All Chapters of Gairah Suamiku (Jangan Salahkan Aku Selingkuh): Chapter 11 - Chapter 20
34 Chapters
Tak Ada Lagi D3sahan Dan Erangan
Jika saja Ayana punya keberanian, sedikit saja. Tentu ia akan menghampiri Dindar dan menanyakan tentang status wanita yang bersamanya. Ayana benar-benar tak menyangka bahwa ia akan diselingkuhi oleh Dindar. Ia kira Dindar hanya punya sikap kasar terhadapnya, namun ternyata Dindar juga menduakan dirinya.Ayana memilih pulang dengan membawa hati yang terluka. Entah nasib apa yang ia punya hingga segitu buruk kisah hidup yang ia alami.Setibanya di rumah, Ayana segera mencuci muka sebersih-bersihnya untuk menghilangkan air matanya yang terus mengalir. Ia benci dengan air mata yang terus mengalir karena Dindar. Lebih-lebih karena diselingkuhi Dindar. Seharusnya Ayana tak merasa sakit hati hingga harus menangis sebab diselingkuhi pria kasar sepertinya. Karena Ayana mengakui sendiri bahwa rasa cinta untuk Dindar sudah mulai memudar tatkala pria itu mulai berlaku kasar pada dirinya.Namun naluri keistriannya yang membuat Ayana merasa tak terima dikhianati Dindar. Walau bagaimanapun Ayana
Read more
Hukuman Untuk Ayana
Ayana segera mengusap sudut bibirnya yang berdarah. Sekuat mungkin ia menahan diri agar sampai tak menangis dan mengeluarkan air mata.Dindar segera menghampiri Ayana yang terduduk di lantai. Sambil berjongkok, tangan kekar Dindar menarik rambut Ayana dan menghadapkan wajah Ayana pada Dindar."Akhh…!" Ayana meringis kesakitan tatkala Dindar semakin kuat menarik rambut Ayana."Kenapa kau menunjukkan wajah jelekmu?" Gigi Dindar bergemeletuk. "Apa kau tak menyukaiku, heum?" Tarikan tangan Dinar semakin kuat di rambut Ayana."Jawab, Ayana. Kenapa kau menampakkan raut wajah masam?" bentak Dindar."Bukankah, kau sudah ada wajah cantik lain yang tentunya lebih sedap dipandang oleh dirimu?""Apa?" Mata Dindar melotot. Otaknya mulai mencerna apa yang dikatakan Ayana."Aku sudah tahu perselingkuhanmu, Mas!" ucap Ayana tanpa ada ketakutan sama sekali dalam dirinya."Oh, jadi kau—""Iya, Mas. Aku tahu semua. Aku melihat dengan mata kepalaku sendiri Mas Dindar bercumbu mesra dengan wanita selingku
Read more
Bukan Yang Pertama
"Akhh…!" teriak Ayana.Namun bersamaan dengan itu, tubuh Ayana tertarik keluar oleh seseorang hingga terjatuh ke tanah dengan tubuh tertindih.Ayana segera menatap ke wajah orang yang menariknya keluar dari kandang harimau."Mas Dindar!" seru Ayana dengan mata melebar. Sedikit tak percaya Dindar akan melakukan hal itu.Dindar tersenyum menyeringai seraya menarik Ayana untuk berdiri."Kau takut akan hukumanku, Aya. Namun kau masih berani untuk melawan ku,"ucap Dindar dengan masih menatap Ayana yang tampak masih gemetaran. Ayana hanya diam dengan tubuh gemetar. Rasa takut dan panik nya belum juga hilang dari dirinya. Bahkan kali ini ketakutan pada Dindar semakin menjadi dalam diri wanita itu.Tanpa berkata-kata Dindar menarik tangan Ayana kembali kedalam rumah dan mendudukkannya di sofa.Sedangkan Dindar pergi sebentar dan kembali ke sofa dengan tangan sudah membawa kotak obat."Kemarikan kakimu!"Ayana sempat tercengang dengan titah Dindar."Cepat!" Dindar melotot."Tapi—"Kata-kata Ay
Read more
Terbelenggu
