All Chapters of Suami Adikku, Mantanku: Chapter 51 - Chapter 60
68 Chapters
Bab 51
"Assalamualaikum, Van. Lagi dimana?" kataku membuka obrolan dengan Vania siang itu."Waalaikumsalam. Maaf Kak kami belum pulang. Soalnya ini masih dirumah mertua, trus setelah dari sini aku mau ajak Gita belanja." jawab Vania."Oke, tak apa Van. Aku cuma mau bilang, aku nitip Gita dulu ya. Aku ingin pulang ke Sidoarjo mengurus perceraianku dan juga sekalian mau cari kost. Aku akan pulang sekarang naik bis, soalnya kan di rumah sana aku ada motor.""Apa nggak lebih baik nunggu Mas Rama? Nanti kami antar.""Nggak, Van. Kakak ingin melakukan ini sendiri, nitip Vania saja, besok sore tolong kamu antar ke kost.""Okelah, terserah Kakak saja. Oh iya, Kak. Kemarin aku sempat merekam semua kejadian di rumah selingkuhanya Mas Ridwan, aku kirim ke Kakak ya, siapa tahu berguna.""Wah bagus itu Van, iya kirim sekarang juga. Pinter banget sih kamu. ""Iya Kak. Aku akan transfer juga uanh buat biaya kost dan pengangan Kak Siska ya?" "Ah, nggak usah Van. Aku masih ada simpanan, cukup untuk biaya ko
Read more
Bab 52
Ternyata hatiku belum puas seharian ini mengerjai Ridwan. Seluruh dunia harus tahu siapa sebenarnya dia, karena selama ini dia selalu menampakkan sikap baik pada semua orang, baik diluar busuk sekali didalam.Segera ku upload foto pernikahanku dengan Ridwan , kemudian kuberi caption,MULAI SEKARANG LAKI LAKI YANG ADA DI FOTO INI, BUKANLAH SUAMI SAYA. KARENA DIA SUDAH MENIKAH LAGI SECARA DIAM DIAM DENGAN SELINGKUHANYA. VIDEO LENGKAPNYA ๐Ÿ‘‰๐Ÿ‘‰Kemudian di status berikutnya, ku upload video yang dikirim Vania tadi. Setelah sukses, aku pun tidur dan mematikan handphoneku, biarlah besok aku akan melihat hasil dari statusku tadi.***** *****Setelah shalat subuh, akupun menyalakan handphone ku, begitu banyak chat dan panggilan tak terjawab. Namun tak kulihat dulu dari mana itu berasal. Aku lebih tertarik mengunjungi akun biru dan unguku, firasatku mengatakan disana akan heboh, karena pastilah sudah ada yang mengcopy dan membagikan statusku tadi malam. Dan benar sekali, sepertinya statusku itu
Read more
Bab 53
PENGADILAN AKHIRNYA MENJATUHKAN HUKUMAN TIGA TAHUN PENJARA UNTUK RA, PELAKU NIKAH DIBAWAH TANGAN YANG DILAPORKAN SANG ISTRI SAHDealine berita pagi ini, yang membuatku sangat puas. Maaf ya Mas Ridwan aku melakukan ini, aku tak pernah main main dengan semua ucapanku.Empat bulan berlalu sejak aku dan Alvin mendaftar di pegadilan agama dan ke kantor polisi itu, kini semuanya menampakkam hasil yang memuasakan. Keputusan PA keluar duluan dari pada PN. Aku sudah sah menjadi seorang janda, dan karena bantuan juga dari Alvin, tempat usaha Ridwan berhasil jatuh ke tanganku. Ya iyalah secara kan aku yang harus bayar modal nya di Bank tiap bulan, hehehe.Sementara nasib Ridwan sangat mengenaskan, sudah malu dan sekarang akan menjalani hukuman kurungan selama tiga tahun. Untung saja aku masih punya hati tak sekian melaporkan si Novi, karena aku kasihan dengan anak balitanya. Jadi dia sekarang menepati rumahnya Ridwan, tanpa rasa malu dan bersalaah, dasar si muka tembok.Gita pun, sedikit demi se
Read more
Bab 54
