All Chapters of Suamiku Bukan Tukang Parkir Biasa : Chapter 51 - Chapter 60
201 Chapters
BAB 51
Kurang baik apa mas Yuda ini, ia menghampiri Dinar yang tampak tidak bergairah hidup. "Udah bisa senyum sekarangkan?"Yuda memperlihatkan layar handphonenya yang memperlihatkan bukti transfer sejumlah uang ke rekening Sania.Beberapa detik Dinar terdiam sambil memperhatikan layar ponsel itu sebelum akhirnya menatap Yuda."Sekarang jangan sedih lagi ya?""Mmm.... Mas Yuda...., Hiks.... Dinar jadi gak enak," rengeknya dengan bibir cemberut."Kok nangis sih? saya pengennya kamu senyum, Sayang.""Dinar terharu," gumamnya lalu memeluk Yuda.Mau tidak mau Yuda akhirnya memeluk Dinar sangat erat. Walau dirinya tak senang mengirimkan uang pada Sania seperti ini, tapi dirinya lebih tidak senang melihat Dinar seperti menanggung beban pikiran berat."Makasih ya, Mas Yuda.""Iya. Buat kamu, apa sih yang enggak."Senyum Dinar makin mengembang. "Dinar janji bakal balikin uangnya.""Ck! Kenapa kamu yang balikin uangnya? Lagian saya gak kasih hutangan kok. Saya kasih percuma aja.""Terus Sania terim
Read more
Bab 52
"Udah itu aja? Gak mau milih baju lagi?"Dinar menggeleng cepat dengan pertanyaan suaminya."Udah ah. Ini aja udah banyak.""Siapa tau mau beli yang lain lagi," Lagi, Dinar menggeleng.Yuda menghela nafas pendek. Baru pertama ia menghadapi wanita yang di ajak jalan-jalan ke mall, di suruh memilih baju sepuasnya tapi ogah-ogahan.Dulu waktu masih sendiri, ia memang sering jalan dengan perempuan. Sebagai laki-laki yang tidak pelit, seringnya ia keluar uang untuk membelanjakan perempuan apapun yang mereka mau. Apapun yang mereka suka akan di beli tanpa sungkan. Tapi anehnya, perempuan berstatus istri baginya kenapa sangat sungkan membelanjakan uangnya dalam jumlah besar.Cuma beberapa helai yang Dinar beli. Itupun semuanya Yuda yang menunjuk agar Dinar mau memilih. "Padahal tadi Mas ngajaknya makan malam, tapi malah nyasar beli baju kita," gumam Dinar yang diakhiri dengan tawa kecilnya."Sekali-sekali. Kamu mana mau beli pakaian kaya gini kalau gak saya ajakin."Keduanya berjalan berd
Read more
BAB 53
"Sayang? Sarapan saya mana?" teriak Yuda melihat meja makan yang kosong."Tunggu bentar," sahut Dinar dari dapur.Yuda menghela nafas panjang sembari duduk dan menunggu. Sesekali ia melihat jam dinding memastikan tidak terlambat bekerja."Ini, Mas." Dinar menyajikan piring berisi makanan tampak terburu-buru."Ini aja Dinar?"Setangkup roti bakar dengan selai. Ini sarapan yang tidak seperti biasanya."Mas lagi buru-burukan? Ini yang paling simpel. Dinar gak sempet masak lagi soalnya."Yuda memandang Dinar heran."Kenapa gak sempet, Sayang? Perasaan dari tadi kamu masaknya."Sedari sholat subuh Dinar sudah di dapur, lalu kenapa tidak sempat."Itu. . . ."Seolah pertanyaan Yuda terjawab, handphone Dinar tiba-tiba mengeluarkan bunyi yang agak sering di dengar Yuda akhir-akhir ini."Bentar ya, Mas." Yuda memperhatikan ekspresi Dinar yang tampak membalas pesan yang masuk ke handphonenya.Walau agak kesal, akhirnya Yuda menyantap juga roti bakar yang di sajikan Dinar.Kalau hanya sepotong
Read more
BAB 54
