All Chapters of Suami Adikku, Mantanku: Chapter 21 - Chapter 30
68 Chapters
Bab 21
Pov AuthorSepulang kerja pukul empat sore, Ridwan langsung menuju sebuah taman yang telah di tentukan sebagai tempat nya bertemu dengan Rama alias Adit. Setealah menunggu di kursi taman sekitar sepuluh menit, dia pun sepertinya mulai tak sabar lagi menunggu, dan menelepon Adit."Asallamualaikum, Dit. Kamu dimana sih? Aku sudah menunggumu disini sejak sepuluh menit yang lalu!" katanya melalui handphone sambil sedikit emosi."Waallaikumsalam, Mas Ridwan. Tenang Mas, ini aku sudah sampai di parkiran. Aku akan segera berjalan menuju tempatmu duduk. Maaf ya Mas." jawab Adit, sepertinya sambil tergesa gesa.Kemudian panggilan telepon itu pun di akhirinya, tanpa ada salam penutup terucap. Demi melihat sosok Adit yang datang berjalan kaki kearahnya, tanganya mengepal, sangat ingin sekali dia menghajar laki laki itu. Sosok laki laki yang dulu menghancurkan hidup istrinya, dan kini merenggut masa depan adik iparnya pula."Maaf ya, Mas. Tadi jalanan sempat macet, kan barengan sama orang orang p
Read more
Bab 22
"Tadi siang kebetulan aku sudah bicara dengan Papa dan juga Mama. Dan aku pun jujur kepada mereka tentang keadaan Vania saat ini, dan juga tentang hubunganya dengan Siska. Meskipun awalnya Mama sedikit menolak, namun akhirnya mereka setuju. Apalagi Papa saat ini sering sakit sakitan, dan sangat menginginkan kehadiran seorang cucu." kata Adit, dengan menunduk."Tapi, apakah kamu yakin, kalau kejadian seperti dulu tak akan terulang lagi?""Tidak, Mas. Aku sudah mengantisipasi semuanya. Besok malam, aku dan keluarga akan ke rumah Mas Ridwan, untuk meminang Vania, dan menentukan hari pernikahan.""Oke, aku percaya padamu. Secepatnya pernikahan itu harus terlaksana Dit." tambah Ridwan."Iya, Mas. Pasti. Setelah menikah nanti aku sudah menyiapkan rumah mungil untuk kami tempati bersama, dan juga aku akan memberi kebebasan pada Vania, seandainya dia ingin tetap melanjutkan kuliahnya lagi.""Baguslah kamu bisa menghargai Vania. Sebenarnya aku kuramg percaya kalau kamu itu lelaki pengecut dan b
Read more
Bab 23
Setelah mengantarkan pesanan kue, aku pun mampir ke toko buah, untuk membeli beberapa macam buah untuk tambahan suguhan acara lamaran nanti, kebetulan aku tadi sudah membuat beberapa kue. Kemudian, aku pun balik ke rumah, karena masih pukul sebelas siang, masih terlalu lama juga jika menunggu Gita disekolah. Lebih baik pulang dulu, untuk beres beres.Saat berbelok di tikungan terakhir menuju rumahku, kulihat ada sebuah mobil pajero hitam, berhenti tepat di depan rumahku. Mobil siapa itu? Aku pun menghentikan motorku, di depan sebuah kebun kosong yang terletak disamping kanan rumahku, sepertinya orang di dalam itu,tak melihat kehadiranku. Dari kaca spion sebelah kiri, terlihat seorang laki laki dengan rambut klimis dan kaca mata hitam, usianya kurasa sudah sekitar tiga puluhan, dan tangan kananya di julurkan keluar mobil sambil menjepit sebatamg rokok disela jarinya.Aku sangat kaget, karena ternyata kemudian, Vania keluar dari mobil itu. Kemudian dia melambaikan tangan kepada pengemud
Read more
Bab 24
