Semua Bab Istri Kontrak Sang Miliarder : Bab 51 - Bab 60
125 Bab
Chapter 51 - Tugas Istri (18+)
Megan melambai ke arah pintu kedatangan. Matanya terpaku pada dua pria tampan yang mengayunkan langkah dengan penuh percaya diri. Keduanya menggiring koper, menghampiri wanita yang telah menunggunya sejak sepuluh menit yang lalu."Sayang, aku kangen," ucap Riley manja. Begitu melihat sosok istrinya diantara kerumunan, ia ingin berlari dan segera memeluknya."Berlebihan, cuma dua hari nggak ketemu udah kayak sebulan aja," ledek Allen.Allen yang berdiri disamping Riley, menggelengkan kepala sambil tersenyum geli. Bisa-bisanya, bos yang tampil gagah tanpa senyum, langsung bertingkah manja begitu bertemu istrinya."Kamu capek? Padahal nggak perlu sampe jemput ke bandara," ujar Riley prihatin. Ia melepaskan pelukan, beralih mengelus lembut pipi Megan."Halah, padahal dia senang banget tuh," ledek Allen."Berisik!"Megan terkekeh pelan. "Selamat datang," sambutnya."Banyak banget bawaannya?" Alis Megan berkedut begitu melihat deretan koper yang digiring keluar dari pintu khusus untuk bara
Baca selengkapnya
Chapter 52 - Cinta Ini Membunuhku
[Kriukkk ...]Gerakan Riley terhenti. Ia perlahan melepaskan ikatan diantara mereka."Sayang, kamu lapar?" Megan buru-buru menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.'Sial! Ini memalukan,' jeritnya dalam hati.Riley terkekeh pelan lalu mengambil kemeja Megan yang tadi ia lempar ke lantai lalu menyampirkan ke pundak istrinya."Maaf ya, aku egois. Aku lupa kalau kita belum makan malam.""Hmm." Gumam Megan tanpa menurunkan tangannya. "Sayang, kok ditutupi wajahnya?" Riley menarik turun tangan Megan untuk menikmati pipi yang bersemu, semerah kepiting rebus."Memalukan," desah Megan tanpa berani menatap mata Riley langsung."Kenapa harus malu?""Justru aku senang, perutmu jauh lebih jujur daripada pemiliknya," ledek Riley.Megan mendelik kesal lalu mengarahkan tinju kecilnya ke pundak suaminya."Ayo, Sayang. Kita harus membereskan kekacauan ini lalu aku akan masak dan memberi makan istriku yang sangat kelaparan ini," ujar Riley sambil mengangkat tubuh Megan, menurunkannya dari atas mej
Baca selengkapnya
Chapter 53 - Panik
"Irene, apa kamu bisa mengantarkan dokumen diatas meja kerja Allen?"Riley menghubungi sekretaris Allen karena tak bisa menemukan berkas yang seharusnya mereka bawa untuk melaporkan pajak perusahaan."Bagaimana kamu bisa jadi pengacara dengan ingatan seburuk itu?" Sindir Riley kesal karena Allen meninggalkan berkas penting dan membuat mereka membuang banyak waktu."Sorry, Rey. Patah hati membuat otakku tak berfungsi dengan baik," keluh Allen sendu. "Ah, orang seperti mu tak akan mengerti perasaanku.""Sialan," maki Riley. "Bukankah aku sudah memperingatkanmu dari awal.""Rey, aku ingin makan sesuatu yang manis."Riley berdecak pelan. "Aku merasa tengah mengurus bayi," keluhnya.Allen selalu saja ingin makan cake atau apapun yang manis setiap kali dia sedih ataupun butuh asupan energi."Kita ke cafe depan aja sambil nungguin Irene."Allen mendesah pelan. "Aku tidak ingin bertemu dengan wanita yang telah mematahkan hatiku," racaunya."Kalau begitu tutup matamu," ujar Riley santai sambil
