Semua Bab Kuhempaskan Suami Benalu dan Keluarganya: Bab 31 - Bab 40
95 Bab
Bu Desi Mode Bar-Bar
Lama menunggu, tak ada tanda-tanda seseorang akan membukakan pintu untuk mereka. Kedua ibu dan anak itu yakin jika Bi Nena tengah berpura-pura tuli di dalam rumah. Keduanya berspekulasi jika wanita tua itu pasti hanya menuruti perintah Shanum yang memang sejak semalam sudah menyatakan perang dengan mereka dan berniat mengusir mereka dari rumah. "Ck! Bi Nena ini kurang ajar. Bisa-bisanya dia nggak mau membuka pintu untuk kita!" geram Bu Desi, sambil memanyunkan bibirnya saat entah sudah berapa kali dia memencet bel tapi tak ada respon sama sekali."Tuh kan, aku nggak bohong! Aku yakin ini pasti ulah si Nenek lampir itu! Kita harus melakukan sesuatu, Bu! Jangan sampai Mbah Shanum benar-benar mengusir kita dari rumah!" Lila terus mengompori sang ibu agar segera mengambil tindakan. Lila pikir setidaknya sampai dia memiliki seseorang yang bisa diandalkan untuk menunjang hidupnya. Hingga saat itu tiba, Lila masih membutuhkan tempat tinggal di rumah kakak iparnya ini. "Benar! Tapi, tunggu!
Baca selengkapnya
Upaya Shanum
"Jangan sok atur saya, ya!" seru Bu Desi lagi ketika Shanum masih membisu di hadapannya dan hanya menatapnya dengan tatapan yang entah.Terdengar suara bisik-bisik karyawan Shanum mengomentari pertunjukan yang sedang ada di depan mata mereka itu. Sementara, beberapa pasang mata yang ada di sana kini tampak lebih intens menatap ke arah mereka. Ada yang terang-terangan melihat, namun ada juga yang mengintip secara diam-diam pertunjukan seru itu.Shanum membuang napasnya kasar, setelah cukup lama terdiam sambil memikirkan cara untuk menghadapi Bu Desi. Wanita itu mendekatkan tubuhnya ke arah sang mertua. Tepat di telinganya, Shanum membisikkan sesuatu."Ikut saja ke dalam, atau aku nggak segan untuk mempermalukan Ibu di hadapan semua orang. Bukankah seharusnya Ibu nggak bersikap begini, kalau masih mau tinggal di rumahku? Semua pilihan ada di tangan Ibu sekarang. Sikap Ibu lah yang akan memutuskan bagaimana aku bersikap nantinya," ucapnya pelan, namun penuh penekanan.Seketika membuat Bu
Baca selengkapnya
Luluh
"Ini penting, Non. Saya nggak bisa menunggu sampai besok untuk ketemu Non Shanum!" ucap Suster Mayang terdengar serius.Shanum tak mengerti alasan wanita itu begitu ngotot ingin bertemu dengannya. Padahal dia sudah berjanji untuk bertemu besok siang."Tolong, Mbak. Ini demi keselamatan Non Shanum," pinta Suster Mayang lagi yang kian membuat Shanum tertegun.'Keselamatan? Apa maksudnya?' Shanum membatin gamang. Dalam diamnya, ia tengah berpikir dan mempertimbangkan kemauan Suster Mayang untuk segera bertemu.Hampir dua menit membisu, Shanum akhirnya membuka suara tentang keputusannya. "Baiklah, kita bertemu setelah saya menyelesaikan pekerjaan di kantor," putusnya."Baik, Non. Saya akan mengirimkan alamat tempat kita bertemu ya, Non." Suster Mayang lantas buru-buru memutus panggilan.Tak lama setelahnya, sebuah pesan masuk ke ponsel Shanum. Wanita itu langsung membukanya, dan melihat alamat yang dikirimkan Suster Mayang. Sepersekian detik kemudian, Shanum kembali menghampiri Bu Desi y
Baca selengkapnya
Tabir Kematian Tuan Dhanu
