balas Hekal dengan tudingan pula.
“Sudah, sudah! Jangan ribut di sini kalian.” Potong lelaki tua. “Telepon polisi saja!”
“Cocok! Aku setuju!” Pekik Hekal merasa menang. Maka segera saja driver ojek online ini mengambil ponselnya dari saku celana, bermaksud menelepon polisi.
Ada pun Olive, aneh, sikapnya malah berubah menjadi kalem.
“Kalau kamu mau menelepon polisi, silahkan!” Kata Olive seraya melipat tangannya di depan dada, bersedekap dengan gesture-nya yang anteng dan jumawa.
“Akulah polisi itu!”
********
Bab 303: Selendang Cinta “Saya terima nikah dan kawinnya Karin Jazmina Zachrie binti..,” Kalimat Aje terputus lagi! Bintinya, binti siapa? Aje lupa! Siapa tadi nama ayah kandung Karin? Siapa tadi namanya, ini, lelaki di hadapanku yang menggenggam tanganku ini! Mengapa lidah Aje menjadi kelu begini? Tiba-tiba saja hatinya bergetar dahsyat. Ia merasa tengah berada di dalam sebuah dimensi yang tak terdefinisi. Seakan-akan ia berada di suatu kegelapan, di mana sekarang tengah dipampangkan di depan matanya, seluruh kolase hidupnya yang bersambungan bak deretan potret. Dia yang dulu menikah dengan Diana., Dia yang dulu menjalani hidup nan bahagia.., Diana yang kemudian mengandung.., Diana yang dimasukkan ke ruang operasi…, Diana yang tak sadar dan terus pergi.., Darah Aje mendesir begitu derasnya. Bulu romanya pun serentak meremang. Entah apa yang ia rasakan sekarang. Namun, tiba-tiba kegelapan yang menyungkupinya tadi menghilang. Digantikan suasana yang terang benderang, de
Bab 302: Riam Kanan Riam Kiri “Eeem, ini, Abang ada masalah, Kal.”“Masalah? Masalah apa, Bang?”“Jadi begini, besok malam, eee.., besok malam.., Abang mau.., ini, ckk, eee..,”“Mau apa?” Kejar Hekal.“Emmm, Abang mau melamar seseorang.”“Melamar?”“Iya.”“Siapa?”“Kamu pasti tahu orangnya.”“Mbak Karin?”“Iya.”“Tunggu, tunggu dulu, Bang.”“Kenapa?”“Aku bilang cie dulu ya.”“Silah..,” belum sampai ‘kan’, Hekal sudah,“Ciiieeeee..!”Nah, masalahnya adalah, Aje sudah tidak mempunyai orang tua lagi. Kerabat terdekat ayahnya yang dituakan justru tinggal di kota yang berbeda dan itu jauh.Aje bisa saja, dan ia berani melakukan itu, melamar Karin seorang diri. Akan tetapi, ia juga tidak bisa mengabaikan etika.Semestinya, untuk berbicara dengan orang tua Karin harus melalui perantara orang tua juga, dalam hal ini keluarga.“Abang sudah meminta tolong Pak Sali untuk menjadi perwakilan keluarga Abang. Tapi, dia tidak berani. Grogi, begitu katanya.”“Oh, begini saja, Bang. Aku ada ide.”“Ap
Bab 301:Bunda Untuk Tiara Aje mengendarai motornya dengan perasaan yang melambung. Seakan-akan ia baru saja menghirup gas helium, membuat dirinya dan juga motornya terasa amat ringan.Rasanya seperti mau terbang saja. Mungkin benar apa yang dikatakan pujangga lama dari antah berantah itu, bahwa bagi orang-orang yang sedang jatuh cinta, mereka tak butuh sayap!Seperti inikah dampak dari sesuatu yang dinamakan asmara itu?Apakah ini merupakan pengalaman yang paling baru bagi Aje?Tidak juga. Bersama almarhumah Diana dulu ia pernah merasakan gejolak yang seperti ini. Momen ketika dulu ia bertemu dengan almarhumah Diana pun kembali membayang di dalam benak Aje, seiring dengan perjalanannya bermotor kembali ke rumah.Di dalam bus metro, ya, di situlah ia dulu bertemu dengan Diana sewaktu masih tinggal di Jakarta. Cerita pun bergulir dari beberapa pertemuan hingga menjadi perkenalan.
