All Chapters of Kau Hancurkan Wajahku Kuhancurkan Hidupmu: Chapter 11 - Chapter 20
31 Chapters
11. Khawatir
Risa menyemprotkan cairan antiseptik ke telapak tangannya setelah menyentuh Rangga, seolah-olah mantan suaminya itu adalah benda yang paling menjijikkan. Risa sebenarnya tidak sudi menggoda Rangga dengan cara seperti tadi. Namun, dia harus melakukannya agar Rangga masuk ke dalam perangkapnya.Risa kembali memasang kancing kemejanya sebelum keluar dari ruangan Rangga. Para karyawan yang berada di luar sontak menatapnya ketika dia berjalan menuju lobi utama. Mereka pasti penasaran dengan apa yang sebenarnya terjadi di ruangan Rangga hingga membuat Nadia mengamuk seperti orang kesetanan."Jadi ini sekretaris baru Pak Rangga?""Kok, dia bisa langsung kerja, sih?""Aku yakin banget dia pasti menggoda Pak Rangga biar bisa diterima kerja di sini. Lihat saja penampilannya!"Risa tersenyum miring ketika mendengar pembicaraan beberapa karyawan perempuan yang berdiri tidak jauh darinya. Salah satu dari mereka ada yang menatapnya dengan tajam dan penuh kebencian. Dia, Debora—seorang staf keu
Read more
12. Mimpi Buruk
"Akh!" Dikta meringis kesakitan karena punggungnya membentur dinding yang berada di belakangnya dengan cukup keras. Belum hilang rasa sakit di punggungnya sebuah bogem mentah kembali mendarat di wajahnya, membuat hidung dan sudut bibirnya mengeluarkan darah. "Berani sekali kamu menginjakkan kaki di rumahku!" Pemuda yang tubuhnya lebih besar itu kembali melayangkan pukulannya. Dia Adipati Januar, kakak tiri Dikta.Hubungan mereka tidak berjalan begitu baik, bahkan bisa dikatakan buruk karena Adi sangat membenci Dikta. Bukan tanpa alasan mengapa putra sulung Januar Adiputra itu sangat membenci Dikta sebab Dikta adalah anak yang terlahir dari selingkuhan ayahnya.Hidup Adi yang begitu sempurna seketika berubah hancur semenjak ada Dikta. Dia harus rela berbagi rumah, mainan, bahkan kasih sayang kedua orang tuanya dengan anak itu. Parahnya dia dipaksa oleh ayahnya untuk menerima Dikta sebagai adik tirinya.Semakin lama Adi merasa Dikta merebut semua hal yang dimilikinya. Merebut orang tua
Read more
13. Makan Malam
"Maaf, aku sedikit terlambat. Apa kamu sudah menunggu lama?"Risa melihat benda mungil yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Dia memang sengaja datang lebih awal dari pada Rangga. "Tidak lama, baru tiga menit. Apa ada masalah, Pak?"Rangga mengangguk. Dia sempat bertengkar kecil dengan Nadia sebelum berangkat. Istrinya itu marah-marah hingga membuat telinganya pengang karena dia tidak bisa menemani pergi ke pesta pernikahan."Oh iya, jangan panggil aku bapak karena kita sedang tidak berada kantor.""Baiklah, Rangga." Risa mengangkat tangan. Tak lama seorang pelayan datang memberi buku menu pada mereka."Apa menu unggulan di restoran ini?""Steak With Mushroom Sauce yang dagingnya didatangkan langsung dari Jepang."Risa mengangguk-angguk. "Boleh juga. Apa kamu mau memesan menu ini, Rangga?"Rangga mengangguk sekilas lalu mengembalikan buku menu tersebut pada pelayan. Tidak butuh waktu lama pesanan mereka akhirnya datang. Rangga pun memotong steak-nya menjadi beberapa bag
Read more
14. Jadilah Milikku