Baca selengkapnya
Chapter 54 - Keraguan
"Irene, kamu nggak usah ikut rapat. Ganti baju dan istirahat saja di ruangan," ujar Riley. Ia kasihan melihat Irene terseok-seok menyeret langkahnya sepanjang perjalanan pulang."Tapi, Pak Riley. Saya harus mencatat notulen—""Tak apa. Allen atau karyawan lain bisa melakukannya."Allen mengangguk. "Ya. Lebih baik kamu istirahat saja dulu. Meskipun tidak ada luka serius tapi dokter melarangmu menggerakkan tangan terlalu sering," timpalnya sembari menunjuk gips di lengan Irene."Baik, Pak. Terima kasih," ucap Irene haru sembari menatap bosnya kagum.Riley dan Allen segera melangkah ke ruang rapat. Mereka sudah ditunggu oleh para karyawan sejak dua jam yang lalu. Beberapa jadwal hari ini harus bergeser atau di tunda karena kecelakaan yang terjadi pada Irene."Rey, lihat!"Konsentrasi Riley terusik Allen yang menyodorkan ponselnya. "Apa ini?" Sentak Riley marah. Semua mata bergetar takut. Mereka terdiam, menanti penjelasan atas apa yang terjadi pada bosnya."Lanjutkan," erang Riley memb
Baca selengkapnya
Chapter 55 - Akhir Yang Tragis
Zian bersiul riang kala menginjakkan kakinya di depan gedung klinik dokter Rika. Keriuhan di dalam ruangan mengusik rasa penasaran Zian. Ia melongokkan kepala untuk melihat suara bernada tinggi yang terus membentak dengan kata-kata kasar dan tidak sopan."Ma, aku udah bilang berkali-kali. Berhenti menjodohkan ku dengan pria pilihan Mama. Aku nggak butuh marga," teriak Rika di tengah Isak tangisnya."Kamu, memang anak nggak tahu diri! Udah disekolahin susah-susah malah membantah orangtua. Mama pilihkan pria baik dari marga kita tapi kamu malah milih pria begajulan yang nggak jelas kerjaannya.""Ma, Zian itu baik sama aku bahkan selama ini dia yang selalu membantu keuangan ku. Mama lupa? Dua tahun lalu Mama nikah lagi sama pria yang lebih muda dan berhenti membiayai hidupku. Mama pikir, siapa yang membantuku?""Zian, Ma! Zian!""Anak kurang ajar!" "Eh. Tahan,Tante." Zian menyeruak masuk ke dalam keributan. Menahan laju tangan yang hendak mendarat di pipi sang dokter cantik. "Tante, ten
Baca selengkapnya
Chapter 56 - Kontrak Dibatalkan
"Rey, kita mau kemana, sih?"Megan kesusahan mengikuti langkah cepat Riley, menyusuri pelataran parkir. Terpaan angin, mengacak anak-anak rambut hingga menghalangi pandangannya."Ikut aja, Sayang," balas Riley.Seorang pria paruh baya berlari untuk menghampiri Riley."Selamat siang, Tuan Riley," sapanya."Siang, Ben. Apa permintaan saya sudah disiapkan?""Ya, Tuan. Semua sudah siap," sahut pria paruh baya berkebangsaan Italia itu terbata. "Kapten dan para narkoda menunggu anda dermaga kedua, Tuan. Di tempat biasa.""Kita segera berangkat.""Ba—baik, Tuan." Ben melirik takut sosok wanita asing disamping bosnya."Ini istriku, namanya Megan Charles," jelas Riley begitu sadar dengan perhatian yang ditunjukkan Ben pada Megan."Oh, maafkan saya, Nyonya. Saya tidak bermaksud untuk—""Nanti kita bicarakan lagi," potong Riley tak sabar. Ia kembali menyeret Megan untuk ikut bersamanya."Baik, Tuan." Ben segera menarik diri, dengan sigap mengikuti langkah cepat Riley.Megan hanya bisa tersenyum
