Semua Bab Berdamai dengan Takdir: Bab 41 - Bab 50
63 Bab
BAB 40
"Dubai, pesonamu membuatku terbuai. Namun sayang, kenangan yang kudapatkan tak sesuai dengan yang kuharapkan. Semoga kita berjumpa lagi dan mengukir kembali sejarah yang lebih berkesan." Hanna menulis di lembar catatan hariannya lalu menutup buku itu dan menyimpannya di dalam koper.Bandara Internasional Dubai.Ini adalah pertama kalinya Hanna melakukan perjalanan jauh seorang diri, perjalanan dari New York ke Florida tidak seberapa dibanding perjalanan kali ini. Dia berusaha melawan sekuat tenaga ketakutan yang kerap kali muncul agar panic attacknya tidak kambuh di tengah keramaian. Bagi Hanna yang memiliki gangguan kecemasan sosial tak mudah melakukan suatu perjalanan ke tempat asing seorang diri, tapi kali ini keadaan yang memaksa dia untuk berani.Di ruang tunggu Hanna duduk menunggu jadwal keberangkatannya. Selangkah lagi menuju Indonesia, tempat kelahirannya, tempat dia akan pulang membawa sisa-sisa kepingan hati yang remuk redam.Pesawat lepas landas beberapa menit sebelum azan
Baca selengkapnya
BAB 41
Setibanya di Indonesia, Dean segera menuju hotel bintang lima yang sudah dipesan Kevin sejak jauh hari. Dia akan menginap di sana selama beberapa hari ke depan.Dean mengeluarkan laptopnya lagi untuk memindai keberadaan Hanna. Setelah berada di Indonesia sinyal yang didapat kini lebih tajam, dia bisa menemukan lokasi Hanna secara akurat bahkan lengkap dengan titik kordinatnya.Hatinya kini menjadi lega, dia sudah dekat dengan kekasihnya. Merasa dirinya masih butuh istirahat, Dean memutuskan untuk menemui Hanna keesokan harinya.Sejak pagi hingga siang hari posisi sinyal yang terdeteksi masih sama, namun Dean terkejut ketika menjelang sore tiba-tiba posisi Hanna berubah. Bahkan lokasinya tak jauh dari hotel tempat Dean menginap. Tak ingin kehilangan Hanna untuk yang kedua kalinya lantas dia bergegas bersama dua pengawalnya.*****Hanna memandangi ponselnya yang mati sejak dirinya bertolak ke Indonesia. Semalam Al datang ke rumahnya, meminta waktu untuk berbicara. Saat itu Hanna merasa t
Baca selengkapnya
BAB 42
Sebelum pulang ke rumahnya, Hanna mengajak Dean jalan-jalan di salah satu mall yang terletak di kawasan Senayan. Dean membelikan sejumlah barang yang akan dia hadiahkan untuk calon mertua dan calon iparnya."Terimakasih, Hanna.""Untuk apa?""Untuk maafmu dan kesempatan kedua darimu.""Tolong jangan diulangi lagi, Dean.""Insyaallah."Mereka lalu pergi ke rumah orang tua Hanna bersama dua pengawal juga sopir yang sudah disediakan Kevin untuk Dean selama tinggal di Indonesia.Misi Dean datang ke Indonesia akhirnya berhasil, dia telah merebut kembali hati Hanna, dia juga mendapat restu dari Bu Yana untuk menikahi putrinya. Sejak mengetahui Hanna masih mengenakan gelang itu, Dean yakin Hanna pasti masih menginginkannya. Buktinya Hanna tidak membuang gelang itu supaya Dean bisa dengan mudah menemukan keberadaannya.Beruntung Dean sudah memesan kalung yang lebih canggih untuk Hanna, kedepannya dia tidak ingin kehilangan jejak gadis itu lagi. Bahkan kapanpun Dean bisa mendengar dan melihat
Baca selengkapnya
BAB 43
