All Chapters of Silakan Ambil Suamiku : Chapter 31 - Chapter 40
69 Chapters
Part 31
Ah, kenapa mulut aku jadi ember begini sih. Kenapa malah menceritakan apa yang aku lihat tempo hari kepada Tante Dewi."Tante nggak apa-apa, 'kan?" sedikit khawatir dengan keadaan Tante karena wajahnya tiba-tiba berubah murung."Nggak apa-apa, Rin." Dia lalu pergi bergitu saja dan terlihat sibuk dengan gawai yang ada di tangannya. Aku lihat wajah Tante Dewi memerah dan kedua matanya sudah dipenuhi kaca-kaca."Tan," duduk di sebelah Tante Dewi, merasa menyesal karena sudah membuka rahasia Arjuna."Maafin Rini ya. Tidak seharusnya Rini menceritakannya sama Tante." "Tidak apa-apa, Sayang. Tante malah berterima kasih sama kamu. Kalau kamu tidak memberitahu, Tante tidak akan pernah tahu kelakuan anak Tante di belakang Tante. Ya, walaupun Tante begitu kecewa dan syok mendengar kabar kalau Arjuna berani berbuat seperti itu kepada perempuan yang bukan mahramnya. Tante juga merasa gagal menjadi seorang Ibu.""Tante seorang Ibu yang luar
Read more
Part 32
"Rini, tunggu!" teriak Arjuna.Aku berdecak kesal karena dia malah mengikutiku. Tidak tahu apa hati ini terasa begitu sakit mendengar celotehannya tadi, apalagi pakai acara menyinggung Ibu yang katanya tidak mengajari tata krama. "Kamu dengar, nggak? Tunggu!" teriaknya lagi. Aku terus saja berjalan tanpa menghiraukan panggilannya, sebab hati ini sudah terlanjur sakit."Ikut saya ke rumah dulu baru kamu boleh pulang!" Spontan aku menghentikan langkah karena pria berambut panjang itu tiba-tiba sudah berdiri tepat di depanku. "Nggak mau!" ketusku mencoba melewati tubuh kekarnya, tapi dia terus saja menghalangi pergerakkanku, persis seperti orang sedang bermain gerobak sodor."Kamu harus jelaskan ke Ibu supaya dia tidak lagi marah sama saya!"Aku mendongak menatap wajahnya, dan ternyata dia juga sedang memindaiku hingga tanpa sengaja pandangan kami saling bersirobok."Kamu itu kepala batu banget ya, Mas
Read more
Part 33
"Tante sudah ke dokter?" tanyaku sembari membantu ibunya Arjuna berjalan menuju sofa."Sudah. Tapi belum ada perubahan." Jawabnya pelan."Memangnya kata dokter Tante sakit apa?" "Kelelahan dan terlalu banyak pikiran katanya. Makanya Tante langsung ngedrop seperti ini.""Rini minta maaf ya, Tan. Gara-gara Rini Tante jadi sakit seperti ini!" ucapku penuh dengan penyesalan."Kamu tidak salah apa-apa, Sayang. Arjuna yang salah, karena sudah membuat Tante kecewa." Aku menggigit bibir bawah seraya melirik wajah cantik Tante Dewi."Se--sebenarnya, Mas juna juga tidak salah, Tante. Dia kemarin datang ke butik dan meminta saya untuk mengklarifikasi masalah ini sama Tante. Soalnya kata Mas Juna, Tante marah dan langsung mendiamkan dia karena ucapan saya tempo hari. Mas Juna juga bilang ke saya kalau perempuan yang pergi bersama dia itu keponakannya. Anaknya Mas siapa ya? Rini lupa Tante!"Perempuan berambut pe
Read more
Part 34
