Semua Bab Nasi Bungkus untuk Laila: Bab 21 - Bab 30
68 Bab
Mabuk
"Alfu Laila, mengapa kau membuatku mabuk?" Tiba-tiba Arsen masuk ke dalam ruangan dan menghadang Laila yang hendak keluar. Laila terkejut dibuatnya, sebab ia tak tahu jika Arsen akan kembali ke kantor dan masuk ke dalam ruangannya itu. Laila berpikir jika Arsen sudah pulang, maka ia kembali masuk untuk mencari mushaf sakunya yang tertinggal di ruangan Arsen. Tangan Arsen berada dalam saku celana water flood-nya, kemejanya digulung hingga ke siku, tubuhnya yang atletis menjulang menutupi tubuh Laila yang ramping, kepala Laila hanya sebatas daun telinga Arsen. Laila terkesiap, ia tak bisa berkelit saat tubuh itu menghadang dirinya. Saking dekatnya, Laila dapat membaui harum pria ini. Laila menahan napasnya. Jantungnya berdegup kencang, ia tak pernah sedekat ini dengan pria mana pun, apalagi pria sesempurna Arsen. Tatapan mata Arsen yang setajam elang menghunus tajam hingga ke ulu hatinya. Tatapannya se
Baca selengkapnya
Mengulang Dosa
Arsen menemukan dirinya di dalam sebuah ruangan, kamar Heralin. Ia terkejut mendapati dirinya dalam keadaan berantakan. Ada wanita yang beberapa bulan ini selalu ingin ia hindari berada di sampingnya. Rasa sesak menyergap hati Arsen. Mengapa ia kembali melakukan dosa? Arsen mencoba kembali mengingat kejadian kemarin, saat ia melihat Laila bersama Abizar, ada perasaan cemburu yang membakar hatinya. Arsen sadar, Abizar lelaki salih dan bukan tandingannya. Tak sepadan dengannya, Laila pantas mendapat pria yang baik. Setan kembali merayunya agar menenggak minuman memabukkan itu, untuk menghilangkan rasa frustasinya. Padahal ia sudah berjanji akan berhenti dari perbuatan dosa. Ia takut, mati dalam keadaan bermaksiat. Suatu hari ia pernah bertanya pada Abizar, apakah orang seperti dia layak mendapat pengampunan? “Apakah mungkin, Allah mengampuni saya, Ustadz?” 
Baca selengkapnya
Dendam Heralin
Setahun terlewati, suka duka telah Laila simpan semuanya dalam memori, sejauh ini ia berhasil bertahan, ia bertepuk tangan untuk dirinya sendiri. 'Terima kasih Allah, atas kemurahan-Mu, atas izin-Mu bagi manusia hina ini, yang masih diperbolehkan menghirup udara segar dan gratis, masih sudi menolong pendosa ini. Aku tahu Engkau tak pernah berjanji bahwa hidup ini akan selalu mudah, namun Engkau berjanji akan beserta orang-orang sabar.’ Laila mengucap syukur dalam hatinya. Malam nanti, kantor akan mengadakan event tahunan, gathering seluruh karyawan dari mulai direksi, CEO, manager, karyawan biasa hingga cleaning service dan OB, semuanya wajib hadir, karena akan diberikan anugrah kenaikan jabatan atau hadiah-hadiah menarik, bagi karyawan yang berprestasi. "Mbak Yani, berangkat jam berapa ke acara gathering? Aku nebeng, ya?" tanya Laila sepulang dari tempat kerjanya. "Aku bareng sama divisi aku L
Baca selengkapnya
1001 Malam
Malam merambat menuju pagi, dinginnya angin dini hari menusuk kulit hingga pori-pori, Laila merapatkan jilbabnya. Kulit putihnya memucat, rasa dingin menjalar hingga ke relung hatinya. Terpaksa Arsen dan Laila harus menunggu di sebuah mini market 24 jam. Mobil yang mereka tumpangi mengalami bocor. Sepetinya paku yang disebar para begal itu, mengenai mobil yang mereka tumpangi. Arsen terlihat menghubungi seseorang. Wajahnya terlihat gusar dan menyiratkan kekhawatiran. Ia tak ingin membuat Laila merasa tak nyaman, karena di tengah malam begini masih berada di luar, dan hanya berduaan saja dengannya. “Pokoknya, kamu cepat datang. Sekarang juga, titik!” Arsen menutup panggilan. Lalu beranjak mendekati Laila. "Kita tunggu Ubed di sini dulu, ya. Dia masih harus mengantar kedua orang tuaku ke rumah. Aku minta ma’af, membuatmu tak nyaman.” “Justru saya yang
Baca selengkapnya
Raja Syahriar dan Putri Syahrazard
Tiga puluh menit berlalu. Ubed masih belum juga menampakkan batang hidungnya. Laila memutar pandangannya, mengitari seluruh ruangan. Semua meja hampir terisi penuh. Tak jauh dari tempatnya duduk, tampak sebuah keluarga yang terdiri dari suami istri dan dua anaknya. Laila bernapas lega, karena ia dan Arsen, tidak berdua saja di tempat itu. “Bisakah kamu menceritakan kisah Syahrazard?” Arsen bergumam, memecah kesunyian, setelah lama saling diam. “Sopir pak Arsen, kenapa lama sekali?” Laila tak menjawab Arsen, malah balik bertanya. “Tidak lama lagi, dia masih dalam perjalanan. Ceritalah! Sambil menunggu Ubed.” Laila menghela napas, matanya sedikit menerawang. "Kisah seribu satu malam ini bercerita tentang seorang raja yang bernama Syahriar, ia seorang raja yang baik dan bijaksana. Suatu hari sang raja berpamitan pada permaisurinya untuk berburu, namun tak lama, ia kem
Baca selengkapnya
Pulang
