All Chapters of Suami Adikku, Mantanku: Chapter 31 - Chapter 40
68 Chapters
Bab 31
Hari ini acara ijab qobul dan resepsi pernikahan Vania dan Adit, akan dilaksanakan di sebuah aula sebuah hotel bintang lima. Pernikahan mereka tergolong pernikahan yang mewah, karena orang tua Adit, ingin membuat acara yang berkesan untuk tamu tamunya. Semua biaya pernikahan di tanggung oleh keluarga Adit."Saya terima nikah dan kawinnya, Vania Maheswari binti Almarhum Jayadi Prakoso, dengan mas kawin seperangkat alat shalat, perhiasan emas seberat dua puluh gram dan juga sebuah mobil" ucap Adit."Bagaimana Sah?" tanya penghulu."Sah!!!" teriak kami bersama.Setelah itu, tante Ratna memeluk Vania, sambil mengucapkan sesuatu. Aku yang duduk di sampingnya bisa mendengar apa yang dikatakannya, dan itu membuatku tertawa."Mula saat ini, kamu panggilnya jangan Adit ya Nduk, Rama saja. Kalau kamu panggil Adit, nanti tak cubit lho, hehehe."Alhamdulillah acara ijab qobul berjalan lancar. Berakhir sudah tanggung jawab kami pada Vania, sekarang ada Adit yang akan membimbing dan bertanggung j
Read more
Bab 32
"Tak pantas katamu? Lalu kata kata apa yang menurutmu pantas, untuk wanita yang belum menikah dan hamil duluan, kemudian minta dinikahi laki laki kaya?" katanya lagi."Kami tak seperti yang kamu tuduhkan Mbak. Meski pun kami memang bersalah, tapi kan, itu juga kesalahan dari adikmu. Semua atas dasar cinta, kami pun sesungguhnya tak ingin hamil di luar nikah!!" jawabku.Ternyata, Mbak Ratih. Masih saja menyimpan amarah kepadaku, belum puas ternyata dia dulu menyuruhku mengugurkan kandunganku. Semoga saja dia tak tahu akan kebenaran ayah biologis dari anak yang dikandung Vania saat ini. Jika sampai tahu, aku takut sekali memprediksikan apa yang akan dilakukannya."Hahaha cinta? Bulshitt!! Kalian hanya ingin harta kami saja!! Setelah usahamu mendapatkan Rama berhasil ku gagalkan, sekarang kamu ganti mengumpankan adikmu pada Rama. Dan, selamat! Kali ini kian sukses!!." katanya lagi."Sungguh jahat sekali kamu, Mbak Ratih. Dulu kamu dengan tega memintaku menggugurkan kandunganku, kini apa
Read more
Bab 33
Sudah sebulan sejak pernikahannya, Vania tak pernah datang kesini. Terhitung selama satu bulan ini kami hanya dua kali ngobrol lewat telepon, itupun nggak sampai lima belas menit. Katanya, dia sedang sibuk karena banyak tugas kuliah, juga karena Rama pun saat ini sibuk untuk persiapan pembukaan Cofeeshop ketiganya, jadi mereka tak bisa berkunjung kesini.Sudah seminggu, tak ada sama sekali pesanan kue yang masuk, mungkin memang karena lagi jarang orang yang punya hajatan. Karena tak ada pesanan, setelah mengantar Gita dan Mas Ridwan berangkat, aku hanya melakukan beberapa perkerjaan rumah tangga. Dan pada pukul sembilan segala macam kerjaan itu sudah kuselesaikan. Setelahnya aku hanya akan rebahan saja, seperti saat ini. Hari ini, aku kangen sekali pada Vania, aku akan mencoba menghubunginya kebetulan hari ini sabtu, jadi dia besok liburkan. Siapa tahu dia mau berkunjung kesini. Kucoba meneleponnya sebanyak tiga kali. Namun tak dijawab olehnya, mungkin dia sedang repot. Kemudian aku
Read more
Bab 34
