All Chapters of Silakan Ambil Suamiku : Chapter 21 - Chapter 30
69 Chapters
Part 21
Aku mengusap wajah kasar lalu segera pulang ingin mengabari Ibu serta Mbak Asma. Mereka harus tahu melakukan perempuan yang selalu dibanggakan serta disanjung itu."Kamu nggak usah ngarang, Hakam. Seila tidak mungkin seperti itu? Heran Ibu sama kamu, masa menjelekkan adik sendiri, menyebar fitnah keji seperti itu?!" Sungut Ibu ketika aku mengabari keadaan Seila.Segera kutunjukkan foto yang dikirim oleh teman kuliahnya, dan wajah Ibu terlihat begitu syok."Ayo kita segera ke Jogja, Kam. Kita naik pesawat saja biar cepet!""Naik pesawat itu ongkosnya mahal, Bu. Aku tidak ada uang untuk membeli tiketnya. Kita naik mobil saja. Biar aku dan Mas Erwin gantian nyetir nanti." Usulku keberatan. Sebab jika menuruti kata Ibu menggunakan pesawat, sudah dipastikan kalau Mbak Asma dan suaminya juga akan minta dibayarkan pula. Dari mana uang sebanyak itu untuk membeli tiket. Uang pesangon yang aku dapat juga pasti sebentar lagi ludes untuk membiayai rumah sakit
Read more
Part 22
Ya Allah. Malang nian nasib keluargaku setelah berpisah dengan Andarini. Cobaan terus saja datang bertubi-tubi tanpa henti, membuat diri ini menyadari bahwa apa yang kita tanam, itulah yang akan kita tuai.Kurang apa Andarini kepada keluargaku. Uang, tempat tinggal, semuanya dia fasilitaskan. Tapi, Ibu malah tidak pernah menganggap dia ada, bahkan menyuruhku untuk mengkhianati pernikahan yang sudah kami bangun sejak lama. Memang kuakui, semuanya terjadi gara-gara kesalahanku juga. Andai saja sejak dulu aku jujur dan tidak mengaku-ngaku sukses juga kaya karena uang hasil keringatku, mungkin semuanya tidak akan seperti ini. Jika saja dulu tidak meminta Andarini bersandiwara bahwa dia berasal dari keluarga kurang mampu serta jujur kalau harta kekayaan yang ada itu milik Andarini, mungkin semuanya tidak akan berakhir seperti ini.Hidupku masih bahagia bersama wanita yang mau menerimaku apa adanya.Tapi, semuanya sudah terlambat. Nasi sudah menjadi b
Read more
Part 23
"Kemana uang yang selama ini Mbak Rini kasih ke kamu, Seila? Sebab teman kamu bilang, katanya sudah enam bulan kamu nggak kuliah?" aku terus saja membombardir Seila dengan pertanyaan ketika kami sudah berada di dalam mobil.Lagi, Seila hanya diam membisu. Bibirnya terkatup dan tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya."Jawab, Seila!!"Semua orang yang ada di dalam mobil terkesiap, tidak terkecuali Ibu yang sejak tadi terus saja memeluk tubuh anak kesayangannya."U--uangnya aku kasih ke Irwan, Mas. Buat ngirimin istrinya, soalnya Irwan belum mendapatkan pekerjaan. Aku kasihan melihat dia kebingungan saat istrinya minta dikirimi uang, jadi uang yang Mas transfer tiap bulan aku kasih ke dia." Astaga!Entah apa yang merasuki pikiran adikku sehingga bisa berbuat sebodoh itu. Dia rela memberikan segalanya kepada laki-laki bren*sek itu, bahkan sampai menghancurkan masa depannya."Di mana rumah laki-laki itu. Dia ha
Read more
Part 24