“Jadilah milikku, Brialla.”Risa menatap Rangga terkejut, walaupun sebenarnya dalam hati menertawakan mantan suaminya yang begitu mudah masuk ke dalam perangkapnya. “Kamu ingat kamu masih punya istri, bukan?”Rangga memutar bola mata. “Aku tidak peduli dengannya. Mungkin sebentar lagi aku akan menceraikannya.”Risa tersenyum mendengarnya. Risa mengalungkan lengannya di leher Rangga lalu mendekatkan dirinya hingga Rangga bisa merasakan embusan napas Risa di lehernya, dan dia berbisik, “Ceraikan dulu istrimu, baru kamu bisa memilikiku.”Kemudian Risa mendongakkan matanya menatap Rangga. Risa berusaha sekuat tenaga menunjukkan betapa dia terpesona dan menginginkan Rangga dari tatapannya, walaupun sebenarnya dalam hati dia benar-benar ingin mencekik pria ini.“Aku akan menceraikannya,” ucap Rangga mantap. Matanya tampak berbinar mengetahui wanita di hadapannya ini bisa dia dapatkan. Saking senangnya rasanya Rangga ingin meremas bokong Brialla jika tidak menahan diri.“Bagus.” Setelah meng
Read more
15. Sebuah Peringatan
“Nadia, apa yang kamu lakukan?”Nadia dan Risa seketika menoleh pada sumber suara. Mereka berdua bisa melihat amarah dan aura membunuh dari Rangga. Rangga melangkah cepat mendekati mereka berdua dan mengamit tangan Nadia. “Kau membuatku malu,” desis Rangga tajam.Setelah Risa membetulkan penampilannya, Risa langsung menunduk pada Rangga dan Nadia. “Pak Rangga, maafkan saya. Tadi saya lancang berbicara dengan Bu Rangga.”Namun, Risa tersentak ketika tatapannya bertemu dengan tatapan Rangga pada Nadia dan dirinya.Tatapan itu.Tatapan yang sama ketika Rangga berencana untuk melenyapkannya. Napas Risa tiba-tiba menjadi pendek, tetapi Risa harus mengatasinya.Dia tidak boleh terlihat panik dan lemah saat ini.“Maafkan kelakuan istriku, Brialla,” ucap Rangga. Tatapan Rangga kini telah melembut terhadapnya.“Mas Rangga!”“Diam. Kita pergi dari sini.” Setelah itu Rangga dan Nadia meninggalkan Risa seorang diri di sana. Risa tersenyum senang menatap kepergian keduanya. Dia semakin melebarkan
Read more
16. Kabar Mengejutkan
Tempat itu begitu sunyi, sepanjang mata memandang hanya ada nisan yang berjajar rapi. Risa berjongkok tepat di depan sebuah makam lalu meletakkan seikat bunga amarilys di sana. Perasaan bersalah tergambar jelas di wajah cantik Risa. Dia merasa bersalah karena sudah lama sekali tidak mengunjungi makam ayahnya. "Maaf Risa baru datang," gumamnya sambil mencabut rumput liar yang tumbuh di atas makam ayahnya. Sebenarnya ada begitu banyak hal yang ingin Risa ceritakan pada sang ayah, tapi dia lebih memilih untuk memendam semua masalahnya sendirian. "Ayah jangan khawatir, Risa masih menjadi anak Ayah yang hebat dan kuat seperti dulu." Risa menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang menghimpit di dadanya. Air mata itu jatuh begitu saja membasahi pipinya, tapi dia cepat-cepat menghapusnya. "Do'akan semoga rencana Risa berhasil. Risa sayang, Ayah." Risa mengecup nisan ayahnya sebelum pergi meninggalkan makam. Setelah itu dia mengendarai mobilnya ke rumahnya yang dulu. Risa ingin b
Read more
17. Tertekan
Nadia kembali memoles lipstik berwarna merah di bibirnya, setelah itu memperbaiki eyeliner-nya yang terlihat sedikit kurang rapi. Tidak terasa sudah tiga puluh menit lebih Nadia mematut diri di depan cermin dan dia baru menyadari kalau hidungnya tidak begitu bangir. Sepertinya dia perlu melakukan operasi plastik agar hidungnya terlihat lebih benang. Jika perlu dia akan tanam benang agar dagunya terlihat lebih lancip.Nadia berdecak kesal sambil membanting lipstiknya di atas meja ketika teringat dengan Brialla. Amarah tergambar jelas di wajahnya yang dipoles make up tebal. Nadia sangat membenci Brialla karena wanita itu sudah berani menggoda Rangga. Brialla bahkan membuat pipinya ditampar keras oleh Rangga padahal dia hanya ingin mempertahankan rumah tangganya.Sementara itu Rangga yang sudah menunggu di mobil berulang kali melihat jam tangan yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Sudah sepuluh menit dia menunggu, tapi Nadia belum juga keluar padahal mereka harus menghadiri makan
