All Chapters of Diperistri Demi Ganti Rugi Resepsi: Chapter 21 - Chapter 30
136 Chapters
Bab 21
"Ikut aku," tegas Bram.Tanpa babibu, pria itu langsung menarik Tiara. Mengabaikan tatapan heran semua orang, termasuk Wisnu dan juga Suti.Acara memang sudah selesai, tamu undangan-pun bersiap meninggalkan tempat itu. Tapi, melihat sang pengantin pria dengan kasar menarik tangan istrinya, membuat semua orang bertanya-tanya.Mungkinkah sang pengantin pria sudah tidak sabar?"Ish, kenapa tidak sabaran sekali. Kalau sudah seperti ini saja aku di abaikan, tidak ingat apa, siapa yang menyiapkan acara semua ini," gerutu Thomas melihat Bram melewati dirinya begitu saja."Cih, benar-benar mirip remaja labil," sambungnya.Bram terus menarik Tiara, sampai mendekati mobilnya yang terparkir di bagian depan bangunan."Masuk!"Tiara menurut, dan tidak bertanya apapun. Wanita itu benar-benar telah menyiapkan diri atas segala kemungkinan yang bisa saja Bram lakukan padanya.Pasrah.Hanya itu yang bisa Tiara lakukan, setidaknya mengalah sementara waktu, agar bisa meraup keberhasil dikemudian hari.'Ak
Read more
Bab 22
Tiara menatap ragu tangga menuju lantai dua rumah itu, sebab ia yakin, Bram sudah menunggunya di atas sana. Sembari mengangkat bagian bawah gaunnya, Tiara masih saja menimang, apakah dirinya benar-benar harus naik."Jangan pernah ragu jika kamu ingin melakukan kebaikan, apapun itu. Baik dengan dirimu sendiri, ataupun orang lain. Dan, jangan pernah katakan aku tidak bisa, jika kamu belum pernah mencoba."Mendadak, Tiara teringat nasehat yang dulu sering ia dengar dari Ziyan, satu-satunya orang yang selalu ada disaat dirinya terpuruk.Pria, yang bahkan rela mengabaikan kebahagiaannya sendiri, hanya demi menjaga kehormatan Tiara yang saat itu mendapat cemoohan banyak orang.Sampai akhirnya, pernikahan yang semua orang ketahui sebagai bentuk pengkhianatan, terjadi. Ziyan menikahi Tiara karena tidak mau wanita itu dianggap hamil diluar nikah."Zi, apa kamu tahu aku sudah menikah dengannya, hari ini? akhirnya, aku bisa bersama ayah dari putriku. Seharusnya ini menjadi hal yang membahagiakan
Read more
Bab 23
Tiara menatap ngilu pintu masuk yang berhiasan bunga di depannya. Di dekat pintu juga, terdapat foto prewedding pasangan yang tengah tersenyum menghadap kamera. Senyum keduanya seolah menunjukkan kebahagian yang benar-benar lahir dari hati.Setelah pergulatan batin selama dua hari terakhir, akhirnya hari itu Tiara memutuskan hadir diacara pernikahan Mawar dengan Bram. Tiara hanya ingin memastikan, jika pria yang dulu pernah dia tinggalkan itu, bisa melanjutkan hidup dengan baik, bersama wanita yang menggilainya."Bapak, ibu," gumam Tiara.Beberapa meter setelah melewati pintu masuk, langkah Tiara terhenti, begitu melihat Wisnu beserta Suti duduk di antara tamu undangan."Kenapa mereka duduk disana? Seharusnya mereka mendampingi pengantin, di pelaminan," ucapnya sedikit heran. Pasalnya kedua orang tuanya justru bersikap seperti tamu undangan."Apa ini juga keinginan kak Mawar? Seandainya benar, keterlaluan sekali dia," gerutunya.Mengingat hubungannya dengan sang ayah memburuk, sejak ia
Read more
Bab 24