"Mas, tumben jam segini sudah pulang." kataku."Eh, kamu ngagetin saja sih, Dek. Masuk kamar nggak bilang bilang." katanya kemudian dia pun duduk."Lagi nglamunin apa sih, Mas? Sampau aku masuk nggak tahu. Sudah makan siang?" tanyaku."Aku belum lapar, Dek. Bekal tadi masih utuh itu di tas. Ada yang ingin kusampaikan padamu, Dek."Aku pun mengambil bekal makanan terrsebut dari dalam tas nya. Kemudian kembalu duduk disampingnya."Ada apa sih , Mas? Kok wajahmu itu kelihatan sedih sekali." tanyaku."Aku sekarang sudah tidak bekerja lagi, Dek. Aku pengangguran saat ini." katanya."Loh, kenapa Mas? Ada pengurangan karyawan kah di kantor?" tanyaku."Bukan, Dek. Bos ku bangkrut, semua aset nya disita oleh Bank besar, termasuk kantor tempat kerjaku. Jadi kami semua otomatis juga langsung kehilangan pekerjaan." katanya sambil memegangi kepalanya."Astaghfirullohaladzim, Mas. Tapi ada pesangon kan?" tanyaku lagi, kali ini sambil memegang tanganya."Tidak ada sama sekali, bahkan uang gajian bul
Read more
Bab 35
"Bun, kemarin sudah bilang kah ke Ayah?" tanya Gita pagi ini saat aku sedang memasak di dapur."Bilang apa Sayang?""Tuh kan Bunda lupa, hemmmm. Kan katanya mau bilang Ayah kalau sudah gajian kita akan berkunjung ke rumah Tante Vania." katanya sambil merengut."Ya Allah, maaf ya Sayang, Mama lupa hehehe. Tapi Ayah juga belum gajian lho. Gita sabar aja dulu ya, minggu depan kayaknya Tante dan Om sudah kesini kok." kataku sambil tersenyum."Yah, nggak seru deh. Ya sudah deh, aku bantuin masak ya, Bun." katanya."Boleh, ayok biar cepat selesai dan kita sarapan bareng deh." kataku.Nggak biasanya Mas Ridwan jam segini belum bangun, biasanya setelah subuhan, dia tak akan tidur. Tapi pagi ini dia langsung tidur lagi, dan sampai pukul delapan dia masih bergelung dengan selimut. Sarapan pagi sudah siap, Gita pun sudah mandi dan siap sarapan. Setiap hari minggu memang sarapan kami selalu agak telat."Bunda bangunin Ayah dulu ya." kataku sambil menuju kamar.Ternyata di dalam kamar, Mas Ridwan
Read more
Bab 36
"Vania? Kamu salah sambung kah, Ram?." kataku bingung."Iya Vania istriku. Loh, ini benar nomernya Kak Siska, kan? Aku tadi berkali kali telepon Mas Ridwan juga nggak di respon.""Iya benar kok. Kenapa kamu tanya tentang Vania padaku, Ram?" tanyaku lagi.Apa apaan sih ni orang, baru pertama kali telepon aku kok ngomongnya aneh gini. "Karena dia nggak bisa kuhubungi, Kak. Vania dari kemarin ada disana kan, Kak?" tanyanya lagi.Apalagi ini, kemarin kata Vania dia dan Rama sedang sibuk, jadi nggak bisa datang kesini. Tapi mengapa sekarang malah Rama bilang dia menginap disini.Aku harus menjawab apa pada Rama? Apa Vania mulai membuat ulah lagi? Aku harus jawab apa? Jika kujawab iya, maka aku berbohong kepadanya. Namun jika kujawab tidak, maka mereka akan bertengkar nantinya."Kak, kok diam saja sih?" tanyanya lagi.Karena bingung harus menjawab apa, maka kumatikan saja panggilan itu. Aku akan coba menghubungi Vania. Sebenarnya apa yang dia lakukan dan ada dimana sekarang, hingga dia mem
Read more
Bab 37
"Tolonglah Kak. Kali ini saja, aku mohon, aku tak akan lago berbohong kepadanya. Lagian aku nggak aneh aneh kok, cuma liburan saja sama teman kampus. Pliss Kak. Kak Siska sayang kan kepadaku? Kakak nggak ingin kan kalau aku berantem sama Mas Rama?" rengeknya."Oke baik, kali ini saja aku akan membantumu, tapi ingat jangan kamu ulangi lagi. Lain kali aku tak akan lagi menyelamatkanmu. Sekarang juga kamu cepat datang kesini, nanti sore biar Rama datang menjemputmu." kataku."Terima kasih banyak ya, Kak. Baik banget deh. Janji pokoknya aku nggak bakal ngulangin lagi. Aku langsung meluncur kesana nih sekarang." katanya riang."Iya, hati hati dijalan. Wassalamualaikum" kataku.Tanpa menjawab salamku, dia langsung mematikan teleponnya. Tak berapa lama, Rama kembali meneleponku, kali ini kujawab panggilan teleponnya."Iya, Ram." kataku membuka percakapan."Kak Siska, nggak apa apa kan?" katanya sepertinya khawatir."Eh, lha memangnya kenapa?." kataku pura pura sok polos."Tadi kan panggilan