Dinar cuma bisa duduk sambil menunduk dengan perasaan bersalah, sementara Yuda tampak sibuk di depan kompor seperti tengah memasak sesuatu untuk makan malam mereka."Mas, Dinar bener-bener minta maaf," lirihnya berharap Yuda mengeluarkan kata. Walaupun Yuda marah-marah akan Dinar terima. Asal jangan diam tanpa ekspresi seperti itu. Cukup lama tak ada balasan kata dari Yuda. Lelaki itu tampak tidak mempedulikan ucapannya.Setetes air mata merembes keluar dari sudut matanya, bersama segugukan bak mengeluarkan segala uneg-uneg dalam hatinya."Udah, jangan nangis. Saya gak marah banget kok."Usapan lembut di pipinya membuat Dinar mendongak. Wajahnya berjarak sangat dengan dengan wajah Yuda. Lelaki itu membungkuk menatap dirinya."Kenapa kamu ikut hal-hal kayak gitu?" tanya Yuda.Dinar tampak tak tahu bagaimana menjawab pertanyaan sang suami. Tangannya memilin ujung baju seolah tak yakin Yuda akan menerima alasannya."Dinar cuma mau punya uang sendiri."Dahi Yuda sedikit mengerut. "Kenap
Read more
BAB 55
Dinar tak bisa melihat adegan berbahaya yang sedang terjadi di hadapannya. Ia hanya bisa bersembunyi di belakang badan Yuda sambil memejamkan mata.Namun telinganya tidak bisa berbohong mendengarkan erangan sakit yang keluar dari mulut Devandra dan Hasyim."Ini kalian maukan? Mau kutambah lagi hah?"Bentakan Bapa juga tak kunjung berhenti pada kedua anak angkatnya."Merasa banyak nyawa kalian berdua hah? Kalau mau babak belur, tak perlu kalian adu tinju macam tadi. Bilang kalian berdua sama aku. Biar kubuat gepeng kalian," marah Bapa sambil terus tangannya melayangkan berbagai macam bentuk pukulan pada keduanya."Jangan bilang, kamu yang bawa Bapa ke sini," bisik Yuda sangat pelan pada Dinar."Tadi Dinar liat gak bisa di lerai. Jadi Dinar cari bantuan. Eh, ketemu Bapa lagi lari malam gitu, makanya Dinar tarik ke sini," balas Dinar dengan wajah takut.Yuda memejamkan mata kuat sembari tersenyum miris pada kedua saudaranya yang sudah babak belur.Bisa-bisanya Dinar membawa Bapa di saat a
Read more
BAB 56
"Apa maksudnya? Syafira istri saya!" tegas Arif tidak terima.Bapa mengangguk tidak menepis. "Kudengar, beberapa waktu lalu kau dilamar seorang ayah dari perempuan yang akan kau nikahi beberapa hari lagi. Jadi setelah tau bahwa putraku mencintai istrimu, kupikir adil bila aku melamar istrimu untuknya."Suasana tegang kian mendominasi. Semua orang menanti apa yang Arif akan katakan."Anda pasti sudah gila," desis Arif. Tangannya tampak mengepal kuat. "Syafira istri saya, dan selamanya akan menjadi istri saya!" tegasnya."Tapi bukankah kau suami Syafira? Lalu kenapa kau akhirnya juga akan menjadi suami oleh perempuan lain?""Aku laki-laki! Bahkan dalam Islam saya laki-laki berhak memiliki empat istri. Ajaran sesat mana perempuan bisa memiliki banyak suami?!" teriak Arif penuh kemurkaan."Orang yang cenderung tidak mau kalah dan salah, memang akan selalu membawa agama untuk kepentingannya," balas Bapa dengan santainya."Anda kemari untuk membuat ajaran sesat! Bisa-bisanya melamar perempua
Read more
BAB 57
"Sania keguguran, Mas. Terus dia juga gak punya kerjaan lagi," jelas Dinar dengan posisi duduk bersandar di kepala ranjang.Sepulang dari rumah Bapa, Yuda hampir lupa kalau ada sesuatu yang tadi membuatnya kaget."Iya, Mas Yuda. Aku ke sini mau minta bantuan. Aku butuh kerja. Kerjaan apapun aku mau kok. Jadi pembantu kalian juga gak apa-apa."Ekspresi Yuda tampak keberatan. Dirinya memang berniat mencari pembantu untuk meringankan pekerjaan rumah karena Dinar telah hamil dan sebentar lagi akan mengurus anak mereka. Tapi bukan berarti Sania yang akan mengerjakan itu."Di gaji kecil juga gak apa, Mas Yuda," ujar Sania lagi sambil mengiba."Saya pikir-pikir dulu," kata Yuda masih sangat keberatan.Ia melirik Dinar yang terlihat sangat kasian pada adiknya. Yudha jadi bertanya-tanya, apa Dinar lupa atas apa yang telah Sania lakukan dan bagaimana rasa sakit yang telah Dinar lalui akibat perbuatan adiknya itu.****"Kamu mendukung Sania kerja di sini?" tanya Yuda yang melihat Dinar seperti m
