All Chapters of Nasi Bungkus untuk Laila: Chapter 11 - Chapter 20
68 Chapters
Abizar Al-Ghifari
Laila terlihat sangat bahagia, Rosma mengabarinya jika uang yang ia transfer telah diambil. Uang LKS sudah dibayar, listrik juga sudah lunas.   [Ka, hari ini kita makan enak. Alhamdulillah ... ibu masak ayam goreng, sayur bayam dan sambal tomat, terima kasih uangnya, ya. Semoga rezekinya berkah. Kakak sehat terus. Ibu pesan, Kakak jaga diri baik-baik disana.]   Laila membaca pesan Rosma berulang kali, ada sensasi hangat menelusup di sela-sela hatinya. Rasa bahagia membuncah mengetahui keluarganya makan ayam, sama seperti dirinya. Awalnya ia sempat ragu, ketika hendak memakan ayam pemberian Arsen, namun karena cacing-cacing di perutnya sudah berdemo, ia terpaksa makan dengan mata berkaca-kaca.   [Alhamdulillah ... Kakak senang dengarnya, Ros. Oya, jika butuh bantuan, misalnya mengangkat galon atau gas, kamu bisa minta tolong wa Dirman, jika kamu gak kuat.]   Laila membalas SMS Rosma, ia merasa bersala
Read more
Ponsel Baru
Matahari belum menampakkan dirinya. Awan mendung bergelayut, berpegangan erat, bahu membahu menghalangi cahaya sang raja siang. Para petani padi gelisah, mereka telah menggelar gabah, berharap hari ini mengering agar dapat segera digiling. Nelayan yang sedang menata ikan untuk dibuat ikan asin, berkali-kali menengadah berharap secercah cahaya matahari mengeringkan ikan tangkapannya. Jika hujan turun, ikan asin yang dihasilkan kualitasnya akan menurun. Uang yang didapatkan pun akan berkurang. Ibu-ibu rumah tangga yang memiliki bayi dan balita pun tak kalah resahnya, mereka berharap-harap cemas, matahari segera hadir mengeringkan pakaian mereka. Terbayang sudah, pakaian basah dan cucian semakin menumpuk dan pekerjaan rumah tangga yang semakin bertambah. Tak berbeda dengan petani, nelayan dan ibu rumah tangga, Laila pun ikut gelisah, memikirkan pakaian laundry milik pelanggan, yang berderet basah depan kosannya. Semoga sian
Read more
Puasa Daud
[Ka, ibu sakit lagi. Rosma minta tolong pada tetangga, tapi gak ada yang mau bantu, sakitnya ibu demam dan diare, tapi Rosma udah bawa ibu ke puskesmas.]   Pesan dari Rosma, malam tadi. Hari ini masih mendung kelabu, sama dengan hati Laila, ia sedih memikirkan keluarganya di kampung. Setelah kepergian Rusmin, kehidupan mereka semakin sulit karena kerap dicurigai dan dijauhi teman maupun tetangga.   Uang yang ia miliki tak banyak, pemasukannya berkurang banyak, karena cuaca yang sering mendung ia tak berani mengambil banyak cucian.   Sebelum berangkat ke tempat kerjanya ia meminta tolong pada Yani, untuk mentransfer sejumlah uang ke nomor rekening ibunya, karena Yani bisa menggunakan fasilitas M-banking. Sebagai gantinya Laila memberikan sejumlah uang cash.   Laila ingin pulang untuk melihat kondisi ibunya, tapi apa daya, itu tak memungkinkan, orang baru seperti dirinya belum bisa mengajukan cuti. Lai
Read more
Qusad Einy
Kilasan kenangan indah tentang Abizar, kembali hadir menghiasi memori Laila. Lelaki itu memiliki tempat khusus di hatinya, yang tersembunyi dan dalam, sedalam palung Mariana. Laila tak ingin siapa pun mengetahui rahasia hatinya. Laila masih teringat, beribu kenangan dengan Abizar, salah satunya tentang puasa Daud. "Mengapa Abang suka puasa?" tanya Laila di suatu senja, saat menunggu adzan Maghrib di teras masjid. Para remaja masjid selalu datang setengah jam sebelum adzan, sambil menunggu waktu shalat, ada yang hanya duduk-duduk saja dan mengulang hafalan, atau sekedar bersenda gurau dengan kawannya. Alangkah indah masa-masa kecil mereka dulu. Saat itu Laila masih kelas enam SD dan Abizar berusia 17 tahun, Laila menganggapnya sebagai lelaki berhati malaikat, disaat lelaki lain teman sebayanya menghinanya, mengolok-oloknya, hanya Abizar yang menjelma menjadi sosok pembelanya. Ia t
Read more
Kiriman Nasi Bungkus
"La, ada ojol kirim sesuatu buat kamu." Yani menyodorkan plastik kecil berwarna hitam. Laila menerimanya dengan kening berkerut, ia tak memesan apa pun, mungkin salah orang. Laila mencoba mencari tahu isinya, yang ternyata nasi bungkus. "Mbak, aku gak pesan apa-apa, deh. Salah kirim, kali?" ucap Laila, ia ragu barang itu bukan untuknya. "Benar, La, itu buat kamu. Abang ojol bilang untuk Alfu Laila, yang namanya Laila, kan cuma kamu. Udah, makan aja. Jangan menolak rezeki!" Laila memebuka isi kantong plastik tersebut, nasi bungkus, yang isinya lumayan besar, ada kerupuk dan buah jeruk juga di dalam kantong kereseknya. Ia juga menemukan tulisan di dalamnya. [Selamat berbuka, makanlah nasi spesial ini, jangan takut! Makanan ini halal untukmu, Laila. AG] "AG? Siapa, ya?" gumam Laila pelan, tapi terdengar oleh Yani. "Arsen Guntara!" tebaknya.
Read more
Sebuah Lamaran
Sepulang kerja, Laila mampir di sebuah masjid megah dan indah, masjid Al-Hidayah. Hanya dalam masjid, Laila dapat menumpahkan air matanya. Ia berdo’a dan bersujud selama mungkin, menghilangkan dikit sesak dan gundah hatinya. Cukup lama Laila menangis, meminta petunjuk dan pertolongan agar mendapatkan uang sebanyak tujuh juta rupiah. Laila merogoh tas kumalnya, mencari benda berukuran 10x15 centimeter yaitu Al-Qur'an yang sangat ia cintai. Bertahun-tahun benda ini menjadi teman sejatinya, pelipur laranya, sumber kebahagiaannya. Laila masih ingat, pernah membaca tulisan di buku Abizar. Buku itu tertinggal di madrasah dan Laila menemukannya. Laila penasaran membuka buku tersebut, karena ingin mencari identitas pemiliknya. Tanpa di sengaja ia melihat kalimat-kalimat indah, hasil tulisan Abizar. Setiap tulisan yang ada di dalam buku itu, ia abadikan setiap huruf demi hurufnya. Tulisan itu, masih membekas hingga kini. Se
Read more
Hidayah
Arsen memegang alisnya frustasi, melihat Laila hilir mudik di hadapannya. Ia merasa dirinya sudah sangat keterlaluan karena mempermainkan Laila, menyuruh membersihkan ruangannya berulang-ulang. Tapi entah mengapa, ia ingin selalu dekat dan melihat gadis ini setiap hari. Tak ada cara lain, hanya dengan menjadikannya sebagai cleaning service khusus, yang hanya bekerja di ruangan miliknya. Arsen kadang termenung. Ia sendiri tak mengerti ada apa dengan dirinya? Seperti ada yang aneh dengan hatinya. Mengapa hanya melihat gadis kampungan itu tangan dan kakinya mendadak dingin. Hatinya bertalu-talu. Seperti bukan dirinya. "Alfu Laila! Sudah, cukup!" Arsen mengangkat suaranya, sambil menggebrak meja. Membuat Laila sedikit terkejut. "Baik, Pak. Saya permisi kalau gitu." Laila menghentikan gerakan tangannya yang sedang mengelap meja tamu. Tanpa menoleh, segera menuju pintu yang selalu dibiarkan terbuka lebar, jika ia sedang member