Shanum melirik ke arlojinya. Tiga puluh menit lagi jam selesai kantor tiba. Akan tetapi, dia sudah bisa menyelesaikan pekerjaannya saat ini. Sehingga, Shanum tampak sibuk membereskan mejanya dan bersiap untuk pergi. Wanita itu berdiri, dan hendak melangkahkan kakinya ketika dikejutkan oleh sesosok pria yang mengetuk pintu, kemudian masuk ke ruangannya."Feri?" sapa Shanum pelan, ketika melihat sahabatnya itu memasuki ruangan."Kamu mau pulang sekarang, Sha?" tanya Feri ketika melihat Shanum yang sudah menenteng tas kerjanya dan bersiap pergi."Iya nih. Aku ada janji sama seseorang," ucap Shanum tidak gamblang mengatakan pada Feri tentang siapa yang akan ditemuinya."Eh iya kah? Ya sudah kalau gitu kamu pergi gih, takutnya sudah ditungguin sama orangnya," ucap Feri merasa tak enak hati telah datang ke ruangan Shanum. Ia sempat berniat untuk mengajak Shanum makan malam bersama. Setidaknya sebagai sahabat, Feri ingin sekali berada di sisi Shanum ketika dia tengah mengalami kesulitan."E
Baca selengkapnya
Rapuh
"Hai, Sha." Pria itu menyapa Shanum yang tengah tidak berkedip ketika melihat kehadirannya yang begitu mendadak. "Fe–Feri?" Suara Shanum lolos begitu saja seperti cicitan tikus. Saat ini dia tengah mencerna apa yang terjadi di hadapannya. Dan, entah bagaimana Suster Mayang bisa mengenal Feri."Kalian? Bagaimana kalian saling mengenal?" tanya Shanum yang tidak tahan jika hanya diam saja. "Aku akan menjelaskannya, Sha," sahut Feri sembari mengambil posisi duduk dan bergabung dengan Shanum dan Suster Mayang. "Sebenarnya …." Feri lantas menceritakan kalau dia mengetahui sedikit tentang kematian Tuan Dhanu Mahendra yang menurutnya tidak wajar. "Saat itu, dokter sempat menyatakan kalau kondisi Tuan Dhanu sudah hampir stabil, sehingga beberapa hari ke depan pasti sudah boleh pulang. Tapi, yang terjadi malah …." Feri tak tega melanjutkan ucapannya, dan memilih berhenti sampai di sana karena ia yakin Shanum mengerti arah pembicaraannya itu. "Papa sudah membaik? Tapi, kenapa aku nggak da
Baca selengkapnya
Harus Tegar
Feri tak lagi bersuara. Ia justru membiarkan Shanum larut dalam tangisannya yang terdengar memilukan. Sebagai anak tunggal, dan kedua orang tuanya sudah tiada. Ia tentu saja merasa sendirian. Merasa tidak ada lagi yang berada di pihaknya dan menjadi sandaran baginya saat tengah rapuh. Sementara, pria itu terus memeluk tubuh sahabatnya demi menyalurkan kekuatan pada Shanum yang tengah rapuh."Menangislah, kalau itu bisa membuat perasaanmu menjadi lega," ucap Feri di sela usahanya menenangkan tangisan Shanum. "Jangan menahannya kalau itu hanya akan membuatmu sakit, Sha," lanjutnya seolah memberi lampu hijau bagi Shanum. Shanum memilih bergeming. Ia tak menyahut ucapan Feri, dan hanya terus larut dalam tangisannya. Rasanya, malam ini adalah titik balik bagi kehidupannya yang sempat dia kira sudah sempurna tanpa cela.Nyatanya dia salah. Sebab, di dunia ini mustahil ada kehidupan yang sempurna maupun nyaris tanpa cela. Itu hanya fatamorgana."Kenapa, kenapa Mas Arya tega sama Papa?" guma
Baca selengkapnya
Debaran Aneh
"Santai aja, Bro. Kenapa jadi gugup begitu?" Pria itu mendekati Feri, bahkan menepuk pelan pundaknya."Shanum, bagaimana kabarmu? Nggak nyangka ya kalau kita bertemu lagi di sini," ucap pria itu yang ternyata adalah mantan kekasih Shanum, Zayn."E–eh, aku … baik. Kamu?" tanya Shanum kikuk. Giliran dirinya yang kini mendadak gugup, seolah-olah baru saja tertangkap basah tengah selingkuh."Aku juga baik. Senang bertemu dengan kalian," ucap Zayn ringan. Pria itu melepaskan tangannya dari bahu Feri."Eh, iya. Kebetulan banget ya. Aku sama Shanum baru aja selesai dan mau pulang sekarang." Feri berusaha mengubah suasana yang dari awal sangat canggung itu. "Benarkah. Wah, kalau gitu kapan-kapan kita bisa janjian di sini ya. Udah lama nggak kongkow bareng juga, kan?" usul Zayn.Baik Feri maupun Shanum, keduanya tidak langsung merespon usulan Zayn. Mereka justru saling melempar tatapan. "Itu …." Ucapan Feri terjeda ketika Zayn kembali bersuara dengan nada tergesa. Zayn memang mempunyai janji
