All Chapters of Nabrak Jodoh: Chapter 31 - Chapter 40
114 Chapters
31. Masih Cinta
“Kamu tenang aja sayang, aku pasti akan bahagiakan kamu. Aku nggak akan membiarkanmu menjadi bulan-bulanan orang lain, seperti itu!” seru Fajar sambil mengangkat dagunya dan mengarah pada Radit. “Janji ya sayang, kalau kita nikah nanti kamu harus tunjukin kalau bisa kasih anak ke aku!” Naura merajuk sambil mempererat pelukannya pada Fajar. Sengaja Naura menyindir Radit dengan harapan mantan suaminya itu pergi dan berhenti untuk mengganggu kesenangannya. “Pastilah sayang. Kemarin kan kita udah periksa kalau kita berdua sama-sama subur, apalagi aku juga masih muda, pasti lebih kuat donk!” tambah Fajar. “Tuh! Kamu udah dengar kan Mas, kalau laki-laki yang aku idamkan itu yang seperti ini. Seorang laki-laki yang bisa membahagiakan pasangannya bukan mempermalukannya!” tegas Naura sambil menunjuk ke arah Radit. Setelah itu mereka berdua pun tertawa begitu lantang sambil menatao Radit dengan tatapan yang meremehkan. Begitu banyak kalimat-kalimat buruk yang dilontarkan oleh Naura dan juga
Read more
32. Masalah di Tempat Kerja
“Kinan gimana, le?” tanya Bu Wuri saat melihat Radit menikmati sarapannya pagi ini. Kedua matanya masih sedikit merah karena kurang tidur, atau mungkin juga memikirkan nasib perasaannya sendiri. Pertemuan dengan Naura semalam benar-benar terasa menyesakkan bagi dirinya. Ia tak henti bertanya pada diri sendiri kenapa Naura bisa bertingkah sebegitu liarnya. Seharusnya Naura malu dengan perbuatannya, apalagi ia juga telah mencoreng nama baik ayah Naura. Meski mereka sudah bercerai, tapi Radit tetap saja menaruh rasa hormat pada ayah dan ibu Naura, bagaimanapun juga mereka adalah orang tua yang layak untuk dihormati. Malam itu ia benar-benar kalut sampai harus merenung cukup lama. Setelah memergoki Naura, ia hanya duduk di balik kemudi cukup lama, sampai akhirnya saat melewati rumah kos Mila, kondisi sudah sepi, dan tak mungkin baginya untuk menekan bel karena tak ingin menggangu kenyamanan penghunu lainnya. Saat itu Radit memaki dirinya sendiri yang terlalu meratapi Naura sampai-sa
Read more
33. Baiklah Kalau Begitu!
Dengan langkah gontai, Mila pun berjalan menuju tempat kosnya. Ia masih ingat bagaimana teman-teman seprofesinya menatap dirinya dengan perasaan jijik seolah ia adalah seorang pesakitan. Berulang kali Mila menengok ke belakang dan yang ia lihat masih sama. Semua yang tidak sedang bekerja tampak melirik Mila dengan pandangan yang meremehkan. Bahkan ada juga yang masih menunjuk ke arahnya sambil bicara dengan rekan kerja yang berdiri tak jauh darinya. “Apa yang telah aku lakukan pada mereka. Apakah masa laluku ini mengganggu pekerjaan mereka?” tanya Mila dalam hati. Mila berpikir apa ada orang yang telah membuatnya dipojokkan seperti ini? Ia pun menghembuskan napas panjang dan berkata pada dirinya sendiri, apa mungkin Ridwan yang menyebarkan berita ini? Bukankah selama ini hanya Ridwan saja yang mengerti tentang kehidupan pribadinya. Ataukah mungkin Pak Radit yang telah menyebarkan cerita ini agar ia mau bekerja di rumahnya. Mila terus saja memikirkan siapa yang telah menyebarkan b
Read more
34. Untung Saja
