All Chapters of Diperistri Demi Ganti Rugi Resepsi: Chapter 31 - Chapter 40
136 Chapters
Bab 31
Selesai membersihkan diri dari sisa-sisa percintaannya, semalam dan pagi tadi. Bram berdiri di balkon kamar. Tatapan bak elang pria itu lurus ke depan, memperhatikan Tiara yang tengah bersenda gurau dengan para petani wanita di bawah sana.Tadi, setelah percintaannya yang terakhir dengan wanita itu, Bram sempat ketiduran, dan saat dirinya bangun sudah tidak lagi mendapati Tiara di ranjang mereka. Sadar matahari sudah tinggi, Bram bergegas membersihkan diri, dan berniat melihat aktivitas di kebun belakang rumahnya. Benar saja, disana ada Tiara yang terlihat akrab dengan para petani yang pagi itu tengah memanen sayuran."Kamu memang pandai menyesuaikan diri di sembarang tempat, Ara," ucapannya pelan.Pandangan Bram tetap tak lepas dari wanita itu, yang sesekali terlihat tertawa lepas."Apa kau juga pernah begitu bahagia saat bersamanya? Bahkan, membayangkan hal itu saja, darahku langsung mendidih," imbuhnya.Rasa ce
Read more
Bab 32
Selesai membersihkan diri dari sisa-sisa percintaannya semalam dan pagi tadi. Bram berdiri di balkon kamar. Tatapan bak elang pria itu lurus ke depan, memperhatikan Tiara yang tengah bersenda gurau dengan para petani wanita di bawah sana.Tadi, setelah percintaannya yang terakhir dengan wanita itu, Bram sempat ketiduran, dan saat dirinya bangun sudah tidak lagi mendapati Tiara di ranjang mereka. Sadar matahari sudah tinggi, Bram bergegas membersihkan diri, dan berniat melihat aktivitas di kebun belakang rumahnya. Tanpa ia ketahui, ternyata disana ada Tiara yang terlihat akrab dengan para petani yang pagi itu tengah memanen sayuran."Kamu memang pandai menyesuaikan diri di mana-pun tempatnya, Ara," ucapannya pelan.Pandangan Bram masih tak berpaling dari wanita itu, yang sesekali terlihat tertawa lepas.Namun, Bram tiba-tiba mengingat sesuatu."Apa kamu juga pernah selepas itu saat bersamanya? Bahkan, membayangkan hal itu saja, darahku langsung mendidih," imbuhnya.Rasa cemburu, marah,
Read more
Bab 33
Bram masih terpaku di tempat setelah mengusir Thomas keluar dari kamarnya. Ia tidak menyangka, di detik-detik momen bahagianya, justru hal yang tidak pernah disangka-sangka terjadi. Awalnya Bram tetap tidak percaya, jika wanita yang begitu dicintainya tega meninggalkannya. Namun, setelah berulang kali menghubungi nomor Tiara dan mendapati tidak aktif. Dengan terpaksa, Bram harus menerima kenyataan pahit.Ditinggal, tepat di hari bahagianya."Apa alasanmu memilih pergi, Ara? apa kamu tidak pernah berpikir bagaimana dengan perasaanku saat ini."Bram merasa terhempas jauh, hingga nyaris tidak bisa lagi bangkit, setelah sempat dibuat melambung tinggi.Rasa tidak percaya masih merongrong hati, tapi kenyataan seolah menghantam sisi hati yang lain. Sehingga, mengakibatkan guncangan hebat-pun terjadi.Bram sangat marah, frustasi, dan tentu saja tidak terima begitu saja. Terlebih, setelah beberapa saat menunggu, tidak satupun orang suruhannya ada yang menemukan jejak Tiara. Kemanakah sebenarny
Read more
Bab 34