Baca selengkapnya
Siasat Licik Bu Desi
#38 "Apa kata Mas Arya, Bu?" tanya Lila begitu melihat sang ibu selesai berbicara dengan kakaknya."Kata masmu, kita boleh lakuin apa aja asal bisa melancarkan rencana Arya. Yang jelas kita harus buat Shanum luluh." Bu Desi menjawab apa adanya."Yah … pokoknya terserah aja, Bu. Aku nggak mau ikut-ikutan." Lila menyatakan ketidaksukaannya. Bukan karena dia tidak lagi membenci Shanum, melainkan tidak ingin ribet saja."Nggak bisa gitu dong, La. Kita ini harus kompak, supaya rencana kita berjalan lancar." Bu Desi terus menghasut putri bungsunya. "Iya-iya, Bu. Jadi, sekarang gimana. Kita pura-pura baik gitu di depan Mbak Shanum, terus kita juga minta maaf ke dia?" Lila memastikan sekali lagi ide yang sempat dibisikkan oleh sang ibu beberapa menit yang lalu. "Tepat sekali. Ya, sebenarnya ibu juga gak suka sama keadaan ini, La. Tapi mau gimana lagi, kan. Mau nggak mau kita harus buat Shanum luluh agar dia nggak sampai ngusir kita sebelum Arya berhasil mengambil alih semua kekayaan Shanum
Baca selengkapnya
Nasihat Bi Nena
Cukup lama Shanum berkutat dengan lemari dan beberapa penyimpanan tersembunyi yang ada di dalam kamarnya. Shanum terus mencari dan mencari sampai mendapatkan sesuatu petunjuk, meski kemungkinannya sangat kecil. Ia takkan menyerah dan harus menemukan bukti itu.Arya pasti masih menunggui istri mudanya itu di rumah sakit. Sehingga, ini adalah kesempatan bagi Shanum untuk mencari bukti itu sampai dapat."Di mana ya? Kenapa nggak ada apa pun di sini? Apakah Mas Arya sungguh-sungguh menyembunyikan semua buktinya?" Shanum menghentikan aktivitasnya sejenak tatkala tidak mendapati petunjuk setelah sekian lama mencari.Ia nyaris saja putus asa, karena pencariannya tidak membuahkan hasil."Aku nggak boleh menyerah. Aku yakin sebuah kejahatan pasti meninggalkan bukti, walaupun secuil. Baiklah, jika kali ini aku tak menemukan apa pun. Aku yakin bukti itu akan muncul tanpa perlu susah payah mencarinya. Bukankah seperti itu biasanya? Hal yang kita cari akan sulit ditemukan, tetapi sesuatu yang tida
Baca selengkapnya
Pinjam Uang
"Apa? Nggak boleh! Anara nggak boleh balik dan tinggal di kampung lagi, Arya! Apa kata tetangga nantinya!" ucap ibu kandung Anara saat Arya menjelaskan rencananya untuk menitipkan istri mudanya itu sementara waktu."Tapi, Ma … Arya janji nggak akan lama kok. Sampai urusan Arya di sini beres, aku pasti akan segera menjemput Anara kembali ke Jakarta," pinta Arya memelas. Sementara, Anara hanya menyimak perdebatan ibu dan suaminya dari ranjang tempat tidurnya.Bukan tanpa alasan kalau sang ibu menolak kemauan Arya yang memintanya tinggal di kampung sementara waktu. Hal itu karena, sang ibu mengkhawatirkan julidan orang-orang mengenai dirinya.Mereka tidak tahu kalau Anara sudah menikah siri dan bahkan sedang mengandung. Sehingga, Bu Rani tak mau ambil risiko kalau Anara pulang dan akan berakhir menjadi bahan gunjingan orang. "Pokoknya, Mama nggak setuju, Arya!" Bu Rani terus menekankan ketidaksetujuannya. Ia datang seorang diri karena sang suami memilih pergi, ketika Anara terus keukeu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
10
DMCA.com Protection Status