Bab 300:Kamu Oke Aku Pun Oke “Ayim!”“Jazmin!”Tiba-tiba saja, bumi berhenti berputar, angin berhenti berhembus, bunga dan pepohonan tak bergerak, kupu-kupu diam mengambang.., semua yang ada di taman ini seakan terpasung pada waktu yang abadi.Pelan-pelan, Karin melirik ke arah Aje. Pelan-pelan juga Aje melirik ke arah Karin. Beberapa detik mereka berdua saling bersitatap, lalu serentak saling mengalihkan pandangan. Canggung, grogi, gugup, kikuk.Aje dan Karin telah tertangkap basah dengan kata-kata mereka sendiri, Saat ini Karin merasa bagai pencuri ayam yang terkurung di dalam kandang.Aje pun merasa bagai maling celana dalam yang dipergoki sang pemilik jemuran.“Naaah..!” Kata Olive menunjuk Hekal. “Sudah dengar Kakak kan? Gebetannya Mbak Karin itu cuma Ayim!”“Sudah dengar juga kamu kan?” Sahut Hekal pula. &ldq
Bab 299:Ayim & Jazmin Aje mengendarai motornya dengan kecepatan yang sedikit lebih dari biasanya. Ia tidak ingin Hekal terlalu lama menunggu, lalu membuat penerima paket pun ikut menunggu.Barang yang tidak biasa, dengan layanan yang tidak biasa pula. Butuh cepat, begitu kata Hekal tadi. Ongkosnya saja dua kali lipat dari yang semestinya.Sesekali Aje berhenti di lampu merah, atau di ruas jalan yang kebetulan sedang ada kemacetan. Ia barengi proses mengendara motornya itu dengan berpikir, tentang apa pun yang kebetulan melintas di dalam benaknya.Nah, tiba-tiba ia teringat lagi pada mimpinya beberapa waktu yang lalu. Tentang seorang wanita di bawah joglo yang ditunjukkan almarhumah Diana.Atau, bagaimana jika.., joglo dalam mimpinya itu memiliki pengertian yang tidak harfiah. Artinya bukan joglo dalam bentuk fisik, tapi joglo dalam bentuk yang.., heemm, Aje terus berpikir, terus melamun, se
Bab 298:Yang Bertengkar Sepanjang perjalanannya menuju alun-alun ini, benak Karin terus diganggu dengan banyaknya pertanyaan. Ia tak habis pikir, masalah apa yang sedang dihadapi Olive itu hingga ia meminta bantuan pada dirinya.“Mudah-mudahan, Olive nanti bisa kuat dan menyelesaikan masalahnya sendiri dengan Hekal,” harap Karin dalam hati.“Mudah-mudahan aku tidak perlu campur tangan.” Olive bilang di telepon tadi, dia bertengkar dengan Hekal suaminya itu. Pasal apakah? Apakah ini menyangkut fisik Olive yang tidak sempurna lagi dan Hekal yang kakinya juga cacat?“Sepertinya, tidak mungkin.” Bantah Karin pula.Sebab, dengan pandangannya sendiri ia bisa menilai ketulusan Hekal pada Olive dan begitu juga sebaliknya.Atau, ada rahasia lain?Misalnya, Olive frigid, dan Hekal impoxten hingga tak mampu menafkahi batin istrinya itu? Hemm,
Bab 296:Antara Tangisan dan Orderan Masih pukul sepuluh pagi, Karin ingin mengambil break dari pekerjaannya dengan keluar menuju kantin yang terletak di antara komplek perkantoran Ditreskrimum dan Ditlantas.Ia berharap segelas teh manis dengan campuran irisan lemon bisa menyegarkan pikirannya.Sejak kemarin ia diperintah oleh Kompol Corina untuk membaca-baca buku, artikel, atau jurnal yang membahas psikologi wanita.Ini terkait dengan sebuah kasus kekerasan dari sebuah Polres yang sekarang tengah mendapat supervisi dari komandannya itu.Karin membaca, membuat resume, dan menyunting semua hal yang perlu dari bacaannya itu, untuk selanjutnya nanti akan ia diskusikan bersama.Tak sampai dua menit kemudian Karin telah sampai di kantin dan segera memesan segelas teh lemon.Ia sengaja memilih duduk di meja yang paling pojok. Selain karena memang itu nalurinya sebagai petugas rese
Bab 296:Lumer “Aku tadi sudah ke Rowo Bening, Bang,” kata Hekal mulai buka percakapan.“Hem-hem? Ke tempat siapa?”“Tentu saja ke rumah Abang.”“Nah, Abang kan lagi mengojek.”“Itu dia yang aku lupa. Ya sudah, sekalian saja aku silaturrahmi ke rumah Kak Eda. Sekalian juga aku nengokin Tiara.”Aje tersenyum. Ia memindahkan jaket Ayo-Jek-nya dari meja ke kursi, supaya ia bisa melipat tangannya di meja itu. Cangkir kopinya ia geser juga sedikit.“Pantas saja aku pangling dengan Tiara ya, Bang.”“Kenapa?”“Tiara makin comel begitu, pipinya makin chubby, rambutnya pun makin panjang.”Aje tersenyum lagi.“Tiara rupanya sudah lupa dengan aku, Bang. Mau kugendong dia tak mau. Mau kucium apa lagi. Aku keluar dulu, beli es krim, barulah dia mau kugendong. Hahaha.
Bab 295:Duren Montong Sepanjang perjalanan pulang ini Aje sesekali tersenyum. Ia merasa geli ketika teringat keberhasilannya melakukan ‘prank’ kecil pada Karin di gazebo tadi.Begitu lucunya mungkin bagi sang Polwan itu. Sampai ia tertawa tergelak-gelak. Berhenti sebentar untuk bertanya jawab, lalu tertawa dan tergelak-gelak lagi.Karin bahkan sampai bangkit dari posisi duduknya dan mencubiti bahu Aje.Memori di gazebo belum lama tadi ia padan-padankan dengan memorinya yang dulu bersama almarhumah Diana.Prank pura-pura tertidur akibat terkena hipnotis sendiri, dulu juga pernah ia lakukan pada istrinya itu.Betapa senang dan gembiranya Diana ketika itu. Ia tertawa begitu lepas, dan menggeram-gerami dirinya dengan pukulan bantal guling.Aje lalu menangkap bantal guling, menarik tangan Diana pula, lalu segera menyambar bibir Diana yang merona itu dengan ciuma
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments