All Chapters of Silakan Ambil Suamiku : Chapter 51 - Chapter 60
69 Chapters
Part 51
"Itu calon suami kamu, Dev?" tanyaku seraya menatap laki-laki berperawakan tinggi besar yang tangah diapit oleh ayah Devi juga beberapa saksi."Iya, Mbak. Memangnya kenapa? Jelek ya?" Devi balik bertanya."Oh, enggak. Saya pikir Arjuna anaknya Tante Dewi."Devi terkekeh mendengar penuturan dariku. Dasar pegawai tidak ada akhlak. Nggak tahu apa seperti apa bapernya aku pas tahu dia mau menikah dengan pria bernama Arjuna."Nggak lucu!" sungutku."Cie...pantes saja dari kemarin aku perhatikan Mbak Andar itu sedih terus. Ini, toh, penyebabnya? Cemburu sama aku, karena dikira aku mau nikah sama Mas Juna." Dia kembali tertawa."Penganten, jaga imej!" Menyikut pinggang wanita dengan ronce melati di kepalanya itu."Mas Juna mana mau sama aku, Mbak. Beda kelas.""Hush! Gosah ngomongin kelas. Memangnya kita lagi sekolah?"Devi tersenyum dan memeluk tubuhku. Duh, yang sedang bahagia...***Selesa
Read more
Part 52
"Bagaimana, Dek?" tanyanya lagi."Bang, sorry. Memangnya harus dijawab sekarang?" "Adek masih ragu sama abang?""Kita baru mengenal dan baru bertemu. Aku belum yakin juga masih trauma dengan kegagalan. Sebab menikah dengan orang yang sudah aku kenal saja dikhianati, apalagi dengan orang yang baru bertemu. Aku takut kembali jatuh dan terpuruk. Sudah terlalu dalam luka di hati karena dikecewakan orang yang aku sayangi, dan sepertinya untuk kembali melangkah ke jenjang pernikahan aku belum berani. Aku belum siap," lirihku seraya menahan air mata yang sudah menggelayut di pelupuk, mengingat pengkhianatan yang dilakukan Mas Hakam dulu."Abang akan menunggu sampai kamu siap, Dek. Kita bisa mengenal dekat satu sama lain. Bismillah, Dek. Insya Allah Abang tidak akan pernah melakukan hal seperti itu sama Adek. Abang janji akan setia sama Adek." Bang Azhar terus saja menyakinkan."Kenapa tidak mencari yang lain saja, Bang. Takutnya aku tidak siap
Read more
Part 53
"Dek, hari ini jadi fitting baju pengantin?" tanya Bang Azhar melalui sambungan telepon."Kalau Abang nggak sibuk adek mah hayu aja, Bang!" Aku menjawab malas. Mau bagaimana lagi? Sudah terlanjur mengiyakan dan menerima lamaran Bang Azhar."Ya sudah, Adek siap-siap. Sekarang Abang meluncur ke sana jemput kamu.""Ok, Bang."Dia mengakhiri sambungan telepon setelah mengucapkan salam.Dengan langkah gontai berjalan menuju lemari, mengambil gamis dengan motif bunga-bunga besar serta kerudung polos berwarna senada lalu lekas mengenakannya.Lama kupandangi pantulan diriku di cermin. Aku masih muda juga cantik dan berhak mendapatkan kebahagiaan serta pendamping hidup yang baik.Allah sudah mengirimkan jodoh dengan kriteria yang selalu kusebutkan dalam doa. Tampan, mapan, soleh, hampir mendekati sempurna. Harusnya aku bersyukur dan tidak boleh merasa ragu dengan apa yang telah digariskan Tuhan untuk diriku. Kurang apa Bang Azhar. Selain kepribadiannya yang baik, dia juga mau bersabar menunggu
Read more
Part 54
"Kalian memang calon pasangan pengantin yang serasi. Perempuannya cantik, laki-lakinya tampan. Sempurna!" Puji Mbak Rania lagi."Tapi perempuan paling cantik di dunia ini hanya kamu, Umm." Tiba-tiba Bang Hamzah--suami Mbak Rania muncul dan mencium pipi istrinya, mengelus perut perempuan berhijab panjang menjuntai itu memerkan kemesraan di hadapan kami.Aku dengar cerita dari Tante Nafsiah juga kalau dulu sebelum menikah dengan Bang Hamzah Mbak Rania harus melewati serangkaian cobaan hidup. Dia ditalak saat hamil oleh suaminya karena difitnah telah berzina sebelum menikah, dan yang lebih menyakitkan lagi Mas Azis suami Mbak Rania yang pertama tidak mau mengakui kalau dia ayah dari anak yang ada di dalam kandungan Mbak Rania.Aku harus bisa bangkit seperti dia dan mendapatkan kebahagiaan yang baru.Bismillah... Semoga kelak bisa seperti mereka berdua. Romantis, harmonis apalagi jika nanti Allah memberiku kesempatan mengandung seorang anak. Ah, tiba-
Read more
POV Arjuna
Kembali mengancing baju, berjalan menjauh meninggalkan Rini yang sedang menangis di pojok ruangan sambil memeluk lututnya. Aku harap setelah pembuktian cinta ini dia mengerti bahwa aku begitu mencintai dia walaupun tidak bisa menguraikannya dengan kata.Tangis wanita itu mendominasi ruangan yang begitu besar serta sepi karena hanya dihuni oleh dia dan asisten rumah tangganya.Sekali lagi menoleh menatap perempuan berkulit putih cenderung pucat itu, tidak tega melihat tubuhnya yang gemetar dan masih terisak di pojokkan ruangan.Maaf karena aku sudah menyakiti hati kamu, Rini. Tapi setidaknya setelah kejadian malam ini kamu mengerti betapa aku mencintaimu dan menginginkan kamu.Sambil menahan rasa sesak di dada keluar dari rumah Andarini, menerobos hujan lalu masuk ke dalam mobil terus mengawasinya dari luar. Hingga pagi menyapa dan kulihat Mbak Neti kembali ke rumah Rini, diantar oleh laki-laki yang mungkin suami asisten rumah tangga di rumah itu.
Read more
Part 56
#AndariniPonsel yang tergeletak di atas kasur terdengar berbunyi nyaring. Aku berjingkat kaget dan segera menyambar benda pipih persegi berukuran enam inci itu, melihat siapa yang memanggilku pagi-pagi seperti ini. Bang Azhar.Kenapa dia memanggilku dengan panggilan video? Padahal selama ini dia tidak pernah melakukan hal seperti itu. Takut zina mata karena melihat kecantikan aku. Itulah yang dikatakannya selalu.Tanpa melepas pakaian shalat kugeser ikon hijau. Menayapa si penelepon dengan salam sambil berusaha mengulas senyum walaupun masih ada duka dalam hati mengingat apa yang terjadi dan dilakukan Arjuna kemarin malam."Baru selesai solat, Dek?" tanya calon suami dengan senyum merekah indah di bibirnya."Iya, Bang. Abang udah mau jalan?" Berbasa-basi."Hu'um. Doain Abang ya, Dek.""Pasti, Bang. Adek doakan semoga Abang selamat sampai tujuan dan cepet pulang lagi ke tanah air.""Aamiin, Sayang.""Om
Read more
Part 57
"Iya, Ummi. Rini sarapan dulu ya, Umm." Aku menjawab dengan intonasi kubuat selembut mungkin."Iya, Sayang. Hati-hati di jalan."Ummi kemudian memutuskan sambungan telepon dan aku segera kedapur menyantap nasi goreng yang masih mengepulkan uap putih. Hambar. Mungkin karena suasana hati sedang dilanda gelisah, sebab begitu mengkhawatirkan calon suami setelah melihat berita pagi di televisi.Semoga saja dia tidak termasuk penumpang pesawat yang hilang kontak tersebut.Ting!Sebuah notifikasi pesan masuk ke aplikasi berwarna hijau milikku. Dari Devi.[Mbak, sudah liat berita?] Isi pesan dari Devi.[Sudah. Tapi nggak aku lanjutkan.] Send, Devi Bawel.[Mbak coba nyalain lagi televisi di rumah Mbak, deh. Ada nama Bang Azhar di sana, Mbak]Deg!Aku langsung menghentikan aktivitas menyendok nasi. Nafsu makanku menguap seketika bersama berita yang dikabarkan oleh Devi.Gegas kembali m