"Tidak Bram! kamu tidak bisa menceraikan aku sekarang. Aku bahkan sedang mengandung anakmu," tolak Mawar.Melihat suasana memanas, Wisnu bersama Suti mendekat."Kita buktikan saja besok, itu benar anakku atau bukan," lirih Bram."Bagaimana bisa kamu berpikir seperti itu, Bram. ini anakmu," sentak Mawar.Tiara merasa tidak enak hati, melihat pertengkaran di depannya. Menganggap, ucapannya-lah yang mematik amarah Bram, hingga berbuntut kekacauan."Ara!" Tiara terkejut, mendengar Wisnu memanggilnya. Sementara Suti, tengah berusaha memenangkan Mawar yang terisak, sambil menahan Bram agar tidak pergi, dengan merangkul erat tangan pria itu.Keadaan benar-benar kacau, Bram semakin murka, manakala tanpa sadar Mawar mengadu pada Suti. Dan, itu semakin meyakinkam Bram, bahwa sebenarnya mereka memang memiliki hubungan yang tidak ia ketahui.'Keluarga penipu,' geram Bram dalam hati."Tiara," ulang Wisnu pelan.Sejujurnya, Tiara sangat merindukan sosok yang kini tengah menatap dirnya penuh arti. I
Read more
Bab 25
"Aku tidak suka diabaikan, pusatkan pandanganmu hanya padaku. Lihat betapa kuat pria yang pernah kau tinggalkan ini, Tiara," tekan Bram.Terdengar jerit tertahan saat Bram mulai memasuki tubuh kecil Tiara. Meski rasa aneh, malu, gugup serta takut terus saja membayangi pikiran wanita itu. Namun, Tiara sekuat hati berusaha menahan apa yang Bram lakukan pada tubuhnya.Berharap, jika hal itu bisa meredam marah Bram. Tapi ternyata?Tidak semudah yang Tiara pikirkan. Bram berlaku buas, sama sekali tidak menaruh iba. Walaupun dengan jelas ia mendengar, Tiara sering berdesis menahan sakit. Pria itu seolah menulikan pendengaran dan membutakan pandangan."Bram," gumam Tiara.Bram tetap acuh. 'Tahan Tiara, kamu harus menahannya,' tekad wanita dalam hati.Ia berusaha bertahan, meski sadar permainan Bram begitu kasar padanya."Kamu harus melahirkan anak sebanyak mungkin untukku, Ara," rancau pria itu tanpa peduli dengan apa yang Tiara rasakan."Bram," panggil Tiara terbata.Tiara tak henti-hent
Read more
Bab 26
"Ayo sayang, Nana makan ya .. setelah itu kita cari mama," pinta Sari lembut."Nana gak mau makan, mbak. Nana mau ketemu mama, mama dimana? kenapa gak pulang-pulang, hiks .. hiks ..," ucap bocah itu disela tangisnya.Meski dia sendiri tidak tahu keberadaan Tiara, yang tanpa kabar sejak kemarin. Namun, Sari tetap membujuk agar anak asuhnya itu, mau makan walau hanya sedikit. Pasalnya, sejek tahu sang ibu tidak pulang, Nana terlihat murung.Tetapi, ternyata tidak membuahkan hasil, Nana tetap menolak setiap kali Sari berniat menyuapinya."Mama pasti pulang, sayang," jawab Sari, "Makanya, Nana makan dulu ya .. biar nanti mamak nggak marah."Sebenarnya, Sari sendiri bingung memikirkan kemana perginya ibu dari anak asuhnya itu. Kemarin, sepulang sekolah, saat mereka mendatangi toko seperti biasa, mendapati toko ternyata tutup. Awalnya, Sari berpikir mungkin Tiara ada keperluan di luar seperti beberapa hari lalu. Ia-pun memutuskan mengajak Nana menunggu di rumah.Namun, setelah ditunggu hingg
Read more
Bab 27
"Mulai hari ini, kalian akan tinggal di rumahku," ucap Bram, "Nanti, setelah mamamu kembali, kita akan tinggal sama-sama," lanjutnya.Rupanya, tidak hanya Sari yang terkejut, Nana-pun merasakan hal yang sama. Sembari mengusap kasar pipinya, gadis kecil itu sekali lagi meminta persetujuan pengasuhnya."Apa mama tahu, Nana akan tinggal di rumah paman?" tanyanya ragu begitu melihat Sari mengangguk pelan."Iya, paman sudah membicarakan hal ini pada mamamu," jawab Bram yang bisa sedikit melunak.Sari berdiri gelisah di belakang Bram, meremas ponsel pria itu yang masih ada di genggamannya. Belum cukup keterkejutan Sari, perihal berita pernikahan Tiara. Kini, dirinya kembali dikejutkan dengan keputusan pria itu yang berniat membawa Nana.Lalu, apakah ia memiliki hak untuk melarang? secara, pria itu sekarang merupakan ayah sambung Nana. Sementara dirinya, hanya pengasuh.Sari mengiris ngilu mengingat itu.