"Apa kamu tidak kedinginan, Hanna? Angin di luar sangat kencang. Nampaknya sebentar lagi akan hujan." Langit di New York tampak gelap, angin pun berembus lebih kencang dari biasanya.Dean memeluk tubuh istrinya dalam balutan dress sleveless warna broken white. Mereka baru saja pulang dari beberapa kota. Di Florida mereka mengadakan acara jamuan untuk teman-teman Dean di komunitas muslim, kemudian lanjut ke Washington DC untuk menghadiri pesta yang digelar Anna Joos."Apa saham perusahaanmu masih baik-baik saja, Dean? Setelah acara konferensi pers kemarin."Hanna membalikkan tubuhnya agar bisa menatap suaminya dengan jelas."Ya, jangan khawatir. Semua akan baik-baik saja." Dean merapikan anak rambut yang menutupi wajah Hanna."Lalu kapan kamu akan kembali bekerja?""Insyaallah lusa, aku masih ingin menghabiskan waktu bersamamu."Tak lama kemudian hujan lebat turun lalu Dean menutup jendela besar yang ada di kamar mereka, kemudian membawa istrinya dalam peraduan.*****Sudah empat bulan
Baca selengkapnya
BAB 44
Kevin menunggu kabar dari Dean yang sejak pagi melakukan perjalanan kembali ke kota New York. Sudah empat jam menunggu tapi Dean belum juga menghubunginya, bahkan ponsel Dean tidak aktif ketika Kevin meneleponnya. Sedangkan ada beberapa hal terkait perusahaan yang harus dia diskusikan pada bosnya.Akhirnya Kevin memutuskan untuk bertanya pada Hanna."Hallo, Hanna. Apa Dean sudah sampai di apartemen?""Dean pulang hari ini?" Hanna tentu terkejut karena Dean tidak mengabari kepulangannya dari Kanada."Apa kamu tidak tahu? Dia meneleponku sebelum naik ke pesawat. Seharusnya dia sudah sampai. Aku berkali-kali menghubunginya tapi ponselnya tidak aktif.""Oh, biar aku yang coba menghubunginya lagi, Kevin.""Baiklah, aku akan coba menghubungi Nick. Mungkin dia tahu dimana bosnya."Setelah Hanna menutup teleponnya kemudian dia menghubungi Dean. Benar saja yang dikatakan Kevin, ponsel Dean tidak aktif. Tak lama kemudian dia mendapat panggilan lagi dari Kevin."Hanna, aku sudah menghubungi Nick.
Baca selengkapnya
BAB 45
Sudah hampir seminggu Hanna menginap di hotel, dia bahkan tidak berani keluar dari hotel karena takut Dean akan menemukannya. Dia tahu suaminya akan berusaha dengan cara apapun agar bisa menemukannya.Hampir setiap pagi Hanna bangun tidur dalam kondisi demam. Bahkan pagi ini dia sedikit mual. Hanna memandangi dompet dengan lembaran uang yang jumlahnya semakin menipis. Uang tunai yang dia bawa tidak terlalu banyak sehingga tidak cukup untuk menginap di hotel lebih lama lagi.Tiba-tiba dia merasakan gejolak di perutnya lagi dan berlari menuju wastafel."Hoek ... hoek ... hoek ...."Hanna berkumur dan mencuci wajahnya. Padahal pagi ini dia belum makan apapun tapi dia sudah merasakan mual yang luar biasa. Dia kemudian mencengkram perutnya yang terasa perih dan terduduk di lantai.Semakin lama perut Hanna semakin terasa melilit, bulir-bulir keringat sebesar biji jagung mulai membasahi wajahnya. Hanna berusaha bangkit, meski dengan susah payah merangkak akhirnya dia berhasil menggapai tempa
Baca selengkapnya
BAB 46
Setelah pulang dari Florida Hanna masih harus beristirahat sampai beberapa hari. Hiperemesis yang dialaminya membuat dia kesulitan untuk makan. Setiap kali menelan makanan dia pasti akan memuntahkannya kembali, bahkan minum air putih saja bisa membuatnya mual.Kondisi Hanna yang mengkhawatirkan membuat Dean harus lebih lama tinggal di apartemennya. Sejak kehamilan Hanna dia lebih banyak mengawasi pekerjaannya dari rumah.Pada trimester pertama Hanna kerap kali keluar masuk rumah sakit. Kurangnya asupan nutrisi membuat Hanna beberapa kali pingsan di apartemen mereka. Melihat kondisi Hanna yang sangat lemah membuat Dean sangat iba pada istrinya. Dia bertekad tidak akan meninggalkan Hanna barang sedetikpun."Maaf Dean, aku seringkali merepotkanmu." Hanna menatap suaminya yang baru selesai membuatkan sarapan untuk mereka."Aku yang seharusnya minta maaf, Hanna. Kamu harus mengalami banyak penderitaan selama mengandung anak kita."Dean lalu mengambil semangkuk oatmeal untuk Hanna dan menyua