"Kamu jadi perempuan bar-bar banget, kasar!" sungutnya sambil meringis kesakitan."Ya maaf. Tadi aku pikir kamu itu pencuri dan mau berbuat jahat sama Tante Dewi. Makanya aku langsung nyerang kamu. Lagian, Mas Juna masuk ke rumah pake ngendap-ngendap segala, pake baju serba hitam, pake topi pula. Udah kaya penjahat beneran." Jawabku sedikit takut. Apalagi melihat wajah pria berambut panjang itu mulai memerah dengan rahang mengeras."Saya mau mengendap, mau pake baju seperti apa saja terserah. Lha wong masuk ke rumah sendiri, kok. Apes banget saya setiap ketemu kamu!""Makanya besok-besok dibiasakan kalau masuk buka topi, buka jaket, jadi orang tau kalau Mas Juna yang masuk!""Njawab mulu!!""Sudah-sudah! Kalian kenapa jadi ribut begini, sih?!" Tante Dewi ikut menimpali."Badan aku sakit semua, Bu. pada perih gara-gara kenapa pukul wanita galak itu!""Udah, sini, buka baju kamu biar Ibu lihat!"Arjuna menanggalka
Read more
Part 35
Merogoh tas, memesan taksi online kemudian duduk di teras toko karena rintik hujan mulai mengecup tanah Bekasi. Ekor mataku melirik ke arah ujung jalan dan sepertinya mobil Arjuna masih terparkir di sana. Musibah banget rasanya bisa kenal dengan mahkluk planet menyebalkan semacam orang itu.Sebuah taksi daring menepi dan menyapa dengan ramah. Buru-buru membuka pintu mobil, masuk ke dalam dan duduk di kursi penumpang seraya memasang seat belt. Ah, bagaimana urusan motor Om Risman nanti. Pasti dia menanyakan kendaraannya, sebab itu satu-satunya harta benda milik pria yang sudah bekerja sejak komplek perumahanku baru dibangun itu."Sudah sampai, Bu." Ucap sang supir saat kami sudah berada di halaman rumah.Aku segera mengambil dompet, menarik selembar uang merah lalu menyerahkannya kepada driver taksi tersebut serta mengucap terima kasih.Suasana rumah terlihat sedikit ramai saat aku masuk, dan ternyata ada tamu spesial hari ini.
Read more
Part 36
"Sint*ng kamu, Rini. Perempuan mandul, gila lagi!" umpat Seila seraya mencoba meraih ponsel yang ada di tanganku, tapi karena tubuh dia terlalu pendek, sehingga dia tidak bisa meraih apa yang sedang dia incar."Sudah puas mengumpat saya? Apa kamu mau video ini juga aku sebar?" Menatap tajam netra kelam adik mantan suami, kali ini memasang wajah menyeramkan."Silahkan saja. Aku tidak takut! Memangnya kamu punya video apa, hah?!" tantangnya.Aku mengangkat satu ujung bibir, membuka sosial media berlogo huruf F kemudian menyebar video asusila Seila bersama kekasihnya saat di Jogja menggunakan akun milik Mas Hakam.Jangan main-main sama Andarini yang selalu dianggap bo*oh ini kamu, Seil. Karena sejak kamu merengek meminta untuk mendaftar kuliah di kota Gudeg, aku sudah mengirim mata-mata sebab curiga kalau kamu itu tidak benar-benar menimba ilmu di sana. Dan ternyata, semua dugaanku benar. Seila hanya bermain-main, menghabiskan banyak sekali
Read more
Part 37
"Jangan pernah menghina Ibu saya atau kamu akan saya habisi, Hakam!!" cengkraman Arjuna terlihat semakin kuat. Mata dengan iris hitamnya menatap tajam wajah mantan suami, dan aku lihat rahangnya kian mengeras serta berkedut-kedut menandakan kalau dia sudah berada di level kemarahan tertinggi.Sungguh. Aku merasa ngeri melihat Arjuna kian terpancing emosi, takut dia tidak bisa mengendalikan diri. Kasihan Tante Dewi kalau sang putra sampai berbuat nekat dan terjerat hukum."Aduh!!" pekikku seraya memegangi kepala, berpura-pura pingsan untuk mengalihkan perhatian mereka.Tanpa diduga, Arjuna berjalan mendekat, mengangkat tubuhku dan membawanya entah kemana.Ya Tuhan...Aku pikir dia akan pergi meninggalkan aku yang tergeletak di lantai. Tapi ternyata dia masih punya hati dan perasaan juga.Suara detak jantung Arjuna terdengar bertalu-talu bagai alunan lagu. Aroma maskulin yang menguar dari tubuhnya membuat diri ini merasa aneh. Ada yang berde