Read more
Bab 28
"Tolong, jangan sakiti aku. Ambil saja apa yang kamu inginkan, dan segeralah pergi. Sebelum warga kampung menangkapmu," ucap Tiara dengan tubuh bergetar saat tiba-tiba lengan besar melingkar di lehernya."Kamu mengusirku?" tanya Bram pelan.Sontak, Tiara menghela nafas lega. Rupanya bukan maling, ataupun perampok seperti yang ia khawatirkanSeminggu berlalu setelah hari pernikahan, tanpa memberitahu sebelumnya, Bram datang dan mengejutkan Tiara yang malam itu berniat membuat makanan di dapur.Tiara, yang sudah mulai terbiasa sendiri dalam seminggu terakhir. Tentu saja terkejut, mengetahui ada tangan besar yang melingkar di lehernya. Walaupun tidak erat, namun, tinggal seorang diri di tengah hutan, tanpa ada alat komunikasi, tidak jarang membuat rasa takut menggelayuti pikiran ibu satu anak itu."Kamu belum makan?" tanya Bram seraya melepaskan tangannya dari leher Tiara."Belum,""Apa kamu hidup dengan baik selama aku tidak ada?""Iya, penduduk kampung sering memberiku sayur saat memane
Read more
Bab 29
Bram menggeliat, tanpa sengaja satu tangannya meraba sebelah kiri, kosong. Dengan malas, pria itu mengangkat kepala untuk mencari keberadaan Tiara, yang tidak ada di tempatnya."Kemana dia?" gumam Bram setelah kedua matanya terbuka sempurna.Pria itu merubah posisi tidurnya menjadi terlentang, lalu pandangannya beralih pada benda, penunjuk waktu yang menempel di dinding. Ternyata sudah pukul enam pagi."Jam berapa dia bangun tadi?" tanyanya pada diri sendiri seraya beranjak bangkit, setelah menyikat selimut yang menutupi setengah tubuhnya.Setelah sempat duduk sebentar, Bram langsung bangkit dan berjalan menuju kamar mandi. Tanpa berniat menutup tubuh polosnya terlebih dahulu."Bram!" pekik Tiara begitu tahu pria itu yang membuka pintu.Tidak hanya Tiara, Bram juga tak kalah terkejut mendapati dirinya duduk bersandar di atas kloset."Kenapa pintunya tidak dikunci?" tanya Bram mengabaika
Read more
Bab 30
"Karena apa?" tanya Nana tidak sabaran, karena Thomas sengaja menggantung kalimatnya.Thomas tersenyum, seraya mengacak puncak kepala Nana, begitu melihatnya sangat antusias."Karena paman sudah terbiasa, usia kami hanya berbeda dua tahun, jadi sejak kecil kami bersikap layaknya teman," jelas Thomas."Pasti menyenangkan punya teman bermain sejak kecil, tidak seperti Nana hanya punya, Mickey, Minnie, dan Pusy," jelasnya menyebut beberapa nama boneka miliknya.'Sebentar lagi, kamu pasti tidak merasa kesepian lagi. Karena ibumu akan melahirkan banyak adik," batin Thomas. Lalu, pria itu-pun tersenyum saat membayangkan akan ada makhluk-makhluk kecil berlarian di rumahnya."Kenapa tiba-tiba paman tersenyum, apa paman sakit?" tanya Nana."Heem!" Thomas berdehem, sambil menegakkan posisi duduknya."Tidak, kamu tenang saja, paman masih sehat," celetuknya."Hihi .. paman lucu." Melihat Nana terkikik geli, Thomas kembali tersenyum.'Kamu begitu menggemaskan, Na. Tidak heran, jika Bram yang sel
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status