All Chapters of Nabrak Jodoh: Chapter 41 - Chapter 50
114 Chapters
41. Setelah Tiga Bulan
Sejak Mila mengusirnya hari itu dari rumah Kos. Ridwan pun mulai tidak tenang dalam mengerjakan pekerjaannya.Ia seperti kehilangan konsentrasi dan semangat bekerja. Perangainya berubah sejak saat itu. Seringkali Ridwan kedapatan melamun di tempatnya bekerja. Bahkan yang lebih parah, pernah dalam satu hari seorang pelanggan harus berteriak untuk meminta bantuannya mengisi bahan bakar. Tentu saja karena Ridwan melamun sampai tidak tahu ada customer yang datang. Untung saja pelanggannya saat itu tidak mengajukan komplain atau memviralkan perilakunya. Jika itu terjadi ia bisa kehilangan pekerjaan. Sepertinya Mila benar-benar merubah kehidupannya. Mila telah memenuhi otak dan hatinya sejak belakangan ini. Dia bukan pertama kali menyukai seorang perempuan, tapi sudah berulang kali. Namun baru kali ini ia merasakan hal yang berbeda.Ia benar-benar tidak siap untuk kehilangan seseorang yang belum sempat ia miliki. Belum juga menjalin hubungan spesial dengan Mila, tapi ia sudah merasak
Read more
42. Sikap Ibu
Pemandangan di hadapan Mila benar-benar membuatnya tidak tahan. Bayi mungil yang sekarang ada dalam gendongan Bu Wuri seolah memanggilnya dan memintanya untuk digendong. Mila tampak berusaha untuk menahan diri, tapi semakin lama ia semakin tidak tahan untuk tidak menggendong Kinan. Naluri keibuannya terus mendorongnya untuk menunjukkan kasih sayang sebagai seorang ibu. Jujur saja Mila sangat merindukan bayi mungilnya yang sudah tiga bulan ia tinggalkan bersama Pak Radit. Tanpa sadar Mila pun berdiri lalu membungkuk mencoba untuk mengambil bayi yang berada dalam dekapan Bu Wuri. Sayangnya, saat tangan Mila sudah mendekati Kinan dan raut wajah bayi mungil itu pun begitu cerah, Bu Wuri pun berdiri dan membuat jangkauan tangan Mila semakin jauh pada bayinya. Wanita berkaca mata itu seakan tidak ingin kalau Mila menyentuh Kinan. Radit yang melihat hal ini pun langsung tak enak hati dan ingin bicara pada ibunya. Namun sayang, wanita paruh baya itu langsung berkata pada Radit, “Radit,
Read more
43. Anak atau Istri Yang Tak Beres?
Matahari belum juga terbit, langit masih menampakkan semburat kuning kemerahan. Naura pun berdiri di depan pintu rumah dan membuka kunci rumah secara perlahan. Saat di dalam rumah ia pun mencincing sepatunya agar tak menimbulkan suara. Tentunya ia takut kalau ayahnya sudah bangun, karena seperti biasa saat subuh ayahnya akan pergi ke masjid untuk sholat. Jika sampai ayahnya memergoki dirinya baru pulang, sudah pasti akan didamprat habis-habisan. Namun baru saja beberapa langkah, tiba-tiba lampu ruang tamu pun menyala dan ia mendapati ayahnya sudah berdiri di samping dinding dan posisi tangannya masih memegang saklar. Naura melihat ayahnya memandangnya dengan tatapan yang tajam dan penuh kemarahan. Saat itulah Naura sadar kalau dia tidak baik-baik saja. “Kamu masih ingat punya rumah di sini?” tanya Pak Rustam dengan suara yang tegas. Seketika wajah Naura pun pucat, ia langsung menunduk dan tak berani menatap ayahnya. “Mmm maaf Yah, Naura lembur, dan ini baru selesai.” Pak Rust
Read more
44. Terlalu Indah
