All Chapters of Kebangkitan Pewaris Seribu Pedang: Chapter 11 - Chapter 20
156 Chapters
Masakan Terakhir Paman
BUAKKK!'Bangun!' teriak Sakra yang menggema di pikiran Pandya.Pukulan tubuh pedang Sakra membangunkan Pandya dari tidurnya."UAAGH – HAAH– HAH," Pandya terkejut dan bangun dari tidurnya. Dia menghembuskan napas dengan kasar, seperti baru saja menemukan kembali napasnya.'Aku sudah selesai mengontrol otot dan pembuluh darahmu dengan tenaga dalam. Kini semua otot dalam tubuhmu sudah beradaptasi dengan jurus yang kau salin,' Sakra mulai menjelaskan."Aku tidak akan melakukan ini lagi!" ucap Pandya menyesal.'Aku sudah memperingatkanmu sebelumnya!' elak Sakra membela diri.Pandya tidak menghiraukan jawaban Sakra. Dia masih fokus untuk menetralkan kembali pernapasannya.Secara perlahan Pandya mulai merasakan perbedaan pada tubuhnya. Badannya terasa jauh lebih ringan dari sebelumnya. Bahkan, kini dia merasa jauh lebih bertenaga ketika bergerak."Eh–tapi kenapa aku bisa tidur dengan posisi seperti ini? Apa Paman tadi sempat masuk?" tanya Pandya sambil turun dari ranjangnya.'Pamanmu tadi l
Read more
Metode Aliran Energi
DRRRRK!KRIEEETT!Suara meja yang didorong paksa oleh Akandra terdengar sangat nyaring. Akandra seperti sudah tahu sejak awal, apa yang tersembunyi di bawah meja itu. Sedangkan Pandya sudah tidak bisa mengelak lagi setelah jejak kaki terakhirnya terlihat dengan jelas."Ini adalah jurus belati rahasia sebelum masuk ke tahap kedua—jejaknya terlihat dengan sangat jelas," ucap Akandra sambil melihat jejak kaki Pandya yang berada di bawah meja tadi."A–aku bisa menjelaskannya Paman. Ini bukan seperti yang paman pikirkan," ucap Pandya tergagap sembari mencari alasan."Aku tidak salah melihatnya!" Akandra mengatakannya dengan wajah tegang.Pandya hanya bisa menundukkan kepalanya. Dia benar-benar merasa bersalah, karena mencuri jurus orang lain itu dilarang di dunia persilatan. Tapi, dia malah mencuri karena tergoda dengan kemampuan menyalinnya.'Bagaimana ini Sakra? Aku tidak bisa mengelak lagi. Bagaimana jika Paman membenciku?' Pandya bertanya pada Sakra dengan frustasi.'Aku juga tidak tahu
Read more
Perebutan Calon Pewaris
Siang hari di halaman utama akademi Padepokan Nagendra, tampak ratusan orang mulai berkumpul dan mencari tempat untuk berbaris. Suara riuh dari orang-orang yang antusias untuk mengikuti ujian pertama akademi—terdengar memadati halaman itu tanpa ada yang berusaha menenangkan."Apa benar semua calon pewaris dari setiap ajaran Padepokan Nagendra berkumpul tahun ini?" ucap salah satu pemuda yang bertubuh gempal dan bermata sipit."Sepertinya rumor itu benar. Lihatlah barisan depan! Ujian masuk akademi kali ini menjadi sangat banyak peminatnya," jawab pria kurus disebelahnya sambil memperbaiki posisi buntalan kain pembungkus yang tergantung di pundaknya.Mereka berdua yang hanya penduduk biasa dari salah satu ajaran, dengan mudahnya terdorong oleh orang-orang lain yang mengikuti ujian siang itu. Mereka hanya bisa mengikuti arus, yang pada akhirnya membuat mereka mendapat barisan paling belakang."Seberapa banyak kira-kira yang mengikuti tes kali ini?" Pria bertubuh gempal mengedarkan pandan
Read more
Calon Murid Akademi