Read more
Pangeran Impian
Malam kian beranjak, pekatnya semakin mencengkram cakrawala. Cahaya bulan sabit tak mampu memudarkan kegelapan. Walau bintang-bintang menyerahkan cahayanya untuk berpendar, kegelapan itu masih bertahta di angkasa. Detik demi detik terus berjalan. Jam di dinding kosan terus berputar, jarum pendeknya menunjukan angka tiga. Sepasang cicak berkejaran memadu asmara, bunyinya membuat nyamuk tunggang langgang karena takut dimangsa. Laila masih menikmati munajatnya di atas sajadah biru yang warnanya memudar dimakan waktu. Hatinya melayang menjelajahi labirin bilik angannya. Masih terngiang saat Abizar mengajaknya merajut asa di negeri para anbiya. Hatinya tak yakin dengan ucapan Abizar. Laila tahu, Abizar tak mencintainya. Semua yang Abizar ucapkan, tak lebih dari rasa kasihan saja. Hati Laila goyah, ia ingin menerima rasa kasihan Abizar. Walau Abizar tak mencintainya, ia akan membuat Abizar jatuh cinta. Ingin waktu itu kepalany
Read more
Dilema
Dirman kebingungan saat putrinya, Soraya selalu meminta uang dalam jumlah besar. Padahal, Dirman selalu memberinya dalam jumlah yang cukup, berlebih malah. Tak habis pikir, mengapa anaknya begitu boros? Dirman tak menyangka, jika menguliahkan putri satu-satunya itu, cukup banyak menguras hartanya. Sebelumnya Dirman sudah menghabiskan uang hingga ratusan juta rupiah agar Soraya dapat kuliah di jurusan kedokteran. Segala upaya Dirman lakukan demi gengsi. Ia ingin semua orang tahu, bahwa ia punya anak yang hebat, seorang dokter. Walau dengan cara yang haram dan zalim sekalipun, Dirman tak peduli. Dirman menguras tabungannya, menjual tanah, bahkan menggadaikan SK pun sudah pernah ia lakukan. Tapi, biaya kuliah di fakultas kedokteran sangatlah besar. Dirman merasa, biaya kuliah Soraya, setiap bulannya terasa semakin mencekik. Lambat laun, penghasilannya semakin terkuras. Rupanya, kehidupan Soraya yang bak sosialita, penyebab
Read more
Jatuh Cinta
Di sebuah rumah megah berlantai dua. Rumah berwarna putih bergaya Eropa modern dengan dua pilar besar yang menjulang, serupa silinder. Jendela-jendela berukuran besar dengan ornamen rumit menghiasi rumah yang terletak di Raflesia Hilss tempat tinggal para konglomerat negri ini. Pagar besi tinggi dengan desain klasik nan mewah, berwarna hitam kombinasi gold, motif renaisans yang cantik dan rumit menambah kesan elegan pada rumah milik Heralin, anak pemilik Mitra Utama itu. Hera sedang duduk di taman belakang, suara gemericik air dari kolam buatan yang berisi ikan koi miliknya terdengar menenangkan, baginya suara alam seperti gemericik air, mampu merefresh otaknya dan hatinya yang terkadang tidak sinkron dan tak baik-baik saja. Pasalnya Arsen tunangannya, beberapa bulan terakhir ini kerap bersikap aneh, dulu mereka sering jalan bareng hingga memadu kasih, namun sekarang sikapnya dingin, Arsen kerap meno
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status