"Iya. Kau bukanlah yang pertama, Ayana. Tapi yang kedua." Ayana membekap mulutnya. Air matanya mengalir dengan deras. Bukan karena ia cemburu atau merasa terkhianati, melainkan Ayana merasa tertipu oleh Dindar. Kenyataan itu benar-benar membuat Ayana lemah hingga tubuhnya ambruk jatuh terduduk ke sofa. Sungguh, banyak sekali ternyata kebohongan dari Dindar. Tiba-tiba Ayana teringat dengan kata-kata Aham."Jika sudah ada kamu…lalu kenapa ia masih menikahiku?" tanya Ayana di sela-sela isakannya."Karena dia terobsesi dengan dirimu. Ia hanya memiliki hasrat padamu.""Apa!"Lidya mengangguk. Lalu ikut duduk di samping Ayana. "Aku sebenarnya sahabat Dindar sedari kecil. Aku yang mengetahui semua tentang Dindar. Sebuah peristiwa membuat ia membenci akan semua wanita. Kecuali diriku. Namun ia tak pernah tertarik padaku."Kening Ayana mengernyit. Tidak tertarik namun menikah?"Dindar menikah denganku sebab ia merasa aman bersamaku. Namun ia merasa nyaman denganmu." Lidya berucap seolah men
Read more
Bertemu Aham
"Iya, Ayana. Aku datang untukmu!"Ayana terkejut dan segera terbangun dari tidurnya saat mendengar suara yang seperti suara Aham.Ayana mendesah seraya mengusap wajahnya kasar. Ternyata tadi ia hanya mimpi. Mimpi kedatangan Aham. Ia tersenyum kecut. Bisa-bisanya dia memimpikan pria yang pernah menculiknya itu.Namun Ayana sempat heran, bisa-bisanya dia bermimpi tentang Aham yang seperti peduli dan ingin menolongnya.Ayana segera menggelengkan kepalanya berusaha melupakan mimpinya tersebut.Saat ia masuk ke kamarnya ia langsung mendapatkan pesan dari nomor yang tak dikenal.[ Jangan bilang pada Dindar kalau tadi aku datang menemuimu. Untuk akhir-akhir ini mungkin Dindar akan sedikit lebih sibuk dan akan jarang pulang. Ia lagi sibuk dengan jabatan dan bisnisnya.]Ayana hanya membaca pesan itu tanpa ada niatan untuk membalasnya. Ayana juga sudah tahu tanpa bertanya kalau yang mengirim pesan adalah Lidya.Saat hendak meletakkan kembali, tiba-tiba pesan Lidya kembali masuk.[ Aku sudah m
Read more
Aham Dan Ayana
Perlahan Ayana menoleh kebelakang menatap Aham."Kau tak perlu minta maaf. Aku sudah melupakan kejadian waktu itu. Juga ucapanmu." Setelah berucap, Ayana melanjutkan langkahnya. Namun Aham kembali mengejarnya."Tunggu." Aham menahan lengan Ayana."Apa itu artinya kau memaafkanku, Ayana?" Ah, entahlah. Kenapa tiba-tiba Aham merasa ingin dekat dengan Ayana. Dan tiba-tiba saja ia ingin peduli gitu dengan Ayana.Ayana tak menjawab. Ia menarik tangannya dan berlalu pergi dari hadapan Aham begitu saja.Melihat itu, Aham semakin greget dengan Ayana.*****Entah sebuah ketepatan atau takdir, Ayana ternyata satu angkatan dengan Aham. Dan yang lebih membuat herannya lagi, kursi kosong yang tersedia tepat di samping Aham.Aham melambaikan tangannya pada Ayana.Awalnya ragu. Namun mau tak mau Ayana melangkah dan duduk di kursi sebelah Aham."Kenapa kita seolah ditakdirkan untuk kembali bertemu, Ayana!" Aham berbisik di telinga Ayana.Ayana tak menjawab. Namun tiba-tiba ia kepikiran dengan mimpi s
Read more
Pengakuan Lidya
"Aku lah yang mengirim Dokter Althan ke rumahmu!""Apa!"Sontak, Ayana dan Aham menoleh ke arah sumber suara.Althan tersenyum ke arah Ayana dan Aham. Ayana segera mengelus dadanya yang sempat berdebar-debar menahan takut. Takut kalau yang datang dan mendengarkannya tadi adalah Dindar. Namun ternyata Althan.Dengan masih tersenyum, Althan melangkah menuju tempat dimana Aham dan Ayana saat ini berdiri.Aham menyambut Althan dengan senyuman. Sedangkan Ayana memandangi Aham dan Althan secara bergantian. Mereka berdua tampak akrab. Bahkan sangat akrab. Terlihat sekali dari cara mereka mengobrol. Meskipun usia Aham jauh lebih muda dari Althan.Selanjutnya Althan menoleh ke arah Ayana."Saya diberi tugas sama Tuan Dindar untuk menjemput Bu Ayana," ucap Althan pada Ayana.Ayana hanya mengangguk tanpa berkata-kata. Selanjutnya ia melangkah ke arah tempat dimana mobil Althan terparkir. Walaupun sebenarnya Ayana masih sangat penasaran dengan cerita Aham, dan banyak juga pertanyaan-pertanyaan A