Read more
Part 58
"Aku tidak sengaja menjatuhkan piring. Aku minta maaf!" ucapku seraya berjongkok dan memunguti serpihan kaca yang hancur. Persis seperti hatiku saat ini."Biar nanti Mbak Wenti yang membersihkan, Rin. Sepertinya keadaan kamu juga sedang kurang baik. Wajah kamu pucat." Dahlia menghampiri, menatap prihatin ke arahku."Aku nggak apa-apa, Dahlia. Kamu jangan mengkhawatirkan aku. Terima kasih Mas Juna sudah membantu." Aku milirik sekilas wajah Arjuna yang sedang berdiri di tempatnya tanpa bergeming sedikit pun.***Sudah hampir satu pekan kecelakaan pesawat itu terjadi. Tapi, aku belum juga mendapatkan kabar apa pun tentang Bang Azhar. Nomer ponsel calon suami juga sulit sekali dihubungi karena selalu berada di luar jangkauan.Aku begitu kasihan melihat keadaan Ummi yang jadi sering sakit-sakitan karena terus memikirkan keadaan putra sulungnya, terlebih lagi jika menatap wajah kedua putri calon suami yang masih terlalu kecil jika harus kehilangan kedua orang tuanya.Di setiap sujud serta d
Read more
Part 59
Membuka mata perlahan, menutupnya kembali mengadaptasi cahaya yang begitu menyilaukan. Kepalaku masih terasa berdenyut dan punggung tanganku, kenapa ada jarum infus yang menancap?Krieeett...Terdengar derit pintu terbuka, disertai suara langkah kaki mendekat. Seraut wajah tampan nan menyebalkan muncul dengan ekspresi datar seperti biasanya."Kamu ngapain ada di sini, Mas?" tanyaku pelan, hampir tidak terdengar karena tenaga ini seolah terkuras habis."Nemenin kamu, Rin. Tadi pas aku datang ke rumah kamu pingsan. Mbak Neti sudah berkali-kali mencoba membangunkan kamu tapi mata kamu tetap terpejam. Makanya aku bawa kamu ke rumah sakit," jawabnya seraya terus memindai wajahku.Huek!Huek!Aku membekap mulut saat tiba-tiba hasrat ingin muntah kembali datang. Arjuna segera membantu mendudukkanku, mengambil kresek yang entah dari mana dia dapat lalu menyodorkannya kepadaku."Apa kamu sedang hamil, Rin?" Pertanyaan dari Arjuna sontak membuatku seketika membeku. "Hamil?" "Iya. Apa kamu pern
Read more
Part 60
Maaf sebenarnya ini bab 59, tapi karena emak salah update dan tidak bisa diperbaharui sendiri jadi emak kasih gratis!***"Mbak Andar baik-baik saja 'kan? Soalnya wajah Mbak pucet benget!" tanya Mbak Neti ketika aku menghampirinya di dapur."Saya baik-baik saja, Mbak. Terima kasih atas perhatiannya." Mengulas senyum tipis sambil mengenyakkan bokong perlahan di kursi meja makan."Mau dibuatin sarapan apa, Mbak?""Nggak usah repot-repot. Aku belum laper.""Ya Allah, Mbak. Mbak Andar udah beberapa hari ini suka telat makan dan kadang sampai seharian nggak masuk makanan apa-apa, lho. Aku takut Mbak Andar sakit. Apalagi Mbak ini 'kan punya penyakit asam lambung. Tolong perhatikan kesehatan Mbak juga. Aku nggak mau sampai Mbak Andar kenapa-kenapa.""Ya sudah. Buatkan saya roti bakar dan susu hangat. Daripada kena ceramah Mbak Neti terus!"Wanita yang sudah mengabdi kepadaku selama hampir tujuh tahun itu tersenyum penuh kemenangan. Dia memang begitu memperhatikan kesehatatku. Mungkin merasa r
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status