"Apa benar tidak ada namaku di pengambilan nomor urut?" Pandya tampak berdebat dengan seseorang yang mengurus pendaftaran masuk akademi."Iya. Hanya nama Pangeran dari Ajaran Pedang yang tidak ada," jawab orang itu. "Sepertinya Pangeran harus menunggu hingga nomor urut Pangeran ditemukan," tambahnya."Baiklah! Akan aku tunggu," Pandya lantas pergi dari meja pendaftaran dan berdiri di ujung tembok gerbang akademi. Dia hanya bisa menunggu hingga pengurus itu menemukan nama untuk nomor urutnya. Walaupun dia tahu itu ulah siapa, tapi dia juga tidak bisa apa-apa untuk saat ini. Pandya mencari tempat yang cukup bersih untuknya duduk di bawah, sambil menunggu namanya ditemukan.'Ini pasti ulah salah satu saudaraku dari ajaran lain. Jelas sekali mereka sengaja melakukan ini padaku,' pikir Pandya dengan wajah masamnya.'Kau yakin ini ulah salah satu saudaramu? Untuk apa mereka melakukannya?' Sakra merespon pikiran Pandya karena penasaran.'Mungkin mereka tidak mau berbaris denganku. Lagipula t
Read more
Awal Dimulainya Akademi
Suara keras yang menggema ditambah dengan tekanan tenaga dalam yang dua kali lebih kuat, membuat semua orang terdiam tanpa ada yang berani membuat suara sekecil apapun. Setelah penjaga utama melihat suasana sudah kondusif, dia berbalik dan membungkukkan badan di hadapan sang pemimpin Padepokan."Yang Mulia, semua sudah siap," setelah mengatakannya penjaga utama bergeser untuk berdiri di sebelah penjaga barat dan timur.SEETT!ZHIIIING!Pemimpin Padepokan berdiri dari duduknya dengan mengeluarkan tenaga dalam yang lebih besar dari sebelumnya. Tatapan matanya yang tajam mengarah ke semua calon murid akademi yang ada di bawah. Bahkan, tidak ada satu calon muridpun yang dapat mendongakkan kepalanya untuk dapat melihat sang pemimpin kembali."Orang-orang hebat yang akan bertanggung jawab atas masa depan padepokan kita. Selamat datang di akademi!" Sang pemimpin yang hanya berbicara, namun suaranya jauh lebih keras dibandingkan teriakan penjaga utama tadi.Semua merasa sangat terintimidasi d
Read more
Pil Cakra
SEET!Salah satu murid mengangkat tangan kanannya mengenterupsi ucapan Agha. Sang penjaga gerbang barat itu memperlihatkan ekspresi tidak sukanya dengan sangat jelas. Tawanya dan senyuman puas tadi langsung berubah menjadi masam karena kelakuan salah seorang murid itu."Saya ingin bertanya!" ucap murid yang mengangkat tangannya.Murid itu berada di barisan terdepan—yang ternyata merupakan calon pemimpin dari Ajaran Ramuan. Prama berdiri dengan sangat percaya diri menunggu jawaban dari Agha. Membuat semua tatapan murid-murid yang lain tertuju kepadanya."Siapa yang memperbolehkanmu bertanya?" Agha masih tampak marah walaupun dia tahu yang bertanya adalah salah satu calon pewaris padepokan."Apa bertanya saja tidak boleh?!" Prama kembali bertanya sambil mengeluarkan tenaga dalam miliknya dengan sikap sombongnya.Seperti terprovokasi Agha merasa di remehkan oleh salah seorang murid yang kemampuannya masih jauh dibawahnya. Dia ikut mengeluarkan tenaga dalam miliknya yang jauh lebih kuat s
Read more
Kitab Bela Diri Rahasia
Semua murid menunggu Tuan Agha untuk melanjutkan penjelasannya. Mereka tidak sabar untuk mendengar keunggulan apa lagi yang akan mereka dapatkan nantinya. Karena, jika hadiah pertama sudah sehebat itu—bagaimana dengan hadiah lainnya?"Keuntungan selanjutnya adalah—siapapun yang lolos ujian akan mendapatkan kesempatan untuk membaca kitab rahasia bela diri padepokan," jelas Agha sambil memperlihatkan sebuah buku yang dia ambil dari balik pakaiannya.WAAA! WAAA! WAAA!Semua murid kembali membuat suasana riuh. Dari wajah mereka terlihat dengan jelas bahwa ada rasa tidak percaya dan senang disaat bersamaan. Mereka tidak menyangka jika hadiah yang bisa mereka dapatkan sebesar itu.Bahkan, sampai sebelum ini mereka hanya pernah mendengarnya dan menganggap itu semua hanya bisa di dapatkan di dalam mimpi. Namun, kini mereka memiliki harapan untuk bisa mendapatkannya. Itu akan sangat membantu mereka untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan."Kalian tahu bukan, pentingnya kitab ini bagi orang ya