Read more
Bab 38
Belum sempat Vania menjawab, mobil Rama sudah terlihat di depan rumah. Kami pun langsung menaruh barang barang bawaan Vania tadi ke dapur, lalu kembali duduk di ruang tamu."Assalamualaikum." kata Rama diambang pintu."Waallaikumsalam, masuk Ram. Ini Vania sudah nunggu dari tadi, sudah kangen kayaknya." kataku basa basi."Iya nih, Mas. Kangen banget malam." kata Vania sambil melirik suaminya yang duduk di sampingnya."Ku buatin teh hangat sebentar ya." kataku dan mereka pun mengangguk.Di dapur sambil menunggu air mendidih kubuka barang bawaan Vania tadi. Dua tas besar itu berisi sepatu untuk Gita dan baju untukku dan juga Gita. Sementara dua plastik besarnya, berisi strawberry dan apel, oleh oleh khas kota Malang. Pasti nanti Gita akan suka sekali dengan semua ini. Aku kembali ke ruang tamu, seperti biasa mereka pasti curi curi waktu untuk bermesraan. Aku pun pura pura tak melihat."Ayo diminum dulu, mumpung masih hangat." kataku sambil menaruh gelas teh di meja."Kami langsung balik
Read more
Bab 39
Sudah sebulan lamanya, Mas Ridwan tidak bekerja. Sepertinya dia sudah berusaha mencari pekerjaan, tapi hasilnya masih nihil. Setiap hari dia keluar, pagi pulang sore atau bahkan malam. Katanya untuk cari kerja. Uang pegangan hasil penjualan cincin minggu lalu sudah habis tak bersisa, itu pun aku sudah punya hutang banyaj di toko sembako Bu Nisa. Minggu kemarin juga aku menjual mixer, oven dan blender, lumayan lah uangnya bisa untuk menyambung hidup.Entah mengapa di saat seperti ini, tak ada satupun orderan kue yang masuk. Bingung harus bagaimana lagi aku, haruskah aku jual cincin kawin ini? Sedangkan besok harus membayar tagihan BPJS juga, dan Gita pun meminta di belikan seragam pramuka yang baru, karena kemarin dia sempat jatuh di sekolah saat bermain dan menyebabkan rok nya sobek.Pun dengan stok beras dan sembako lain pun, hanya tinggal untuk di masak hari ini."Mas, apa aku jual saja ya cincin kawin kita ini?" tanyaku pagi itu sebelum memasak."Cincin itu cuma laku berapa memangn
Read more
Bab 40
"Baiklah Mas, kalau begitu. Aku nurut saja sama kamu. Semoga apa yang direncanakan, hasilnya tidak mengecewakan. Tapi aku sekarang ini sudah tak pegang uang sama sekali, buat besok juga uang dari mana?" kataku."Ya sudah jual saja sekarang cincinmu itu. Lumayan kan buat bayar BPJS. Nanti langsung beliin rok seragamnya Gita, dan bayar BPJS sekalian lewat minimarket. Dan aku juga butuh uang transport. Nanti sore aku akan pinjam uang ke temanku, untuk pegangan sampai uang dari Bank itu cair." katanya."Tapi aku masih tak enak sama Vania, Mas. Kalu sampai nanti suatu saat ketahuan." kataku."Halah tak enak apalagi sih? Dia itu dari kecil sampai kuliah, aku yang membiayai semua kebutuhannya. Anggap saja itu balas budinya kepada kita. Bahkan seharusnya rumah itupun hanya menjadi milikmu mutlak. Ya itu tadi sebagai balas budi." jawabnya enteng.Tak kusangka Mas Ridwan akan berkata seperti itu. Ternyata dia tak ikhlas membiayai adikku selama ini."Kamu juga begitu, harusnya kamu banyak berter
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status