.Meihat Naura yang langsung naik ke atas, Bu Fatma pun bergegas untuk menyusulnya. Ini tidak bisa dibiarkan, putri kesayangannya itu tidak boleh hidup sengsara setelah bercerai. Saat masih menjadi istri Radit kehidupannya cukup susah, sempat menjadi tulang punggung beberapa bulan. Belum lagi tekanan batin dari sekitar yang menyakitkan bagi Naura. “Naura sayang, kamu nggak bisa diam saja menanggapi hal ini!” seru Bu Fatma dari celah pintu yang belum tertutup. Naura mendengkus kesal, “Apa lagi sih Bu! Naura kan sudah bilang kalau itu nggak mungkin. Udah deh Bu, Naura capek!” Namun Bu Fatma tak peduli. Wanita ini justru terus bersikeras agar Naura menuntut pembagian harta gono-gini. “Naura! Dengarkan perkataan ibu nak, kamu harus menuntut hakmu. Kami harus mendapatkan pembagian dari rumah Radit.” Wanita tambun itu berhenti sejenak dan berkata lagi, “Naura, ibu sempat bertemu Radit di sidang kedua perceraian kalian. Dia mengatakan rumah itu akan dijual, dan kamu harus mendapatkan sete
Read more
45. Pagi yang Canggung
Ini hari pertama Mila bekerja di rumah Radit sebagai pengasuh Bu Wuri. Saat ini Mila menyambut hari dengan gembira di hatinya.Sejenak ia melirik ranjang di sampingnya. Bayi Kinanthi masih tertidur pulas. Mila pun segera bangun dan meletakkan bantal guling di samping Mila agar bayinya tidak jatuh.Ia pun langsung mengecup kening Kinanthi dan bergegas meninggalkannya. Ia harus mandi dan memulai pekerjaan awalnya sebelum bayi Kinanthi terbangun.Mila tahu pekerjaannya kali ini tidak mudah, tetapi gajinya sepadan. Ditambah lagi, dia memiliki seorang gadis kecil untuk diurus. Belum lagi lingkungan pekerjaan yang lama sangat tak kondusif untuknya.Seperti yang diinginkan oleh Radit, di sini ia harus menjadi pengasuh untuk ibunya, menyiapkan makanan untuknya dan juga memastikan agar obat ibu diminum. Mila juga harus menemani Bu Wuri dalam kesehariannya. Sedikit melelahkan dan ribet juga di saat bersamaan mengurus seorang bayi dan seorang wanita lanjut usia. Namun bagaimana lagi ia membutuhk
Read more
46. Menantu Restu Ayah
Pagi tadi Fajar tampak mengemudikan mobilnya dengan kecepatan lebih tinggi dari biasanya. Ia sudah janji untuk menjemput Naura pagi ini seperti biasa. Gara-gara semalam mereka terlalu lelah memadu kasih, tapi ini sungguh nikmat.Fajar yang sudah tiba di depan rumah Naura pun menunggu di luar rumah sesuai instruksi dari Naura. Sejenak ia melirik arloji di tangannya, Fajar sudah terlambat lima menit, dan dia tidak ingin membuat Naura menunggu.Fajar merogoh saku dan mengambil telepon genggam, berniat untuk menelepon Naura. Namun baru saja memberi kabar, perempuan pujaannya sudah berjalan ke arahnya. Wajah Naura terlihat lelah dan mengantuk, tapi masih saja menawan."Kamu udah siap, Sayang?” sapa Fajar sambil memandangi Naura.Naura pun menjawab, “Maaf ya, aku bikn kamu nunggu lama. Ayok kita berangkat sekarang aja sebelum terlambat!"Fajar menggelengkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Aku nggak menunggu lama. Sampai kapanpun aku selalu siap menunggumu."Fajar membuka pintu penumpang mobilnya
Read more
47. Pertemuan di Mall
Radit melangkah tenang sambil berjalan di area mall. Baru saja bertemu dengan salah satu official mall untuk membahas kerjasama. Sejak perpisahannya dengan Naura, ia memang lebih serius unutk bekerja. Seperti sekarang ini, ia berencana membuka cabang restorannya di dalam mall. Entah ini hal yang baik atau tidak, semenjak perpisahan itu rejeki Radit semakin lancar. Restorannya semakin lama semakin ramai, apakah ini sebuah akibat atau berkah dia sendiri tidak tahu. Yang jelas apa yang ia dapatkan hari ini patut disyukuri. Namun sesuatu yang tak terduga merubah moodnya kali ini. Saat ia melewati toko perhiasan, tanpa sengaja ia bertemu dengan Naura yang sedang dirangkul mesra oleh kekasihnya. “Mereka begitu mesra sekali. Dulu akulah yang selalu memeluk pinggangnya dengan erat,” gumam Radit. Tak bisa dipungkiri kalau perasaannya kacau melihat apa yang ada di hadapannya. Radit berhenti sejenak dan memperhatikan sosok mereka yang begitu mesra, tawa dan senyum Naura masih sama menarikny