Read more
Part 38
Perlahan meneguk air tersebut, meletakkan gelas kosong di atas meja kemudian bangun dan duduk dengan kaki menjuntai di sofa."Ya sudah kalau begitu. Saya permisi dulu. Sudah siang, mau pulang." "Kamu itu baru siuman? Memangnya kuat jalan sampai ke depan?!" Ya kuatlah. Orang pingsan bohongan."Insya Allah, Mas. Saya itu bukan wanita lemah.""Saya tau!"Dahiku mengeryit menatapnya dengan mimik heran. "Ekspresinya biasa saja!!" celetuknya lagi.Ih... Rasanya pengen banget nyubit bibirnya pake tang, biar dia tidak bisa berbicara lagi.Beranjak dari sofa, menyambar tasku yang tergeletak di atas meja kemudian berjalan keluar dari ruangan tersebut. "Rini, tunggu!" Aku nenyentak napas dan menghentikan langkah."Ada apa?""Saya minta maaf.""Maaf untuk apa, Mas? Kamu nggak pernah salah sama saya. Kamu 'kan nggak pernah punya dosa!" "Karena saya sudah me
Read more
Part 39
Pagi-pagi sekali, semua orang yang ada di rumah Bunda terlihat sibuk mempersiapkan diri. Pun dengan diriku yang bertugas menemani Saquina, mendampingi pengantin perempuan menuju aula masjid tempat dimana dia akan melangsungkan pernikahannya dengan Raihan, putra seorang Gus menurut cerita yang aku dengar.Wajah Saquina terlihat begitu cantik walaupun hanya mengenakan riasan sederhana. Dia memang sosok perempuan bersahaja yang tidak pernah berlebihan dalam berpakaian maupun kehidupannya sehari-hari, mungkin itu sifat turunan dari Bunda."Kenapa, mupeng liat penganten?" ekor mataku melirik ke arah sumber suara, memindai sekilas lelaki berkoko putih dengan rambut diikat rapi.Sumpah, kalau berdandan seperti itu, Arjuna sudah persis seperti orang beneran, karena penampilannya setiap hari justru membuat dia terlihat seperti seorang preman. Bukan polisi."Saya sudah pernah menjadi pengantin. Yah... walaupun tidak pernah mencicipi yang namanya duduk di pelaminan." Jawabku tanpa menoleh."Oh,
Read more
Part 40
Segera menundukkan wajah, aku membuang pandang ke arah lain merasa risi karena terus diperhatikan seperti itu. Semoga saja setelah acara sungkeman, Tante Dewi dan Bunda Efita memberi izin untuk pulang, karena mulai kurang kerasaan berada di tengah-tengah mereka jika ada Arjuna."Rin, ayo kita foto-foto dulu buat kenang-kenangan." Ajak ibunya Arjuna seraya menarik pelan tangan ini."I--iya, Tan." Mengikuti langkah perempuan tersebut seperti anak kecil yang sedang diiming-imingi permen. Aku tidak bisa menolak permintaan Tante Dewi karena merasa tidak enak.Selesai sesi foto-foto aku pamit pulang kepada mereka semua dengan alasan ada pekerjaan yang belum terselesaikan."Terima kasih ya, Nak Rini. Sudah mau direpotkan. Nanti kalau kamu dan Juna menikah, insya Allah Bunda bantuin keteringnya. Bunda diskon lima puluh persen deh." Seloroh Bunda diikuti gelak tawa semua orang yang ada."Masa lima puluh persen, Wa. Gratislah sama keponakan satu-sa
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status