Semua Bab Berdamai dengan Takdir: Bab 21 - Bab 30
63 Bab
BAB 20
I am a muslim, the things I sayIn everything I do everydayWe are a muslim, the things we sayIn everything we do everydayOooh ... bismillahOooh ... alhamdulillahMia Johnson mengetuk-ngetukkan pisau dan garpu di atas meja, kedua matanya berbinar menyanyikan lagu milik Yusuf Islam yang sering di dengarnya di Al Huda Pre School.Mendengar putrinya yang sedang bernyanyi, lantas Debra Johnson memusatkan perhatiannya pada Mia yang sama sekali belum menyentuh pancake di piringnya.Telinganya menyimak dengan teliti setiap kata yang keluar dari mulut mungil Mia. Dia sangat terkejut dengan lirik lagu yang sedang dinyanyikan Mia. Kedengarannya seperti lagu rohani, entah milik siapa. Debra mengernyitkan dahinya, dia sadar ada yang tidak beres dengan putrinya."Lagu apa itu, Mia?" Mendadak Debra kehilangan selera makannya. Dia meletakkan garpu dan pisaunya di sisi piring makan. Kedua tangan Debra saling bertautan dan diletakkannya di bawah dagu. Dia berusaha menjaga mimiknya sesantai mungkin a
Baca selengkapnya
BAB 21
"Dua orang petugas kepolisian sedang menunggumu di luar. Apa kamu bersedia menemui mereka? Kau yakin tidak apa-apa?" tanya Noah ragu. Dia takut polisi itu akan membawa Hanna."Biar aku menemuinya, Noah. Ini salahku." Hanna bergegas keluar hendak menemui polisi itu, sedangkan Noah mengekorinya di belakang. Dia mengabaikan perasaan mual dan pening di kepalanya."A-ada yang bisa saya bantu, Sir?" sapa Hanna sedikit gugup pada dua orang polisi yang sedang menunggunya. Jemarinya saling meremas karena kedua telapak tangannya yang dingin dan basah. Bahkan Hanna beberapa kali menyeka peluh di dahinya. Dia berusaha melawan panic attack yang sedang menderanya."Anda Miss Hanna?" tanya salah seorang dari mereka."Iya," jawab Hanna."Ikutlah dengan kami ke kantor. Seseorang telah membuat laporan, dan kami membutuhkan keteranganmu." Hanna lalu menyetujuinya dan ikut bersama mereka. Memangnya apa yang bisa dilakukan Hanna selain ikut ke kantor polisi? Melawan pun dia tak bisa."Apakah saya boleh iku
Baca selengkapnya
BAB 22
Dean bersama Hanna dan Kevin duduk di ruang tamu tempat tinggal Hanna di lantai tiga gedung sekolah. Dia sedang menyidang dua orang terdekatnya itu."Jadi, siapa yang akan menjelaskan padaku?" tanya Dean menatap satu per satu Kevin dan Hanna."Aku.""Aku."Kevin dan Hanna menjawab secara serempak.Dean terkekeh. "Kalian kompak sekali, tidak hanya di belakangku bahkan di depanku pun masih sangat kompak. Sebenarnya sudah sejauh mana hubungan kalian?" kata Dean seolah dia sedang mengejek dirinya sendiri."Demi Tuhan, kami tidak punya hubungan apa-apa, Dean. Aku hanya ingin membantu Hanna, mencarikan pekerjaan dan melupakan masa lalunya," kata Kevin berusaha meyakinkan."Memangnya kenapa kalau kami punya hubungan?" celetuk Hanna tanpa memikirkan akibat dari pertanyaannya."Shit!" Kevin yang sejak awal sudah merasa tegang kini semakin dibuat tegang oleh Hanna. Dia kemudian menutup wajah dengan kedua tangannya.Mendengar umpatan Kevin lantas Hanna menoleh pada pria itu. Tidakkah Hanna meliha
