Lahat ng Kabanata ng Aku Hanya Ibu Untuk Anak-Anakmu Bukan Istrimu : Kabanata 11 - Kabanata 20
80 Kabanata
Chapter 10
Kuhempaskan kepala pada sandaran jok. Apa-apaan ini? Jangan ... Jangan mogok. Ya Allah tolonglah jangan mogok sekarang apa lagi malam begini. Aku gelapan. Terserang panik mendadak. Mencari ponsel dalam benak berpikir cepat siapa yang bisa membantuku dalam keadaan darurat.Ryu ...?Dialah orang pertama yang harus kuhubungi ketika aku terjebak dalam keadaan yang sangat tidak menguntungkan seperti ini. Tapi itu dulu ... Kupejamkan mata dengan sedih.Jangan ingatkan aku padanya. Dia dan aku tidak lagi saling mengenal.Jemariku sibuk mencari memilih nama di daftar kontak sampai tak menyadari seseorang mendekat dan mengetuk kaca mobil. Aku terperanjat. Jantungku berdegup kencang. Rupanya aku terlalu cemas. Suara sepelan itu pun nyaris membuat jantungku melorot ke mata kaki.Aku menoleh dengan gerakan cepat membuka pintu mobil tetapi kemudian lebih terkejut lagi ketika kudapati yang berdiri di depanku adalah laki-laki itu.“Anda ...?!”Dia menyungingkan senyum di bibirnya membuat lubang di
Magbasa pa
Chapter 11
"Ketika kau memilih pergi, kau harus tahu; jalan kembali memang akan selalu ada, tapi tempat untuk pulang seringkali sudah tak lagi tersedia."_____“Euh, iya. Ada yang menunggu saya. Jadi saya harus segera tiba di rumah,” aku menyahut dengan geragapan. Berharap dia tidak mengajukan pertanyaan berikutnya. Tapi aku salah.“Siapa. Apa suami kamu?” Raut kecewa terlihat samar di garis wajahnya. Ya, jika aku tidak salah.Ini menyebalkan sekali. Aku paling benci memberi jawaban untuk pertanyaan semacam ini. Seakan membongkar aib yang seharusnya tersimpan rapi.“Maikana, jawablah. Saya menunggu.”“Memangnya apa kepentingan anda terhadap saya. Terserah saya mau jawab apa nggak,” tukasku dengan geram. Apa-apaan dia? Dia kira siapa merasa punya hak memaksa orang?“Baiklah. Kalau kamu nggak mau jawab. Saya tahu kok jawabannya.” Dia menyengir menjengkelkan membuatku refleks menoleh padanya.“Apa maksud Anda?!”Dia terkekeh menampakan deretan giginya yang rata. Namun sebelum dia merespon terdengar
Magbasa pa
Chapter 12
“Sepertinya bekas lukanya nggak terlihat lagi.”Matanya yang besar berubah seperti bulan sabit ketika mengamati pelipisku. Maksudku dia mengamati bekas luka sewaktu aku membenturkan kepala di rumahnya. Ah, menyebalkan kenapa dia masih saja ingat. Bukankah sangat memalukan? Apa mau dikata, sudah terlanjur.Setelah menghabiskan menu yang mungkin bisa dibilang makan malam, kami beranjak. Sekaleng minuman soda dingin dia lemparkan padaku dari jarak dekat yang mendarat mulus dalam genggamanku. Di ikuti tawanya yang berderai sebelum dia mendorong pintu kedai. Lalu kami keluar dengan langkah yang berjauhan. Aku sengaja berjalan cepat-cepat. Tak sudi beriringan dengannya. “Ternyata konsentrasi kamu masih bagus. Buktinya kamu sigap dengan gerakan tak terduga.”Senyumnya melebar. Aku tak menimpali hanya menyengir sepintas. “Besok saya hubungi kamu kalau mobil kamu sudah selesai diperbaiki. Euh. Tapi saya nggak punya nomor kontak yang sekiranya bisa dihubungi.”Dia mendongak ke atas menghentika
Magbasa pa
Chapter 13