Read more
BAB 58
"Mas Yuda udah pulang?" Baru saja kakinya satu langkah masuk melewati pintu, sosok yang sangat membuat dirinya terganggu berada di rumah ini malah muncul seolah menyambut dirinya."Mas mau makan atau mandi dulu?"Yuda terdiam beberapa saat mendengar tawaran barusan."Kalau mau makan, biar aku siapkan sekarang," katanya lagi Kata-kata yang sukses membuat Yuda tersenyum sinis. "Sadari dirimu. Kau itu pembantu di rumah ini Sania. Kenapa bersikap seolah kau Nyonya rumah?"Senyumnya makin sinis melihat Sania yang terdiam seolah terhina dengan ucapannya.Yuda melangkah pergi menuju tangga. Siapa lagi yang ia cari selain istrinya.Dinar tampak lemah di atas tempat tidur. Punjuga akhirnya ia di infus. Ibu mengabarkan padanya kalau tadi siang Dinar mereka panggilkan dokter karena keadaannya sangat lemah.Sejujurnya Yuda merasa sangat bersalah tidak ada di sisi Dinar saat sang istri sedang berjuang demi buah hati mereka. Tuntutan pekerjaan membuat dirinya tak bisa selalu bersama Dinar untuk h
Read more
BAB 59
Yuda mengucek mata sambil mencari-cari Dinar di seluruh penjuru rumah. Bangun-bangun ia mendapati Dinar tidak ada di sampingnya. Ia jadi panik karena mengingat kondisi Dinar yang sangat lemah."Sayang?"Ia berjalan cepat ke halaman depan melihat sosok yang sejak tadi di carinya sedang duduk santai di bawah cahaya matahari pagi."Ngapain di sini?" Yuda langsung memeriksa badan istrinya."Dinar udah baikan. Jadi ke pengen kena matahari aja."Yuda menghembuskan nafas lega. Apalagi melihat kondisi Dinar yang jauh lebih baik."Mas. Peluk," pinta Dinar dengan wajah penuh harap Yuda memeluk istrinya dengan lembut sambil ikut menikmati kehangatan matahari pagi."Baby nya happy hari ini kayaknya, Mas," kata Dinar sambil mengusap perut ratanya."Iya. Happy terus di dalam sana ya?" Di usapnya lembut tempat calon anak mereka berkembang.Kalau sudah begini, bahagia sekali rasanya. Keluarga kecil mereka akan lengkap dengan kehadiran buah hati sebentar lagi."Sial banget pagi-pagi liat adegan India
Read more
BAB 60
Devandra terus memukul tanpa henti Arif yang sudah babak belur. Ia yang tadinya tampak rapi dengan jas kini sudah acak-acakan dengan luka di bagian wajahnya.Suara jeritan mempelai perempuan dan keluarga Arif saling bersahutan. Orang-orang termasuk saudara Devendra menariknya agar berhenti memukuli Arif.Devandra di pegangin beberapa orang sementara Arif di bantu agar bangun."Apa sih mau Lo bang?" tanya Hasyim dengan berteriak marah.Devandra tampak tidak peduli. "Sakit hah?" tanyanya pada Arif yang sudah babak belur."Kau harus sadar rasa sakit yang Syafira rasakan. Kau bahkan di sini menikmati pestamu sementara Syafira berjuang di rumah sakit dengan penyakitnya!" teriak Devandra mengeluarkan seluruh emosinya.Arif mematung mendengar ucapan Devandra. Ia melirik kearah ibunya beberapa lama sebelum akhirnya berjalan pergi dari sana.****"Penyakit anda jadi semakin parah ketika anda stress. Saran saya, sebaiknya
Read more
PREV
1
...
45678
...
21
DMCA.com Protection Status