Baca selengkapnya
BAB 23
Ditemani salah seorang pengawalnya, Dean dan Hanna pergi ke salah satu supermarket besar di kota itu. Dean mengambil sebuah troli yang berjejer di samping pintu masuk. Hanna mengekorinya di belakang. Langkah kedua orang itu memasuki pintu kaca yang otomatis terbuka saat jarak mereka berada dua meter berada di depannya."Berjalanlah di sampingku, Hanna! Aku tidak akan memakanmu," goda Dean. Pria itu melirik Hanna dengan senyuman di sudut bibirnya. Hanna segera menyejajarkan langkahnya."Ada yang ingin kamu beli?" tanya Dean. Kedua matanya mengamati beberapa rak yang berjejer rapi di depannya."Biar aku ambil keranjang lagi supaya aku bisa membayar sendiri." Hanna hendak melangkah pergi tapi Dean menarik belakang jilbabnya, spontan dia memegangi kepalanya. Jilbab yang sedikit tertarik ke belakang membuat sebagian kening Hanna lebih terekspos. Gadis itu lalu merapikannya kembali sambil berdecak kesal.'Astaga, nih bule, hampir saja jilbabnya lepas. Lagipula memang aku orang lain, dia piki
Baca selengkapnya
BAB 24
"Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan putraku, Laura?" Kedua mata Anna Joos mengamati penampilan menantunya yang elegan. Bagaimana tidak elegan, kulit putih Laura dibalut dengan dress lilac di atas lutut rancangan desainer ternama. Meski terlihat sederhana, tapi jika melihat siapa perancangnya bisa dipastikan harga dress itu tidak sesederhana penampakannya.Saat Laura hendak menjawab pertanyaan ibu mertuanya, seorang pelayan rumah datang menyajikan teh hijau dan kudapan di atas meja.Laura menghela napas lalu berpaling, enggan menjawab pertanyaan ibu mertuanya. Hubungannya dengan CEO Joos Corporation itu sedang tidak baik-baik saja, dan dia tidak ingin ibu mertuanya mengetahui hal itu. Dia masih belum menyerah menaklukkan hati Dean meski mereka sudah tidak tinggal serumah."Silakan diminum tehmu, Laura! Kudengar Dean sedang berada di Florida. Apa dia tidak mengajakmu?" Anna menyeruput tehnya. Sekilas melirik Laura sekedar ingin tahu bagaimana reaksi menantunya. Bukan Anna Joos nama
Baca selengkapnya
BAB 25
Senja menyapa langit di Teluk Tampa, perlahan matahari kembali ke peraduannya. Desir ombak, angin laut dan senja adalah perpaduan yang sempurna.Di tengah suasana romantis di restoran seafood pinggir laut itu, Hanna menikmati setiap suap makanannya.Sedangkan Dean masih termenung, dia tidak menyangka takdir akan membawanya pada momen indah seperti ini, makan malam di tempat romantis bersama wanita yang telah lama diidamkannya. Hanya tinggal menunggu waktu bagi Dean untuk menjadikan Hanna pendamping hidupnya."Kamu menyukai tempat ini, Hanna?""Ya, aku sangat menyukainya. Terimakasih untuk semuanya, ini sangat sempurna." Hanna tersenyum memandangi Dean.'Akan lebih sempurna jika kamu menjadi istriku, Hanna.' Batin Dean berkata.Andai saat ini status Dean single mungkin dia akan langsung melamar Hanna. Sebenci apapun dia pada Laura tapi Dean masih menghormati pernikahan mereka."Mau berfoto bersama? Kita belum pernah melakukannya," tawar Dean pada Hanna dan langsung disetujui wanita itu.