Sejak hari itu, Bram berubah menjadi sosok yang lebih pendiam, dan sering menyendiri untuk beberapa saat.Bahkan tak jarang, untuk mengisi kekosongan hatinya, Bram sering menghabiskan malam di klub bertemani minuman beralkohol tinggi. Berharap dengan begitu, ia bisa menghapus jejak Tiara dari hati serta ingatannya.Bram juga menutup diri dari wanita manapun, sikapnya dingin dan nyaris tak tersentuh. Tapi naasnya, kebiasaan Bram yang sering mengunjungi klub malam berujung petaka. Malam itu, setelah menegak satu gelas minuman, Bram merasa harus mencari pelampiasan. Karena tanpa ia ketahui, ada yang sengaja mencampur minumannya dengan sesuatu. Hingga, menimbulkan reaksi tak terduga dalam tubuhnya. Sampai akhirnya, malam panjang-pun Bram habiskan dengan wanita yang tidak ia kehendaki. "Jadi kau yang memasukkan obat sialan itu kedalam minumanku!" sentak Bram membuat Mawar yang baru menggeliat seketika tersentak"Kamu! bu-bukannya ka-kamu Bram?" Melihat Mawar tergagap dan terkejut mendapa
Read more
Bab 35
"Ternyata kamu disini, mau kubuatkan kopi?"Kehadiran Tiara mengejutkan Bram. Pria itu-pun memutar badan dan menatap datar Tiara yang sudah berada di belakangnya."Kamu, bahkan tidak tahu bagaimana cara melayani suami dengan baik! seharusnya, itu kamu lakukan sejak tadi, bukan malah berbincang dengan para pekerja kebun itu," ketus Bram."Maaf, aku pikir tadi kamu lelah, jadi aku tidak berani mengganggu tidurmu," jelas Tiara pelan."Alasan! pergi sama, dan ingat! aku tidak suka menunggu!" cetusnya."Ba-baik, tunggu sebentar."Tiara langsung bergegas pergiDan Bram, menatap datar wanita itu yang berlari kecil yang saat meninggalkan kamar."Melihatmu takut padaku, justru semakin mengingatku akan pengkhianatanmu dulu," gumam Bram.******"Ini kopimu, Bram. Mau aku bawakan kesini sarapanmu?" tanya Tiara setelah menyajikan minuman ke hadapan pria itu."Heem," gumam Bram dengan menoleh pada Tiara sebenatar, sebelum akhirnya kembali membuang pandangan."Tunggu sebentar."Bram tidak lagi menjaw
Read more
Bab 36
"Bagaimana kabarnya Tiara ya pak, kenapa dia tidak lagi mengunjungi kita. Apa kita pastikan saja kerumah Bram?" ujar Suti pada Wisnu-suaminya."Jangan buk, ibu lupa bagaimana Bram meminta kita untuk tidak lagi campuri urusan mereka. Apalagi, sekarang Tiara sudah menjadi istrinya, Bram punya hal penuh akan apa yang harus dan tidak harus Tiara lakukan," jawab Wisnu."Tapi kita orang tuanya, pak! Apalagi bapak, bapak kandungnya, lebih berhak akan kehidupan Tiara!" pekik Suti sedikit meninggi suaranya.Wisnu yang sedang duduk di kursi, dekat Suti yang sedang merapikan pakaian pelanggannya, hanya menyandarkan punggung disertai helaan nafas pelan mendengar suara lantang sang istri.Entahlah, sekarang istrinya itu sering berkata lantang padanya, setelah kepulangan Tiara beberapa waktu lalu."Hah! mungkin dengan begitu, bapak tidak lagi menyulitkan hidupnya," gumam Wisnu yang terdengar samar oleh Suti."Ngomong kok gak jelas," ketus wanita itu. Namun, begitu melihat raut kesedihan yang tampak
Read more
Bab 37