Aku terkesiap ketika tiba-tiba terdengar seseorang berteriak dan menggebrak-gebrak kaca mobil ketika aku mulai mengungkung tubuh Andarini. Tanpa dikomando dia langsung memecahkan kaca, menarik tuas kemudian menarikku secara paksa serta bringas ketika pintu telah terbuka."Apa yang sedang anda lakukan di dalam, hah?!" tanya si laki-laki asing sambil menatap sinis wajahku."Apa pun yang sedang saya lakukan, terserah saya dong. Dia itu istri saya. Anda tidak berhak mencampuri urusan saya!" bentakku.Buk!Buk!Dua kali tinju mendarat di rahang kanan serta kiri. Aku meringis kesakitan, berusaha untuk membalas namun,Buk!!Sekali lagi dia mendaratkan bogem mentah di hidung, hingga terasa berdenyut nyeri serta mengeluarkan cairan merah."Tidak mungkin seorang suami membawa istrinya ke kebun kosong seperti ini dan berbuat tidak senonoh. Kamu pasti laki-laki me*um yang ingin melecehkan perempuan itu!!" teriaknya lagi. Rahang pria berkaos hitam itu terlihat mengeras dengan tangan terkepal siap
Read more
Part 25
"Iya, terima kasih nasihatnya." Padahal dalam hati, jujur aku kesal sekali mendapat kritikan pedas seperti itu. Kalau aku tidak berhutang budi, sudah kutarik rambut panjangnya dan kupangkas sampai botak."Jangan menatap saya seperti itu. Bukan mahram. Jangan zina mata!" Ya Tuhan. Ternyata begitu menyebalkan si Arjuna ini. Nama dan perangainya tidak sesuai.Ih, amit-amit. Kasihan sekali yang menjadi istrinya nanti jika punya suami kaya batu semacam dia."Sudah, kita makan malam dulu. Ibu sudah lapar. Omongan Juna jangan dimasukkan ke hati ya, Nak Rini." Timpal Tante Dewi.Sepertinya bertolak belakang sekali Dia dengan ibunya. "Iya, Tante."Mengambil secentong nasi juga sepotong ikan serta sayur bening bayam yang terlihat begitu menggoda.Masakan ibunya Arjuna memang luar biasa. Begitu enak serta nikmat walaupun hanya hidangan sederhana saja.Setelah selesai makan aku membantu mencuci piring,
Read more
Part 26
Sampai pergi pun dia tidak membunyikan klakson sebagai tanda pamit, atau sekedar basa-basi. Aku mendengkus kesal karena pagi-pagi seperti ini harus berhadapan dengan manusia dari planet Merkurius seperti dia.Merogoh dalam-dalam kantong tas, mengambil kunci garasi lalu membuka dan menggesernya. Mbak Neti yang sedang menyapu halaman mengernyitkan dahi melihat aku masuk dengan dandanan tidak seperti biasanya."Mbak Andar dari mana? Maa syaa Allah, cantik sekali, Mbak?" puji asisten rumah tanggaku seraya menelisik tampilanku dari ujung kaki sampai ujung kepala.Aku tersenyum mendengar pujiannya kemudian segera masuk ke dalam rumah.Memantas diri di depan cermin, memutar-mutar badan dan memidai wajahku sendiri yang terbalut hijab milik Saquina. Ada desiran aneh di dalam dada ketika melihat pantulan wajah yang terlihat bersinar serta memesona. Ada perasaan nyaman juga tenteram di dalam sanubari.Tuhan, apakah ini
Read more
Part 27
Setelah membuat laporan dan menceritakan rincian kejadian, aku segera menghubungi Om Risman untuk mengambil mobil di rumah Tante Dewi, sebab dalam mobil terdapat barang bukti berupa ponsel Mas Hakam serta botol bekas air mineral yang dibeli beberapa menit sebelum kejadian itu. Kali ini aku tidak akan melepaskan lelaki itu, sebab sudah banyak sekali kesalahan yang telah dia perbuat. Mungkin hanya jeruji besi yang bisa membuat dia jera serta mau mengubah sifat jeleknya itu.[Assalamualaikum, Mas Juna. Saya Rini yang kemarin Mas tolong. Saya tadi sudah melaporkan tindak pelecehan yang dilakukan mantan suami saya dan mungkin besok Mas Juna akan dipanggil sebagai saksi. Saya minta tolong banget sama Mas supaya mau membantu saya besok. Terima kasih sebelumnya] Send, Arjuna.Untung saja kemarin sempat meminta nomer ponsel Arjuna kepada Saquina. Jadi, ketika ada perlu seperti ini, aku bisa langsung menghubunginya tanpa lewat perantara.Sudah hampir setengah hari aku mengirim pesan kepada Arju