"Tak butuh waktu lama untuk bisa mencintai. Tapi mengapa butuh waktu yang begitu panjang untuk bisa melupakan."____Pulang dari butik Dani sudah cukup malam. Aku melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Tiba di dua persimpangan gagasan tak terduga muncul di kepala. Bagaimana jika aku memilih jalan memotong saja yang berarti melewati jalan pintas tepat di sebelah kompleks rumahku. Sepertinya itu ide bagus lumayan menghemat waktu. Nasib baik masih ramai. Sebenarnya daerah yang kulalui ini cukup aman. Belum pernah ada kejadian pembegalan atau semacamnya. Aku tidak perlu takut.Mendekati kompleks aku menurunkan kecepatan. Menatap dengan sedih deretan rumah yang pernah kami tinggali. Lampu-lampu taman di sepanjang lorong berjajar rapi. Dulu kami sering duduk-duduk di taman kecil depan rumah dengan kolom ikan di tengahnya. Sembari menikmati angin malam dan menatap bentangan langit. Saat santai seperti itu kami manfaatkan untuk saling bertukar cerita. Sampai larut malam atau sampai aku terti
Magbasa pa
Chapter 14
Apa yang telah kulakukan. Betapa aku sangat egois. Merampas seluruh kebahagiannya lalu muncul kembali berharap dia bersedia memperbaiki apa yang telah aku porak porandakan. Membuatku mendadak tersenyum sinis. Mencibir kepengecutanku. Dengan kedua tanganku kucengkeram kuat-kuat sisi kepala. Andai semua bisa kembali seperti sedia kala dengan memecahkan kepala, kupikir aku tak keberatan untuk melakukannya.Namun, sekeras apapun aku berteriak, sesal tetaplah sesal yang hanya akan membeku dan menggantung di udara.Aku salah!Ya, aku salah. Aku tak keberatan mengakuinya. Menyangka ada kebahagiaan lain setelah kebahagiaan sejati yang diberikannya. Begitu mudahnya mata ini buta, betapa gampangnya hati ini merapuh. Hingga membiarkan apa yang pernah ada seakan tak pernah ada. Tuhan, aku pantas mendapatkan balasan ini. Atau bahkan lebih dari ini.Alisia, dadaku sesak menyebutkan nama itu. Hanya tiga bulan pertama dia menyulap kehancuranku sebagai sebuah kebenaran yang memang semestinya aku putusk
Magbasa pa
Chapter 15
"Ketika kau memilih pergi, kau harus tahu; jalan kembali memang akan selalu ada, tapi tempat untuk pulang seringkali sudah tak lagi tersedia."___Saat langkahku mendekat dia membuka pintu mobil. Senyum lebarnya menyambut. Sulit kupungkiri dan dengan agak berat hati kuakui bahwa setiap kali dia menatap kudapati ketenangan di cahaya matanya yang teduh. Tapi bukan berati aku terpesona. Bagaimanapun dia tetap mahluk yang menjengkelkan. Seakan-akan bisa memaksa orang menuruti setiap kemauannya.“Hai ...”Kupasang ekspresi sedingin mungkin tidak ingin dia berpikir kalau aku senang hati menerima kedatangannya.“Kamu nggak perlu ke rumah. Sekarang juga kita berangkat ke bengkel dan mengambil mobil saya.”Diam sejenak. Dia bersender pada mobil menyilangkan tangan di dada sementara matanya lekat di wajahku. Membuat buku-buku jemariku serasa membeku. Tak lama senyumnya kembali terbit dan dia berkata dengan nada tegas. “ Oke, sepertinya ide bagus. Tadinya saya kepingin mampir ke rumahmu.” Mendesa
Magbasa pa
Chapter 16
Ada perasaan senang menyeruak cepat memenuhi dada. Dia berdiri tegak dengan sebelah tangan tenggelam di saku celananya. Sesekali jemarinya naik ke atas menggaruk sisi lehernya. Berkali-kali mengulas senyum. Dari cara dia berbicara dan bahasa tubuh, kurasa dia sosok yang menyenangkan. Menenangkan tepatnya. Lamunanku buyar ketika dia berdeham keras dan kembali duduk di tempatnya semula.“Sudah malam apa kamu mau pulang sekarang?”Aku mengangguk. Menenggelamkan senyum yang hampir mengembang di sudut bibir. Entalah kenapa tiba-tiba aku merasa ganjil. Luapan emosi yang aneh.“Oke, saya antar ya?” Dia menatap sejenak menunggu persetujuanku. Tetapi aku menggeleng. Agak ragu sebenarnya. Hati kecilku menginginkan bersamanya lebih lama lagi. Berbeda jauh dari perasaan sebelumnya. Apa ini berarti tanpa sengaja pintu hatiku mulai terbuka?Tidak. Aku belum siap. Aku belum ingin menerima siapapun setidaknya untuk waktu satu atau dua tahun ke depan. Aku takut terulang kesalahan yang sama, luka yang