Read more
Tingkatan Dan Jabatan
"Kalian akan mendapatkan tingkatan dan kedudukan di akademi ini," jelas Agha yang mendapatkan tatapan bingung dari para murid."Kalian tahu kalau ajaran kali ini, ada calon pewaris padepokan bukan? Seperti ucapanku sebelumnya—jabatan apapun diluar akademi tidak akan berguna selama kalian menjadi murid." Agha mencoba memberi penjelasan walaupun nampaknya tanggapan para murid tidak terlalu jauh berbeda dari sebelumnya."Keuntungan ketiga ini, kalian akan mendapat tingkatan dan jabatan sesuai tahapan yang kalian jalani," tambah Agha.WAAA WAAA WAAASuara-suara kembali muncul—setelah semua murid paham dengan penjelasan yang diberikan oleh Agha. Wajah masam dari deret barisan terdepan terpampang dengan jelas, yang membuat murid-murid lain malah kegirangan.Walaupun tanpa diucapkan, pasti sangat banyak murid yang merasa tidak adil dengan jabatan yang sudah di miliki calon pewaris sebelum masuk akademi. Dengan aturan itu—sudah pasti semua murid merasa sangat senang."Ada enam tahapan, sehingg
Read more
Ujian Tahap 1
Tidak ada jawaban dari pertanyaan yang Agha lontarkan. Semua murid malah saling mengeluh dan berbicara dengan teman-teman di sebelahnya. Suasana lebih riuh dari sebelumnya—yang membuat Agha menggertakkan giginya menahan marah. Namun, Agha nampak menahan diri karena rasa marahnya sedikit berkurang setelah melihat para murid yang kebingungan.Disalah satu barisan tampak seorang murid dengan tompel di pipi sebelah kanan sedang berbicara kepada teman disebelahnya. Murid yang berasal dari penduduk Ajaran Sihir itu tidak jauh bingung dibandingkan murid-murid yang lainnya."Apa aku salah dengar? Bagaimana bisa tahap awal menjadi penentu kelompok? Bukankah tidak ada pemberitahuan seperti itu sebelumnya?" tanya salah satu murid dengan tompel di pipi kepada teman disebelahnya."Sepertinya Ksatria Penjaga Gerbang Barat memang sengaja mengatakannya di menit-menit terakhir. Dia terlihat sangat senang saat melihat kita kebingungan," jawab murid sebelah sambil menunjuk ke arah Agha dengan dagunya."K
Read more
Gelombang Suara
"Kalian pasti bisa bertahan dengan tenaga dalam sekecil apapun." Reena mencoba memberi semangat walaupun dari ekspresinya itu hanyalah candaan untuk menghibur dirinya sendiri."Baiklah, kalau begitu ujian tahap 1 kali ini...DIMULAI!" teriak Agha yang disambut dengan suara terompet dan gong bersamaan.PHUUUUUDHUUUM DHUUUM DHUUUMSemua murid merasakan perubahan suasana yang begitu mencekam. Semua murid merasa tercekat setelah merasakan aura dingin dan menekan itu. Sedangkan Reena sudah duduk dengan posisinya yang siap memainkan kecapi yang ada di pangkuannya.PAAAATSTRIIIING TRIIIINGSuara kecapi yang dipetik membuat semua murid mulai merasakan gejolak rasa sakit yang mulai menyerang seluruh tubuh. Bahkan, baru beberapa petikan sudah menumbangkan lebih dari seperempat murid yang ada di halaman utama akademi."AAAARRRRGH!""UUGH!""AAARGH, dadaku sesak!"Suara jeritan para murid yang kesakitan tidak menghentikan Reena untuk terus memainkan kecapinya. Karena, dia masih melihat sangat ba
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status