BHingga pukul delapan pagi Arsen masih berada di masjid. Ia benar-bernar melihat Laila, bukan halusinasi. Ia terpikirkan untuk memberinya sarapan, dan dititipkannya pada ustadz Hisyam. “Apa Laila, sering datang ke masjid ini?” gumam Arsen pada dirinya sendiri. Arsen berpamitan pada semua yang berada di masjid, ia segera meninggalkan tempat tersebut, karena ia harus masuk kerja. Sepertinya hari ini, ia akan membuat perhitungan dengan Heralin. Seperginya Arsen, ustadz Hisyam mendekati Laila dan ingin memberikan nasi uduk titipan Arsen. "La, ini ada makanan buat kamu." Ustadz Hisyam menyerahkan bungkusan nasi uduk yang dibelikan Arsen. "Dari siapa, Ustadz?" tanya Laila mengangkat sebelah alisnya. "Dari seseorang yang tak ingin disebut namanya," jawab ustadz Hisyam, membuat Laila penasaran dan mengerutkan alisnya. Apakah nasi yang
Baca selengkapnya
Mengubur Impian
Laila meringkuk di pojokan mushola rumah sakit. Tempat shalat khusus untuk wanita, ditandai dengan sebuah sekat dari kain berwarna hijau. Tak ada siapa pun, hanya ia seorang diri, mungkin banyak yang enggan shalat atau hanya tidur di mushola yang letaknya tak jauh dari ruang penyimpanan jenazah itu, apalagi malam-malam seperti sekarang ini, pukul dua dini hari. Bayangan kejadian tadi siang, seolah menari di dalam benak Laila, mengejeknya dan mengatainya sebagai pecundang. Bagaimana mungkin ia harus menikah dengan lelaki yang seharusnya pantas menjadi kakeknya itu! Hanya demi mendapat biaya untuk operasi Nisa. "Dasar, tak tahu diri! Miskin aja belagu banget ... mau dapat dari mana coba, uang sebanyak itu? Adik kamu akan mati, jika kamu menolak menikah dengan juragan Sudibyo!" Dirman bertolak pinggang di hadapan Laila yang terduduk di sebuah kursi plastik di dalam ruangan dapur rumah mewah milik Dirman
Baca selengkapnya
Menikahi Lelaki Tua
Laila meringkuk di pojokan mushola rumah sakit. Tempat shalat khusus untuk wanita, ditandai dengan sebuah sekat dari kain berwarna hijau. Tak ada siapa pun, hanya ia seorang diri, mungkin banyak yang enggan shalat atau hanya tidur di mushola yang letaknya tak jauh dari ruang penyimpanan jenazah itu, apalagi malam-malam seperti sekarang ini, pukul dua dini hari. Bayangan kejadian tadi siang, seolah menari di dalam benak Laila, mengejeknya dan mengatainya sebagai pecundang. Bagaimana mungkin ia harus menikah dengan lelaki yang seharusnya pantas menjadi kakeknya itu! Hanya demi mendapat biaya untuk operasi Nisa. "Dasar, tak tahu diri! Miskin aja belagu banget ... mau dapat dari mana coba, uang sebanyak itu? Adik kamu akan mati, jika kamu menolak menikah dengan juragan Sudibyo!" Dirman bertolak pinggang di hadapan Laila yang terduduk di sebuah kursi plastik di dalam ruangan dapur rumah mewah milik Dirman
Baca selengkapnya
Mencari Laila
"Bos, orangnya gak ada di kosan, ini nasinya kemanain?" Seorang driver ojek online tampak sedang berbicara dengan seseorang di telepon. "Ok, baik Bos! Terimakasih." Dengan senyum lebar, pria tersebut segera mencari tempat yang nyaman untuk duduk. Ia baru saja dapat rezeki nomplok dua bungkus nasi, dengan lauk ayam goring dan rendang. Satu bungkusnya, akan ia bawa pulang untuk istrinya. Setiap hari ia bertugas membeli nasi beserta lauknya dan memberikannya pada seorang gadis di sebuah kosan, ia mengerjakan pekerjaan ini sudah hampir setahun lebih. Tapi hari ini, gadis yang biasanya selalu ada di kosannya tidak ada. Pintu dan jendelanya semua tertutup, ponselnya juga tidak bisa dihubungi. Nasi yang sudah ia beli, diberikan begitu saja oleh yang menyuruhnya. Dia sangat bersyukur untuk rezeki yang Allah berikan hari ini. Gaji yang ia dapatkan pun sangat lumayan, cukup untuk membeli kebutuhan anaknya, sep
Baca selengkapnya
Dia Telah Pergi
Operasi pertama Nisa berjalan dengan lancar, walau keadaannya masih koma. Laila masih terus berharap dan berdo'a untuk keselamatan adiknya itu, karena masih banyak rangkaian operasi yang harus dijalani. Laila bersyukur, Nisa masih bertahan hingga saat ini. Setelah kemarin kondisinya menurun dan kritis, hampir tidak dapat diselamatkan. Rosma telah menyelesaikan ujian akhirnya. Dalam kondisi berduka dan cobaan yang terus mendera silih berganti. Rosma bertahan,melanjutkan pendidikannya, karena dorongan Laila, yang terus meneyemangati dan berjuang untuk biayanya. Sekarang tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja. Suasana rumah sakit sedikit lenggang, karena jam besuk sudah berlalu. Laila duduk di bawah ranjang Nisa, ia bersandar pada dinding seraya menahan kantuk. Rosma berbaring di atas tikar yan warnanya sudah memudar, sedangkan Narti duduk di hadapan Laila yang kondisinya tampak kelelahan. "Bu, kenapa wajah Ibu pucat ba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status