Baca selengkapnya
BAB 26
Terdengar suara ledakkan dari lantai tiga dan dalam sekejap kanopi yang dipijak Dean runtuh, semua tim penyelamat yang berada di sekitar bangunan segera menjauh. Dua orang perawat menyeret Hanna agar menjauh dari lokasi."DEAN! DEAN!" teriak Hanna histeris.Hanna berusaha lari tapi kekuatan dua orang yang menahannya tidak sebanding dengannya. Hanna terisak dengan air mata berlinang setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri Dean terjatuh dan tertimpa reruntuhan bangunan."Tenanglah, Nona! Tim pemadam akan membantu mengeluarkan temanmu." Salah seorang perawat mencoba menenangkan Hanna.Beberapa petugas pemadam kebakaran berlari menghampiri tempat jatuhnya Dean dan menyingkirkan reruntuhan yang menimpa tubuhnya."Kami butuh brangkar, cepat!" teriak salah seorang petugas yang berhasil menemukan tubuh Dean.Tim medis segera berlari membawa brangkar ambulan, sedangkan dua perawat yang awalnya memegangi Hanna bersiap memasang oksigen. Hanna berlari menghampiri petugas yang sedang menyela
Baca selengkapnya
BAB 27
Di pinggir tempat tidur pasien, Hanna menyandarkan tubuh dengan lengan yang menopang kepalanya. Sudah dua malam dia tidak bisa memejamkan mata karena khawatir dengan kondisi Dean. Meski dokter bilang sudah banyak kemajuan, namun setelah tiga malam di ruang perawatan Dean belum juga sadarkan diri.Cahaya matahari yang menyusup dari balik tirai membelai kelopak kedua mata Dean. Pemilik mata hazel itu mengerjap karena terusik dengan hangatnya sinar matahari pagi yang menyorot ke dalam kamar.Ketika Dean berhasil membuka matanya dengan sempurna, dia berusaha mengingat apa yang telah terjadi dengan dirinya. Dean memandangi langit-langit putih ruang perawatan rumah sakit, bau khas rumah sakit membawa ingatannya pada Hanna.Teriakan Hanna, suara sirine ambulan juga suara hiruk pikuk tim medis yang berusaha menyelamatkannya berputar kembali di kepalanya."Han ... Hanna ...." Dean berusaha menggerakkan tangannya, dia tahu Hanna ada di dekatnya. Dengan ujung jemarinya dia bisa merasakan bulatan
Baca selengkapnya
BAB 28
"Sudah mendapatkan rumah untukku, Kevin?" Kevin datang ke rumah sakit tepat ketika Dean sedang menyantap makan siangnya."Fawaz Al Hokair akan menjual propertinya." Kevin mengeluarkan ipad dan menunjukkan gambar-gambar properti yang dimaksud pada Dean.Sebuah penthouse dengan interior yang sangat megah. Dindingnya didominasi kaca dengan pemandangan tiga ratus enam puluh derajat kota New York, termasuk Central Park.Apartemen tersebut berada di 432 Park Avenue, Midtown Manhattan, New York. Pemilik apartemen tersebut adalah Fawaz Alhokair, seorang pengusaha real estate asal Saudi."Hanna memiliki acrophobia¹, sedangkan apartemen itu terletak di lantai sembilan puluh enam, apa menurutmu itu aman untuknya?" tanya Dean dengan mata yang masih sibuk melihat-lihat interior apartemen itu."Ah, terkait itu. Kurasa kamu perlu membawa Hanna konseling ke psikolog. Menurutku dia perlu terapi untuk mengobati anxiety yang dideritanya. Dia juga pasti memiliki trauma dengan pernikahannya."Dean lantas m
Baca selengkapnya
BAB 29
Tok tok tok!"Hanna?""Ya, Dean. Tunggu sebentar." Hanna segera memasangkan pin di kerudungnya, kemudian beranjak membukakan pintu untuk Dean.Lima menit kemudian Hanna keluar dari kamarnya dan mendapati Dean sedang berdiri di depan pintu kamar hotel. Dean memandangi Hanna dari ujung kepala sampai ujung kaki."Dimana mantelmu?" tanya Dean setelah mendapati ada yang kurang di tubuh Hanna."Astaghfirullah, maaf aku lupa." Hanna menepuk keningnya lalu masuk kembali untuk mengambil mantelnya.Setelah Hanna siap dengan mantelnya kemudian mereka bergegas masuk ke dalam lift."Kita akan kemana?" tanya Hanna."Aku ingin mengajakmu makan malam di luar." Dean memencet tombol lift yang akan membawa mereka ke lantai dasar."Kenapa bukan makan malam di hotelmu saja? Bukankah lebih hemat?" usul Hanna."Hahaha ... Hanna kita sudah terlalu lama di dalam hotel, aku butuh suasana baru. Apa kamu kedinginan? Di luar sedang turun salju." Dean mengikatkan simpul pada syal Hanna."Sedikit, aku harus terbias
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status