"Jadi benar, Tiara memiliki anak dari Ziyan," tanya Wisnu pelan."Apa anda tidak mengetahui itu?" Thomas justru balik bertanya.Wisnu menggelang kepala, walaupun sebenarnya percuma ia lakukan itu, karena Thomas juga tidak melihatnya."Bapak baru menyadari itu sekarang, maafkan atas kelalaian bapak ini, nak" ujarnya penuh sesal."Hah! sudahlah pak, semuanya sudah terjadi. Saya hanya berharap, sekarang bapak bisa bersikap baik pada Tiara maupun Nana," balas Thomas. "Itu pasti akan bapak lakukan, Nak," jawab Wisnu, "Lalu, bagaimana dengan Bram? Apa dia bisa menerima anak Tiara?""Iya, karena anak itu begitu menggemaskan. Anda tenang saja, karena secepatnya aku pasti membawa Nana berkunjung ke rumah anda.""Benarkah!" sela Wisnu yang seketika berubah sumringah.Keharuan tidak bisa lagi pria paruh bayah itu sembunyikan, ia bahkan tersenyum sambil meneteskan air mata
Read more
Bab 38
"Mau kemana kamu?" tanya Thomas.Ia yang saat itu sedang duduk di kursi dekat kolam, memperhatikan ikan-ikan peliharaannya, seketika menegakkan tubuh begitu mendapati Sari hendak lewat di sampingnya"Kamu nanyak, kamu bertanya-tanya," jawab gadis itu.Thomas berdecit melihat Sari justru memajukan bibir.'Sial! bibirnya bikin otakku langsung traveling,' geramnya dalam hati."Gitu amat jawabnya Sar, tanya baik-baik loh ini," ujar Thomas."Iya mas Tom-Tom, aku mau bantu-bantu mbak di dapur siapin makan siang, mumpung Nana lagi belajar melukis di kamar," jawab Sari dengan suara dibuat sehalus mungkin dan disertai senyum kaku."Nah, gitu kan enak di lihat. Buatin kopi dong, terus, anter ke ruang kerjaku ya," pinta Thomas."Iya, mas Tom-Tom," sambung Sari masih bersikap terpaksa baik pada Thomas.'Ck, kalau saja kamu bukan adiknya tuan Bram, mungkin sudah aku nikah
Read more
Bab 39
Sari merutuki diri, merasa lancang karena sudah berani menanyakan urusan pribadi Thomas. Terlepas dari apa yang pernah dilakukan pria itu padanya, tapi Sari menganggap jika pertanyaannya barusan sudah berlebihan."Maaf mas, kalau aku sudah lancang bertanya." Sari spontan menarik kedua tangannya, lalu terjingkat bangun."Kamu mau kemana, sini biar aku obati dulu," terang Thomas seraya mendongak."Enggak apa-apa mas, ini hanya luka kecil, aku bisa obati sendiri dibelakang kok."Sejujurnya, Sari merasa kikuk bisa sedekat itu dengan Thomas, walaupun mereka sering bertemu selama dirinya tinggal di paviliun, tapi dengan jarak sedekat itu, baru pertama kali terjadi. Dan lagi, Sari juga cukup sadar diri siapa dirinya."Sudahlah, jangan membantahku. Duduk lagi, aku obati lukamu. Ini juga karena aku kedua tanganmu bisa merah begini," ucap Thomas."Ta-tapi–""Sudah, duduk saja," sela Thomas.
Read more
Bab 40
"Kau sudah pulang kak," tanya Thomas yang kebetulan berpasangan dengan Bram saat berada di tangga."Ada apa dengan wajahmu? apa kau baik-baik saja?" Begitulah Bram, di balik wajah datar dan sikap pendiamnya, sebenarnya pria itu memiliki kepedulian tinggi pada orang-orang terdekatnya."Apa kamu sudah melihat berita hari ini?" Thomas justru balik tertanya."Tidak, aku belum sempat membuka berita apapun hari ini.""Ck, memang begitu, kalau sudah berurusan dengan ranjang, tidak ada hal lain lagi yang ingin dilakukan," sindir Thomas.Tidak ingin menanggapi sindiran Thomas, Bram langsung merogoh ponsel dari dalam saku celananya. Dan dalam hitungan menit, pria itu-pun langsung membuka berita trending hari itu."Cih, sudah aku katakan, dia bukan wanita yang pantas bersanding denganmu, dan sekarang. Dia sendiri yang membuktikan siapa dia sebenarnya," cibir Bram.Pria itu seringai,
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status