Magbasa pa
Chapter 17
“Ada ustadzah Naz yang menemani mereka di rumah.”Randy menjawab dengan tenang. Tatapannya sebentar singgah ke wajahku. Ada perasaan gugup. Entah kenapa. Anak-anak? Anak siapa? Apa yang di maksud anak-anaknya akhtar. Jika dilihat dari raut mukanya yang masih belia tidak mungkin anak adiknya, Randy. Atau anak-anak asuh, anak-anak tetangga misalnya. Tidak. Tidak mungkin.Lalu kenapa seorang ustadzah yang menemani mereka di rumah. Kemana ibu mereka. Atau tepatnya istri Akhtar?Akhtar. Sebenarnya aku belum mengenal dia sama sekali. Siapa dia?“Mai, sudah sangat larut. Kamu harus pulang.”Dia memutari ranjang mendekatiku. Aku ikut berdiri. Sementara dia berbicara pada Randy aku berdiri dekat pintu. Kemudian menggiringku keluar setelah aku berpamitan pada adiknya.***Dia lebih banyak diam selama perjalanan dan aku tidak bermaksud memecah keheningan yang membuat kaku di leherku. Kubiarkan saja seperti itu. Padahal seharusnya dia membiarkan aku pulang seorang diri. Tapi sepertinya tidak memu
Magbasa pa
Chapter 18
"Mungkin suatu hari kelak kau tidak akan pernah menemukan aku lagi, kecuali dalam pikiranmu."___(Maikana)Pagi-pagi sekali aku menceritakan yang terjadi semalam dan mengatakan pada Kak Sarah untuk kembali menjenguk ibu Akhtar hari ini juga. Kak Sarah yang sedang fokus pada cermin mendadak berpaling padaku. Senyum terkulum di sudut bibirnya yang kini telah dipoles dengan warna nude. Terlihat sangat serasi dengan padanan hijab dan blus yang ia kenakan pagi ini. Ah, Kakakku satu ini sangat memperhatikan penampilan berbanding terbalik denganku yang sedkit cuek. Tapi bukan berarti semborono. Aku tetap memperhatikan kesesuaian padu-padan make up, warna pakaian dan aksesoris yang akan kukenakan tapi tentu saja tidak serumit dan sedetil dia.“Sepertinya kamu makin dekat sama si ... siapa namaya?” Kakak Sarah berpaling padaku setelah merapikan ujung hijabnya.Mendengar pertanyaannya aku merasa tidak senang. Bukan apa-apa aku malas menyebut namanya walaupun mungkin aku harus mulai membiasakan
Magbasa pa
Chapter 19
"Jalan hidup tak selalu mulus dan lurus adakalanya harus menemui kerikil dan duri yang memaksa kita untuk sejenak berhenti. Bukan untuk menyerah tetapi memahami satu pelajaran darinya untuk kemudian kembali bangkit dan melanjutkan cerita."“Ibu mereka meninggal sewaktu melahirkan mereka tiga tahun lalu.” Dia menjawab pertanyaanku pada akhirnya. Kontan aku mengangkat wajah memandang ke arahnya yang menghempaskan diri di kursi di sebelahku. Senyap. Beberapa saat ucapannya seakan menggantung di udara. Sekalipun sudah memperkirakan sebelumnya namun tetap saja tak mengurang perasaan syok. Pikiran itu melintas cepat, bagimana jika aku yang berada di posisi itu. Ketika takdir mengharuskan aku pergi meninggalkan dua anak yang baru saja hadir ke dunia?Akhtar aku tahu seberapa dalam luka yang kau rasakan ketika harus kehilangan selamanya.“Maaf saya nggak bermaksud membuat kamu sedih. Dan saya turut berduka cita atas kepergian kamu.”Aku menunduk dalam-dalam setelah mengungkapkan itu. Entah me
Magbasa pa
PREV
123456
...
8
DMCA.com Protection Status