"Kamu kena kasus apa Bang, sampai bisa masuk rutan ini?" tanya seorang teman sesama napi."Selingkuh dan nikah siri Bang." kataku."Haduh, Bang. Hanya gara gara wanita dong masuk bui, hahaha. Kok kedengaranya kurang sangar sih, hahaaha." katanya meledekku.Ya beginilah hari hariku sekarang, hidup didalam penjara hingga tiga tahun kedepan. Hanya karena sebuah kasus yang memalukan menurutku. Namun sesal pun kurasa telah percuma, aku sendirilah yang telah memantik api itu, dan kini aku terbakar, habis tak bersisa.Kata maafku pun kurasa tak akan pernah diterima oleh Siska. Sungguh aku adalah laki laki bodoh yang telah menelantarkan keluargaku. Dan juga telah menggoreskan luka dihati anak perempuanku, Gita. Siska yang dulu kukenal sebagai seorang wanita lemah lembut, ternyata sekarang bisa berubah menjadi garang. Kukira setelah perselingkuhanku terbongkar, aku akan bisa menekannya dan mengakalinya lagi. Namun ternyata aku salah, malah aku yang amsyong.Aku mengenal Siska sepuluh tahun ya
Read more
Bab 55
"Yang sabar ya, Van. Istighfar." kataku sambil mengelus Vania yang sedang kesakitan."Nyeri sekali perutku, Kak" katanya sambil memegangi perut.Rama kelihatan sangat cemas, Gita yang duduk di kursi depan pun kelihatan khawatir melihat kondisi tantenya."Rumah sakitnya masih jauh kah, Kak?" tanya Rama."Nggak kok, setelah lampu merah depan itu, di sisi kanan jalan." kataku.Setelah sampai di rumah sakit, perawat pun langsung membawa Vania ke UGD, dan kami hanya bisa menungguinya dari luar."Sebenarnya Vania itu sakit apa sih, Ram?" tanyaku saat kami di ruang tunggu."Nggak tahu, Kak. Cuma memang tiga bulan terakhir ini ketika menstruasi dia selalu mengeluh, nyeri sekali katanya di perut. Dan darah yang keluar juga banyak sekali. Itu saja, nggak ada keluhan yang lainnnya." jelas Rama."Ya Allah semoga tidak terjadi apa apa. Pasti hanya nyeri haid biasa." kataku.Rama pun mengeluarkan handphone, sepertinya sedang menelepon seseorang."Assalamualaikum, Pa."kata Rama."Ini Vania masuk rum
Read more
Bab 56
Akhirnya sebuah keputusan berat pun diambil, Vania dan Rama sepakat melakukan operasi pengangkatan rahim itu, dan besok akan dilakukan di rumah sakit yang sama. Vania meminta Rama untuk sementara waktu tak memberitahukan pada keluarganya mengenai operasi itu, dia belum siap. Dan Rama pun menyetujui permintaanya itu, sehingga operasi pun tidak di lakukan di Surabaya."Kak, aku minta doanya ya, agar operasi besok berjalan lancar. Dan aku juga minta maaf kalau aku telah banyak menyakiti hati Kak Siska selama ini." kata Vania sesaat sebelum masuk ke ruang operasi.Hari ini aku memang meminta ijin pada Koko, untuk tak masuk kerja, karena aku ingin menunggui Vania. Setelah mengantar Gita kesekolah, akupun langsung menuju ke rumah sakit."Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu, Van. Kamu harus selalu sehat dan bahagia, Van. Dan satu lagi, aku sudah memaafkan segala kesalahanmu. Jangan mikir apa apa ya, agar kamu tidak tegang dan operasinya lancar." kataku sambil memegang tangannya."Ada s
Read more
Bab 57
Genap sudah satu bulan pascaoperasi pengangkatan rahim Vania. Selama satu bulan itupun dia menginap di rumah baru milik Siska. Setiap hari Rama akan pulang pergi Sidoarjo -Surabaya, demi menemani istrinya. Malam ini mereka berdua pamit, akan kembali pulang ke Surabaya, karena kondisi kesehatan Vania yang sudah fit. "Kak, terima kasih ya sudah memperbolehkan kami tinggal disini, maaf sudah merepotkan." kata Vania."Apaan sih, seperti orang lain saja kamu itu. Kakak malah seneng kalau kamu ada disini." kataku."Tapi aku haarus kembali, Kak. Kita kan juga punya rumah sendiri. Aku juga kan harus tetap kuliah. Kami pulang dulu ya, Kak. Wassalamualaikum.""Iya,deh. Hati hati ya. Waalaikumsalam."Akhirnya mobil mereka pun berjalan menjauh dari rumahku. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar. Pun dengan tuntutan tambahanku pada Ridwan karena percobaan pelecehan seksual pada Vania, hakim memberikan tambahan hukuman satu tahun penjara padanya. Kerjaanku pun lancar dan alhamdulillah caffe keci