"Jangan berkata seperti itu, Mas. Justru, Ayah dan Ibu akan sangat berterima kasih, atas semua pengorbanan yang Mas berikan untuk membesarkan dan menyayangi Vania. Aku sangat tahu kamu sudah berusaha sebaik mungkin, namun Vania sendiri lah yang tak bisa menjaga diri, dan memang juga sudah takdirnya Vania memang seperti ini, Mas. Seperti katamu tempo hari, tak ada yang perlu disesali lagi. Yang penting saat ini kita harus mendoakan untuk kebahagiaan Vania kedepannya. Dan mempersiapkan hari bahagianya." kataku sambil memegang tanganya."Iya benar semua katamu, Dek. Vania sebentar lagi akan mempunyai anak. Kita akan menjadi Pakde dan Bude, namun sebenarnya aku lebih seneng kalau nanti anak Vania memanggilku Kakek. Hahahha." katanya sambil tertawa."Hemmmm ngawur saja kamu itu, Mas. Masih belum pantes lah kamu dipanggil Kakek. Suamiku belum setua itu kali." Dua buah mobil sedan mewah berwarna putih dan hitam metalik memasuki pekarangan rumahku yang tak seberapa luas itu. Pasti mereka adal
Read more
Bab 25
"Dek, tolong doakan ya, Dek. Soalnya di tempat kerjaku sekarang situasinya lagi memburuk, nasabah banyak sekali yang menunggak, dan sulit sekali ditagih. Mungkin juga memang karena kondisi saat ini yang serba sulit, jadi berdampak pada perekonomian. Sedangkan anaknya Pak Bos juga kemaren mengalami kecelakaan lalu lintas, dia menabrak seseorang dan terus meninggal. Karena usaha beliau kan hanya tinggal itu, jadi ya mau tidak mau ngambil uangnya ya dari situ. Kalau tetap begini terus, aku rasa akan ada pengurangan karyawan. Kemaren saja marketing dan juga debt collector, sebagaian sudah di rumahkan." Itulah kata kata yang semalam di ucapkan oleh Mas Ridwan sebelum kami tidur. Semoga semuanya lekas membaik ya Allah, agar tak berimbas juga pada karyawannya. Ku pandangi motor yang membawa dua irang yang sangat kucintai itu, hingga berbelok di tikungan, pagi itu. Dimanapun dan kapanpun selalu lindungi mereka ya Allah.Aku pun kembali masuk ke dalam rumah, beres beres. Dan kemudian akan me
Read more
Bab 26
"Loh loh loh, Kak? Ngapain kesini? Teman Kak Siska ada yang melahirkan disini kah?" tanyanya."Nggak kok." tanya ku sambil melepas helm, di tempat parkiran."Terus ngapain kesini? Atau Kakak lagi hamil ya?" katanya lagi."Ya mau mriksain kehamilan itu to, Van. Hemmm kamu ini." kataku sambil memegang tanganya."Ohhhh. Eh tapi, Kak. Kan kehamilanku ini tak ada masalah, jadi kan nggak perlu diperiksakan. Aku makan lahap kok dan nggak ada morning sickness kan." katanya lagi."Ya memang sih sehat, kamunya. Lha tapi kan kita nggak tahu gimana kondisi janin yang ada di dalam rahimmu itu. Biar tahu juga perkembangan dan usia sesunggunya." kataku sambil menariknya masuk."Haduh, kenapa Kakak nggak bilang dari tadi sih kalau ngajak aku kesini?. Kan aku bisa pakai pakaian bagusan dikit. Biar nggak malu maluin.""Kalau Kakak bilang dari rumah, kamu pasti nggak mau kan. Nggak ada hubunganya kali ke klinik kandungan sama pakaian, emangnya kamu mau ke mall? Pakai daster aja di layanin kok disini." k
Read more
Bab 27
"Sembilan minggu, Dok? Jadi sudah dua bulan lebih ya?" tanyaku memastikan."Benar sekali, Bu." kata Dokter lagi.Tentu saja aku sangat kaget dengan keterangan Dokter itu. Pasalnya menurut cerita si Adit, kan mereka baru melakukan hubungan itu sekitar sepuluh atau seminggu harian yang lalu, sedangkan saat ini usia janin malah sudah sembilan minggu. Waduh ada yang tidak beres ini. Aku terus saja bertanya kepada diriku sendiri, sedangkan Vania hanya diam saja hingga proses pemeriksaan selesai."Ini resep yang harus di tebus ya, Bu. Dan ini buku KIA nya. Terus makan yang bergizi aksn janin tetap sehat, jangan suka bergadang dan merokok ya, Bu." pesan Dokter.Kemudian kami pun keluar, menebus obat dan juga membayar di kasir. Kami saling diam, hanya berkutat pada pikiran masing masing. Aku pun tak tahu harus bagaimana, masih memikirkan kalau sampai kemungkinan terburuk yang terjadi. Padahal aku sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk senua ini, namun tetap saja aku kecolongan.Seharusny