Baca selengkapnya
BAB 47
Dean memandangi sosok Hanna yang sedang duduk menghadap jendela kamarnya. Sejak Hanna mengetahui kondisi kedua bayinya dia jadi lebih banyak termenung. Dokter membolehkannya meninggalkan rumah sakit tapi tidak dengan bayi kembarnya, karena kondisinya yang masih sangat lemah sehingga mereka masih harus mendapat perawatan medis.Hanna sangat terpukul ketika dia tidak berhasil memberikan ASI pada kedua bayinya. Dia sudah coba memerah ASI dengan tangannya seperti yang diajarkan dokter, tapi tak ada setetes pun ASI yang keluar darinya. Bahkan ketika dia mencoba memompanya dengan alat pompa ASI justru yang keluar adalah cairan berwarna merah. Tak hanya menyakitkan tapi hal itu juga membuat dirinya sangat stress.Dean memeluk punggung Hanna dan mencium puncak kepala istrinya, tapi Hanna masih bergeming. Hanya linangan air mata yang mengalir dari sudut matanya."Apa yang kamu pikirkan, Hanna? Ceritakanlah padaku!" bisik Dean pada istrinya."Aku tidak pantas menjadi seorang ibu. Aku tidak bisa
Baca selengkapnya
BAB 48
"Hallo, Hanna. Senang akhirnya bisa berjumpa denganmu lagi."Seringai Laura membuat Hanna menggigil tapi dia berusaha sekuat tenaga melawan ketakutannya. Sayangnya Laura bersama dengan Zack dan juga Sonya yang memang bekerja di restoran tersebut, sehingga membuat Hanna tak bisa berkutik.Julian yang masih sibuk membantu ibunya di dapur tidak tahu jika Laura dan Zack membawa Hanna pergi. Dia sangat terkejut ketika tidak mendapati Hanna di tempatnya."Sonya, apa kamu melihat tamuku yang duduk di situ?" tanya Julian pada Sonya yang sedang membersihkan meja."Nampaknya dia sudah pergi," jawab Sonya acuh."Tidak mungkin. Dia meninggalkan ponselnya.""Oh, bagaimana jika aku saja yang menyimpannya?""Tidak, dia pasti akan mencariku lagi."*****Siang itu kondisi Murren ramai dikunjungi turis dari berbagai macam negara. Kebanyakan dari mereka ingin mengunjungi Piz Gloria yang lokasinya di puncak Schilthorn di Alpen Bernese sehingga stasiun kereta gantung menuju puncak Schilthorn jadi lebih ram
Baca selengkapnya
BAB 49
Di hotel Lauterbrunnen Dean tak bisa memejamkan mata karena memikirkan istrinya. Andai tim SAR tidak mencegahnya mungkin dia sudah mendaki seorang diri.Dean berhasil melacak keberadaan Hanna, bahkan dia juga mendapat rekaman percakapan Hanna dengan Laura. Jika melihat hasil pemindaian Dean, tim SAR menduga Hanna berada di sebuah rumah tua yang terletak di atas tebing. Mereka tidak bisa mendaki dalam kegelapan karena batu-batu di sana sangat licin.Hati Dean sakit setiap kali mendengar Laura menyiksa istrinya. Awalnya dia tidak mendapatkan gambar apapun karena liontin Hanna tertutup jilbab. Namun setelah Laura menarik jilbab Hanna secara paksa, Dean bisa melihat bagaimana Laura menarik rambut Hanna dan memotongnya secara brutal.Laura memang seorang psikopat yang haus darah, andai saja Zack menuruti perintah Laura tentu Hanna sudah mati.Dean masih berusaha memejamkan matanya, meski dia tidak bisa tidur setidaknya dia bisa merilekskan tubuhnya. Besok pagi dia akan bergabung dengan tim
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status