Read more
48. Di Malam Sunyi
Mila mendatangi sosok Radit yang sedang duduk termenung di teras. Wanita muda ini membawakan kopi hitam dan singkong goreng untuknya."Silakan Pak," kata Mila kemudian meletakkan di meja teras.Radit yang sedang duduk termenung pun menoleh ke arah Mila yang tiba-tiba datang dan sedikit terkejut."Kamu buat ini?" tanya Radit."Iya, Pak, dimakan ya!"Radit mengangguk, kemudian kembali merenung. Mengingat apa yang terjadi belakangan ini.Meskipun sebenarnya ia sudah melepaskan Naura, tapi sepertinya masih belum bisa melupakan wanita yang pernah berbagi cinta dengannya. Wajar saja, hubungan yang mereka bina sudah berlangsung sangat lama.Ia hanya tak mengira kalau pernikahannya kalah oleh sebuah pengkhianatan. Namun Radit tak bisa sepenuhnya menyalahkan Naura. Sebagai suami ia sudah gagal dalam mendidik dan membahagiakan sang istri.Kondisi mani encer yang dialaminya membuat Radit merasa rendah diri. Bahkan ia merasa takut untuk berumah tangga lagi. Takut tak bisa membahagiakan pasangannya
Read more
49. Keributan di Pasar
“Ini saja Bu yang mau dibeli?” tanya Mila sambil memperhatikan catatan yang diberikan oleh Bu Wuri. Barusan ibunya Radit mengatakan pada Mila kalau hari ini adalah ulang tahun Radit, dan beliau bermaksud untuk membuat masakan kesuakaan Radit.“Iya itu aja, ini uangnya buat belanja dan ongkos kamu. Pasarnya lumayan jauh, kamu naik becak atau ojek pangkalan aja, manggilnya dari depan gang situ!” ucap Bu Wuri sambil menyerahkan tiga lembar uang seratus ribu dan dua lembar 20 puluh ribuan.“Iya Bu, saya berangkat dulu. Assalamualaikum,” pamitnya kemudian berjalan menuju pangkalan ojek.“Perlu ditunggu nggak Neng?” sapa tukang ojek pada Mila begitu ia turun dan menyerahkan uang pada laki-laki itu.Mila menggeleng, “Nggak usah, nanti saya biar panggil dari sini saja.” Beruntung Mila mendapatkan tukang ojek paruh baya sehingga sikapnya masih lebih sopan dan profesional, tidak mencuri-curi pandang ke arahnya sama sekali.Mila menatap lurus ke depan dan mencoba untuk membelah kerumunan yang pe
Read more
50. Jangan Lemah!
Seketika suasana yang ricuh pun berubah hening saat mendengar seseorang meminta mereka berhenti. Tentu saja semuanya ingin tahu siapa yang berani menghentikan kesenangan mereaka saat ini.Mila masih saja duduk di posisinya, ia seperti membeku dan air mata mengalir di wajahnya. Sekarang ia pun terkejut saat melihat kehadiran Pak Radit yang tiba-tiba datang seperti sorang ksatria yang mengenakan pakaian zirah. Bibirnya pun bergetar mengucapkan nama Radit, dan ini membuatnya tahu kalau saat ini hanya Pak Radit saja yang peduli kepadanya.“Ada apa ini?” tanya Radit tiba-tiba sambil melangkah mendekati Mila. Namun tak seorang pun bersedia untuk menjawab. Sampai akhirnya Jihan pun mulai angkat suara, “Oh jadi ini laki-laki yang kamu rebut dari istrinya. Wah hebat banget kamu Mila, sampai bikin laki-laki ini datang menyusul kamu!” seru Jihan, dan saat itulah kerumunan mulai terprovokasi dan nyaris untuk membuat keributan.“Ini laki-laki yang tidak bisa setia pada istri!”“Eh kamu malah senan
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status