Radit mengambil ponsel dalam kantongnya yang bergetar beberapa menit lalu, begitu ia menemukan tempat yang pas untuk menepi. Kejadian kecelakaan beberapa waktu lalu membuatnya harus lebih berhati-hati dalam mengemudi. Tak mau menjawab telepon saat berkendara. Ia mendengkus, saat sebuah nomor tak dikenal muncul pada layar ponselnya. Sedikit menyesal karena harus menepi untuk menanggapi sebuah nomor yang tak dikenal. Namun ia tetap saja menghubungi nomor itu kembali, berusaha berpikir positif, mungkin saja itu nomor dari kliennya. "Halo, selamat siang," sapa Radit mengawali panggilan. "Eh ... Ngg selamat siang Pak Radit," jawab suara di seberang. Sekilas Radit seperti mengenali pemilik suara itu. Namun entah dimana, ia tak begitu ingat.Itu adalah suara seorang perempuan yang terdengar begitu lembut dan ada sedikit kegugupan, mungkin ini pertama kalinya perempuan itu menelepon Radit. "Maaf mengganggu Pak, saya Mila. Mila Ariani, bundanya Kinanthi," jawab pemilik suara lagi. "Oh
Read more
35. Ada Batasan
Mila sangat tersentuh dengan perhatian yang diberikan oleh Radit barusan. Hanya dengan melihat saja Radit sudah tahu kalau Mila memiliki beban yang begitu berat. “Eh bukan apa-apa Pak. Yah hanya masalah pekerjaan pada umumnya saja,” jawab Mila disambut anggukan Radit. Ia tidak mungkin mengatakan hal yang sebenarnya pada Radit. Mereka baru saja berkenalan dan Pak Radit sudah memberikan kesempatan padanya untuk hidup lebih baik, tidak mungkin ia harus membebani pikiran pria itu dengan curhatan yang tak masuk akal. Saat ini pekerjaan dari Radit menjadi satu-satunya yang bisa membantunya untuk bertahan hidup. Setidaknya ini yang ada dalam pikirannya. Dalam hati Mila berkata semoga pekerjaan ini membuatnya nyaman dan hidup dengan tenang. Mila tidak mengerti kenapa ada soerang yang begitu tega untuk membuatnya terusir dari tempat kerjanya. Padahal selama ia bekerja tidak sekalipun melanggar aturan atau sekedar tindakan tidak disiplin. Selama bekerja pun Mila selalu berusaha untuk berlaku
Read more
36.Keputusan Sudah Bulat
Pagi ini Mila membuka jendela kamar tidurnya pelan-pelan. Semalam ia sudah menyiapkan surat pengunduran diri yang nanti akan diberikan pada Pak Iwan. Kali ini keputusannya sudah bulat, ia akan bekerja di rumah Pak Radit. Meski semalam sempat menanyakan tentang hal konyol pada pria itu, tapi ia tahu kalau ada ketulusan dibalik sikap Pak Radit. “Huft! jika pekerjaan tidak kondisif lagi, tak ada salahnya menerima tawaran yang lebih baik. Demi menjaga kewarasanku,” gumam Mila sendirian. Jika Pak Radit tidak serius mempekerjakannya, mana mungkin dia akan terus mencarinya. Apalagi sekarang anaknya diadopsi oleh Pak Radit, wajar jika mencari kejelasan tentang status Kinanti. Mila berpikir tak ada gunanya merasa bersalah atau sungkan karena tinggal satu atap dengan Pak Radit. Ia harus sadar diri kalau kedudukanya di sana nanti bukanlah tamu, melainkan pekerja sama saja dengan seorang asisten rumah tangga. Sangat tidak sopan jika ia menganggap kalau Pak Radit memiliki niat lain terh
Read more
37. Resmi Berpisah
"Mas, aku nggak bisa datang kali ini. Terserah nanti keputusan pengadilan bagaimana, aku ngikut," tulis Naura pada pesan w******p Radit kemudian meletakkan ponsel pada pangkuannya. Radit memandangi layar ponselnya sekali lagi. Tak lagi ada rasa kecewa dengan penolakan dari Naura. Ia sudah tahu kalau saat ini dia bukan lagi prioritas utama bagi wanita berdagu belah itu. "Ya, tak apa. Terima kasih," balas Radit singkat. Naura yang menerima pesan dari Radit hanya bisa termenung karena terkejut. Walaupun sudah tak ada rasa cinta untuk mantan suaminya, tapi ia tak suka dengan tanggapan yang diberikan untuknya. “Hah, gitu aja?” gumam Naura. Harga diri yang tercipta karena kecantikan yang dimiliki membuat Naura memprotes apa yang dikatakan oleh Radit. Menurutnya, sang mantan suami seharusnya bertanya kenapa ia tak bisa datang. Bukannya dulu Radit begitu mencintainya? Apa semudah ini mantan suami melepaskannya? Memangnya kalau sudah pisah dengan Naura akan mudah mendapatkan wanita lai