Read more
18. Sebuah Permintaan
Dikta mengerjapkan kedua matanya perlahan ketika cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah tirai di dalam kamar jatuh tepat mengenai wajah tampannya. Ternyata sekarang sudah hampir jam enam, pantas saja matahari sudah bersinar lumayan terang. Dikta pun segera bangun lalu mendudukkan diri di atas tempat tidur. Kamar yang didominasi cat berwarna putih ini terasa sangat asing baginya. Padahal dia sudah menghabiskan separuh hidupnya di dalam kamar ini. Dia terpaksa pergi dari rumah ini semenjak pertiakaian yang terjadi di antara dirinya dan sang kakak dan melupapan semua kenangan buruk yang pernah dia alami di sini.Dikta menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhnya setelah itu beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Selang beberapa menit kemudian dia keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk yang menutupi tubuh bagian bawahnya kemudian memilih baju yang ada di lemari.Dikta tanpa sadar tersenyum ketika melihat bajunya yang tersusun rapi di lemari. Ternyata mama tirinya
Read more
19. Anak Haram
Dikta kembali terdiam. Lagi-lagi dia merasa tidak pantas sebab dia anak yang terlahir dari pernikahan yang tidak sah. Lagi pula ayahnya masih mempunyai anak yang lain. Dikta yakin sekali Adi pasti akan semakin membencinya jika menerima tawaran tersebut."Kenapa Ayah tidak memberikan posisi ini ke Kak Adi?"Januar urung menyesap teh-nya, lalu menatap Dikta dengan alis terangkat sebelah. Seolah-olah bertanya mengapa Dikta melontarkan pertanyaan tersebut pada dirinya.Dikta membetulkan posisi duduknya agar merasa lebih nyaman sebelum bicara, "Kak Adi juga dokter. Semua orang juga tahu betapa hebatnya Kak Adi ketika menyelematkan pasiennya di meja operasi. Dikta rasa ... Kak Adi pantas menduduki posisi tersebut.""Jadi menurutmu begitu?"Dikta mengangguk polos. Entah kenapa ekspresi pria berusia 28 tahun itu terlihat sangat menggemaskan sekarang membuat Januar tidak tahan untuk terkekeh pelan.Januar sangat menyayangi Dikta, bahkan mungkin melebihi rasa sayangnya pada Adi. Bukan tanpa ala
Read more
20. Kiss
Mercedes Benz G65 itu melesat cepat membelah jalanan Ibu Kota. Mata si pengemudi memang tertuju pada jalanan yang ada di hadapan, tapi pikirannya sedang melayang ke mana-mana.Masih terekam jelas di ingatan Dikta kata-kata yang terlontar dari mulut sang kakak. Bukan satu dua kali Adi menyebut dirinya sebagai anak pembawa sial, bahkan anak haram. Kata-kata itu sudah dia dapatkan semenjak tinggal di rumah ayahnya. Namun, rasa sakitnya masih tetap sama. Rasanya sungguh menyesakkan hingga membuat jantungnya terasa seperti terbelah.Dikta menarik napas dalam-dalam untuk mengurangi sesak yang menghimpit di dalam dadanya. Air mata ... terlihat menggenang di kedua pelupuk matanya.Dikta pernah berjanji kalau dia tidak akan menangis lagi. Dia sudah berjanji pada Aluna kalau dia akan menjadi Dikta yang lebih hebat dan lebih kuat dari sebelumnya.Akan tetapi dia kembali jatuh sekali lagi. Jatuh karena kata-kata Adi yang begitu menyakiti hati. Biasanya Aluna selalu ada di sampingnya ketika dia me
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status