Read more
Part 28
Melenggang masuk ke dalam, menghubungi pengacaraku dan duduk santai sambil menikmati drama Turki di sebuah aplikasi berbayar.Tiga puluh menit kemudian kami dipanggil masuk, diinterogasi dan alhamdulilah ternyata Arjuna membelaku, walaupun aku mendapatkan hukuman juga karena sempat ribut dan berbuat kasar kepada Seila tadi."Kamu dan Seila silahkan membersihkan halaman kantor polisi sampai bersih. Jangan sampai ada sampah yang tertinggal, atau hukuman kalian akan saya tambah!" perintah Arjuna yang ternyata seorang anggota polisi juga."Kenapa saya mesti ikut dihukum, Pak. Harusnya janda bolong ini yang Bapak hukum, bukan saya!" protes Seila tidak terima."Diam!! Tolong dijaga bahasa anda, Mbak!!" sentak Arjuna.Emang enak. Kalau aku disuruh nyapu halaman doang mah sudah biasa. ***Mengambil sapu yang disodorkan oleh petugas, mulai membersihkan sampah-sampah yang ada di halaman sambil bersenandung. Sementara Se
Read more
Part 29
#Hakam."Silahkan Ibu dan Mbak pulang, tapi Bapak Hakam tetap di sini sambil menunggu sidang!" ucap pria berambut gondrong yang pernah menghajar wajahku di kebun kosong, ketika aku hendak melakukan itu kepada Andarini."Tapi, Pak. Saya tidak bersalah!""Iya, Pak. Anak saya tidak bersalah." "Pasti Bapak sudah dibayar sama janda ga*el itu ya. Jadi Bapak tiba-tiba mau memenjarakan kakak saya, padahal sudah jelas-jelas dia tidak bersalah. Mana ada seorang suami yang mempe*kosa istrinya. Kan aneh!" celetuk Seila ikut membelaku.Brak!!"Diam, kalian!"Pria dengan wajah sangar tersebut menggebrak meja dengan begitu keras, membuat nyali kami bertiga seketika menciut."Apa kalian berdua juga mau ikut ditahan?!" dia menatap tajam serta memasang wajah congkak ke arah kami."Ya sudah, Kam. Kamu tenang saja. Nanti Ibu bakalan nyuruh si Rini supaya mencabut tuntunannya. Dia pasti bakalan nurutin permintaa
Read more
Part 30
Tidak lama kemudian Tante Dewi datang membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat dan langsung menyuguhkannya kepadaku."Silakan diminum, Rin." "Terima kasih, Tante. Jadi ngerepotin," menerbitkan senyuman sambil mengangkat cangkir berisi teh beraroma vanilla tersebut dan menyesapnya perlahan."Emm...maaf, Tante. Kalau boleh tahu, siapa laki-laki di dalam foto ini ya?" aku pura-pura tidak mengenalnya, padahal aku paham betul siapa pria dalam potret yang terselip di buku sebab dia mantan kakak iparku."Oh, dia itu buronan polisi, Rin. Dia terlibat kasus pemer*osaan dan perampokkan. Dan yang lebih sadisnya lagi, yang jadi korban justru istrinya sendiri. Dia mengajak teman-temannya untuk merampok dan setelah berhasil menjarah barang-barang milik kakak iparnya dia membiarkan temannya menikmati tubuh istrinya sampai si istri depresi lalu bunuh diri. Itu menurut cerita Arjuna kemarin sama Tante." Astaghfirullahal'adzim...Aku hampir
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status