Read more
Bab 28
"Saat ketemuan itu, Om Budi memintaku menjadi sugar baby-nya. Dia sudah beristri dan usianya sudah tiga puluh tahunan, dia adalah seorang kontraktor. Aku yang saat itu sedang patah hati, langsung saja menyetujui permintaanya, karena dia berjanji akan memberikan apa yang ku mau. Maka mulai hari itu, dia memindahkanku ketempat kost yang lebih mahal dan elit, dia juga membelikanku handphone mahal ini, dan juga berbelanja apapun yang kumau. Sebagai gantinya, aku harus melayaninya seperti seorang istri. Namun dia tak setiap hari datang, karena dia ada banyak proyek di luar kota.Beberapa hari kemudian, Mas Adit pun menembakku, dan memintaku menjadi pacarnya. Aku pun menerimanya dengan senang hati, meskipun saat itu tak ada rasa cinta sedikit pun kepadanya, hanya lah rasa nyaman saja. Dia laki laki baik, yang memperlakukanku seperti seorang ratu dan selalu menghargai ku. Dia tak pernah sekali pun mencoba kurang ajar padaku, katanya dia sangat menyayangiku, jadi dia tak akan merusakku. Sem
Read more
Bab 29
Suami Adikku, MantanBab 29"Mas, aku ingin ngomongin sesuatu tentang Vania." kataku malam itu dengan sedikit rasa takut."Iya, Dek. Memang nya ada apa dengan Vania?" tanya suamiku.Malam itu, kami berdua duduk di teras rumah, karena memang belum ngantuk. Sementara Vania dan Gita, seperti biasa sedang menonton Tv."Anak yang ada di dalam kandungannya Vania itu bukan anaknya Adit, Mas.""Lho. Trus?" kata Mas Ridwan kaget.Kemudian aku menceritakan semua yang Vania katakan pagi tadi kepada Mas Ridwan, dan memintanya mencarikan solusi. "Vania, kesini sebentar!" teriak Mas Ridwan.Belum memberi komentar atas ceritaku, namun Mas Ridwan sudah memanggil Vania. Semoga saja tak terjadi apa apa ya Allah. Vania pun langsung menghampiri kami."Ada apa, Mas?" tanyanya."Duduk sini dulu." kata Mas Ridwan sambil menepuk kursi di samping kirinya.Vania pun duduk, dan terlihat raut ketakutan di wajannya."Anak siapa yang ada di dalam kandunganmu itu?" tanya suamiku."I ini, anu, aku nggak tahu, Mas."
Read more
Bab 30
Tepat pukul sembilan pagi, Adit sudah sampai dirumah kami, kebetulan aku dan Vania juga telah selesai mengantar pesanan kue, yang sudah kukerjakan sejak pukul tiga dini hari tadi dengan dibantu Vania.Kami bertiga pun duduk di ruang tamu bersama Adit, sementara Gita, tadi pamit main kerumah temanya, yang letaknya ada di samping kanan rumahku."Lagi repot nggak nih, Dit?" kata Mas Ridwan membuka obrolan pagi itu. "Kalau repot sih selalu, tapi kan ada waktu waktu disaat repot itu haris di nomer duakan, Mas. Heheheh. Apalagi kan ini hari minggu, kata orang orang kan family time kan." jawab Adit, sambil melirik Vania yang duduk di sampingnya."Hahaha iya benar, Dit. Sebenarnya ada hal yang sangat penting yang harus dikatakan sebelum acara pernikahanmu dengan Vania nanti. Silahkan Van, kamu katakan sejujurnya sendiri pada Adit." kata Mas Ridwan."Eh kok kayaknya jadi serius gini ya. Emang ada apa sih, Yank?" tanya Adit.Vania masih diam saja, sambil memainkan jari jarinya. Aku tahu akan s
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status