Read more
38. Terpaksa Berbohong
Permohonan talak Radit akan Naura pun dikabulkan atas putusan vertex. Radit pun menyanggupi untuk membayar iddah Naura sebanyak enam bulan nafkah. Mahligai rumah tangga yang dibangun delapan tahun lamanya itu pun kandas sudah. Meski sangat disayangkan, tapi tak ada lagi kesedihan yang bisa ditunjukkan oleh Radit. Ia menanggapinya dengan sikap yang datar, melanjutkan hidup sebagaimana mestinya. “Mungkin lebih baik seperti ini, untuk kebahagiaan bersama,” batin Radit sambil menghembuskan napas panjang. “Pak Radit, maaf saya tidak tahu bagaimana harus bersikap kali ini. Sebagai seorang profesional, saya cukup puas karena sidang kali ini tidak alot dan berjalan lancar. Namun saya juga ikut prihatin dengan apa yang menimpa klien saya,” ucap Pak Wandi, pengacara sambil menepuk pundak Radit, dan membesarkan hatinya. Radit hanya tersenyum getir, kemudian berkata, “Tidak apa-apa Pak. Yang meminta bantuan Bapak agar perceraian ini berjalan lancar juga saya. Sekali lagi terima kasih karena su
Read more
39. Tergiur
Kedua telapak tangan Bu Fatma terbuka lebar, satu per satu jemarinya pun ditekuk seperti sedang menghitung angka. Seratus juta itu jumlah yang begitu fantastis dan ia sangat tidak sabar untuk menerima uang itu segera.Kemudian ia pun berpikir sejenak membayangkan tentang rumah yang ditinggali Radit. Lokasinya memang sedikit ke pinggir kota, tapi termasuk kawasan menengah atas. Menurut kabar yang didengar, harga tanahnya per meter saja sekitar 8 juta. Kalau tidak salah, luas tanah Radit 140 meter, dijual harga tanah saja sudah lebih dari satu miliar. Bagaimana jika ditambah dengan harga bangunannya. Ah setidaknya nanti Naura akan mendapatkan lebih dari lima ratus juta.Ah lima ratus juta, itu angka yang tidak sedikit. Jika uang itu sudah di tangan pastinya ia akan menjadi seorang jutawan yang sangat disegani, terutama bagi kumpulan ibu-ibu arisannya.Bu Fatma memang bergabung dengan kelompok arisan dengan istri pensiunan pegawai pemerintah. Sayangnya Bu Fatma bukan berasal dari golong
Read more
40 Jika Maumu Begitu, Pergilah!
Bu Fatma tampak berpapasan dengan suaminya saat hendak masuk ke dalam kamar. "Ya ampun Bapak bikin kaget aja," seru Bu Fatma dengan sedikit terlonjak dan memegangi dada. "Lah kenapa Bu, seperti dikejar setan aja," sindir Pak Rustam, suaminya. "Nggak kok Pak.” Wanita tambun ini kembali memperhatikan penampilan suaminya. Kali ini sang suami mengenakan kemeja dan celana kain yang sudah disterika licin. “Bapak mau pergi kemana? Kok kelihatannya rapi banget?” "Diajak Pak Bambang nawarin tanah, lumayan kalau laku, bapak dapat bagian." "Oh iya Pak, ati-ati. Mudah-mudahan lancar." Pak Rustam pun mengulurkan tangannya untuk disambut istrinya. Seperti biasa wanita tambun itu pun mencium punggung tangan suaminya, tapi tak pernah mau kalau dikecup keningnya. Padahal kegiatan yang terlihat sepele ini justru mempererat hubungan antara suami dan istri. Namun Bu Fatma selalu menolak dengan alasan sudah tua nggak pantas begituan. Tak berapa lama, Pak Rustam pun pergi meninggalkan rumah men
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status