Read more
Pengakuan Cinta Aham
Lidya tersenyum. "Ayana sudah tahu. Jadi aku menampakkan diri padanya. Untuk apa juga harus bersembunyi? Toh Ayana sudah tahu, kan?" Lidya menatap Ayana sambil tersenyum.Sedangkan Ayana tak menjawab. Dan wajahnya tak menunjukkan reaksi apa-apa."Hari ini kita ada rapat penting di kantor. Biarkan Ayana pergi dengan taksi langganannya atau kau bisa menyuruh Dokter Althan, bukannya dia Dokter merangkap asistenmu?" ucap Lidya menatap Dindar dengan senyuman kalem."Tidak. Althan memang bekerja denganku. Namun tak baik juga jika terlalu sering bertemu dengan Ayana." Dindar melirik Ayana sengit. Sontak membuat Ayana segera menundukkan wajahnya. Takut akan tatapan itu."Kau berangkatlah dengan taksi langgananmu," ucap Dindar, seketika membuat kelegaan di hatinya. Ah, entahlah. Jika sampai Dindar mengantar kepergiannya ke kampus, ia tak tahu apa yang akan terjadi pada dirinya. Sungguh, ia sama sekali tak mengharapkan berdekatan dengan suaminya yang tak hanya bertemperamen tersebut, namum kej
Read more
Cinta Untuk Pertama Kalinya
"Maaf, Aham. Jika kau berusaha untuk kembali memanfaatkan aku agar bisa kembali terpengaruhi oleh dirimu, maka maaf. Aku sudah jera dengan omongan pria. Kau dan Dindar sama saja. Awalnya aja baik, tapi setelah itu, kalian menampakkan sifat aslinya." Setelah berucap dengan penuh penekanan, Ayana segera melangkah pergi.Aham tak tinggal diam saja, ia juga segera melangkah dan menarik kuat lengan Ayana dan memegangnya dengan erat. "Jika itu persamaanku dengan Dindar. Maka aku akan menampakkan perbedaanku dengan suamimu itu." Aham berucap dengan mata menatap lekat Ayana. Seolah-seolah ia ingin menunjukkan keseriusannya dalam ucapannya tadi, saat menyatakan perasaannya.Setelah cukup lama menatap mata Aham, Ayana segera memalingkan wajahnya."Kenapa, Ayana? Kenapa kau berpaling?" Aham kembali ingin membuat Ayana menatap dirinya. Namu Ayana menolaknya.Aham tersenyum kecut. "Kenapa kau takut menatap mataku?" tanyanya."Aku tidak takut!" Ayana berucap dengan masih tak melihat Aham."Kalau b
Read more
Membawa Lari Ayana
"Aku suka air matamu yang mengalir karena aku."Ayana segera menghempaskan tangan Aham. "Aku menangis bukan karenamu." Ayana tak jujur. Ia tak mau memberi peluang untuk Aham. Sebab, Ayana tahu, perasaan itu tak akan pernah berjalan dengan sesuai keinginan. Baik keinginan Aham."Lalu karena apa?" tanya Aham. Menatap serius pada wanita cantik di depannya tersebut."Aku sudah terbiasa menangis setiap harinya. Jadi kamu tidak perlu khawatir." Ayana berusaha memalingkan pandangannya. Menghindari tatapan Aham."Kau pikir kau bisa membohongiku, Ayana?" Aham memegang kedua tangan Ayana erat hingga membuat wanita itu tak bisa bergerak."Apa kau tak waras, heum?" Ayana berontak berusaha melepaskan tangan Aham yang mencengkeramnya."Ayana. Katakan, kenapa kau menangisiku?" Aham semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Ayana."Aku tak menangisimu," sangkal Ayana, keukeh."Kau menangis saat kau melihat kebenaran di mataku. Itu kau bilang tak menangisiku?" Aham tampak geram. Dan entahlah, kenapa ia
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status