Read more
Bab 58
Sejenak tatapan mata kami berdua bertemu. Aku ingat pandangan mata itu, mata teduh yang sejak kecil selalu kurindukan. Ya benar sekali dia adalah Ayahku. Tepat dua puluh tahun kami tak bertemu, meskipun usianya sekarang sudah tak muda lagu, namun gurat ketampanan itu masih tampak."Hallo, Mbak kok ngelamun?" katanya mengagetkanku."Nggak ada apa apa kok, Maafkan saya tak sengaja tadi, Pak." kataku sambil memunguti sandal."Nggak apa apa kok." jawabnya."Ada apa sih, Om?" kata Novi sambil menoleh ke arah kami."Hey kamu Siska, kan? Ngapain kamu disini? Kamu ngawasin aku ya?" katanya padaku."Aku ngawasin kamu? Nggak banget deh." kataku sambil berdiri."Lalu ngapain kamu disini? Kalau bukan untuk ngikutin aku? Dasar janda gatel!!" tambahnya."Memangnya yang boleh beli sepatu disini cuma kamu? Mending aku janda terhormat ketimbang kamu pelakor!!" kataku tersulut emosi.Mendengar kata kataku, Novi sontak maju dan tangannya siap untuk menjambak rambutku, namun tangan itu dihadang oleh la
Read more
Bab 59
Sepulang dari belanja sore itu, aku langsung kepikiran dengan Ayah. Aku harus meneleponnya dan memintanya agar menjauhi Novi."Sayang, tau nggak tadi Bunda bertemu dengan Kakek lho." kataku saat kami selesai shalat magrib berjamaah."Kakek? Kakek siapa sih, Bun?" tanya Gita, bingung."Ya Kakeknya Gita lah. Ayahnya Bunda." kataku.Kemudian aku menceritakan semuanya pada Gita, mulai dari saat aku kecil hingga Gita dewasa, kurasa dia sudah cukup dewasa untuk mengetahui semuanya."Asyik, berarti keluarga kita tambah banyak dong, Bun??"katanya."Iya benar Sayang, Alhamdulillah ya." jawabku.Rencananya nanti setelah Gita tidur, aku akan menelepon Ayah."Bun, Gita pingin mondok?" celetuk Gita tiba tiba."Mondok? Di pesanteren? Emangnya kenapa Sayang?" tanyaku yang kaget mendengar ucapannya."Iya Bunda. Gita ingin belajar ilmu agama lebih dalam, Gita ingin jadi penghafal Alquran dan Gita ingin menjadi anak yang sholeha." katanya."Subhanallah, Sayang. Mama bangga sama kamu. Tapi kalau Gita mo
Read more
Bab 60
[Assalamualaikum, Nak. Maaf ya, hari ini Ayah belum bisa menemui adikmu itu. Ada sedikit keperluan di luar kota, kebetulan teman lama Ayah ada yang mengajak investasi proyek, jadi harus meninjau lokasinya. Nggak apa apa kan?]Isi chat dari Ayah, di hari minggu itu. Tak apalah toh masih banyak hari yang lain. Kebetulan aku juga belum bicara pada Vania tentang hal itu.[Waalaikumsalam. Iya nggak apa apa kok Yah. Bisa lain waktu. Hati hati ya Yah. ]Aku yang baru saja selesai melaksanakan shalat subuh pun, akhirnya membangunkan Gita dan mengajaknya bersepeda. "Asyikk, nanti kita beli soto daging Cak Kandar ya Bun." katanya."Boleh Sayang. Sudah sana sekarang shalat dulu, Bunda tunggu di depan ya." kataku.Aku pun menuju garasi mengeluarkan sepeda kamu berdua, sambil menunggu Gita akupun mengelap sepeda sepeda itu. Tiba tiba sebuah motor matic berhenti di depan gerbang rumahku. Seorang perempuan berambut merah turun, meski keadaan masih sedikit gelap, aku sangat tahu bahwa itu adalah No
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status