Baca selengkapnya
Chapter 57 - Membatalkan Kontrak (18+)
Cahaya rembulan mengintip malu-malu dari celah awan yang melapisi kelamnya langit malam ini. Pantulan cahaya merambat tegak lurus, memberi efek warna keemasan di atas permukaan air. Menambah aura romantis bagi pasangan pengantin baru yang tengah memadu kasih di bawah naungan sang rembulan."Hmm. Rey." Megan menepuk keras dada Riley, meminta jeda untuk bernapas. Namun, pria itu tak bergeming, dia semakin memperkuat tekanan di tekuk Megan, enggan untuk mengurai jarak."Rey!" Jerit Megan sambil mengigit cukup keras bibir yang melapisi miliknya. "Aku hampir mati kehabisan napas," keluhnya.Riley terkekeh pelan. "Itu tidak akan terjadi, Sayang. Aku sedang memberimu CPR."Megan berdecak sebal. Ia tahu, Riley tengah menggodanya."Sepertinya kamu punya hobi baru," sindir Megan."Oh ya, apa itu?" balas Riley. Berpura-pura polos."Mengangguku!""Benarkah?" Riley memasang wajah serius. "Bahkan aku belum melakukan setengah dari maksud 'menganggu' yang kamu katakan," ujarnya."Rey, ah ..."Megan
Baca selengkapnya
Chapter 58 - Trio Galau
"Nih, minum." Baron meletakkan tiga kaleng di depan orang-orang yang duduk melingkari meja di depan supermarket. "Thank," balas Allen.Baron mengangguk kecil lalu mencampakkan punggungnya ke satu kursi yang tersisa."Sudah sadar? Sekarang katakan, apa yang membuatmu memgila seperti ini?"Nesa menggeleng, melarang Baron untuk memaksa pria malang yang tengah merapatkan kepalanya ke atas meja."Ini tidak adil!" Sergah Baron. "Paling tidak, kita harus tahu masalahnya agar dapat menolong."Allen menepuk pelan pundak barista itu, memintanya untuk lebih tenang dan sabar."Beri Zian waktu, mungkin masih sulit bag—""Rika dinikahkan dengan pria lain," lirih Zian."Hah?"Zian mengangkat kepalanya—menegakkan tubuh ke sandaran kursi. "Mama Rika, ingin putrinya menikah dengan pria pilihannya," tuturnya."Rika setujui?" Serobot Nesa penasaran.Zian menggoyangkan bahunya. "Aku nggak tahu, dia belum memberi keputusan apapun.""Menurutmu?" Baron melipat tangannya di depan dada. "Bukankah sudah waktu
Baca selengkapnya
Chapter 59 - Kolabs
"Sialan, berat banget." Baron menghempas tubuh Zian di atas ranjang. Membiarkan tubuh itu jatuh dalam posisi telungkup. Ia menghela napas panjang sekalian menyeka bulir keringat di keningnya."Harusnya ku tinggal aja di tempat karaoke," desisnya kesal."Baron, bantuin!"Teriakan dari lantai utama membuat Baron mengacak rambutnya frustasi."Bentar," balasnya. Ia membentang selimut hingga menutupi tubuh Zian dan berbalik, keluar dari kamar."Apa yang harus kita lakukan dengan dua orang ini?"Daniel mengaruk kepalanya melihat Allen dan Nesa yang masih terkapar di atas sofa panjang."Bawa Nesa ke kamar Megan. Kalau Allen, hmm—""Kita buang aja keluar," celetuk Baron asal.Daniel terkekeh geli. "Kamu masih punya energi untuk bercanda?""Hah." Baron menghela napas panjang sembari mencampakkan tubuhnya ke sofa dan memejamkan mata."Kenapa mereka harus bertingkah bersamaan," keluhnya.Gerakan tangan di pundaknya membuat Baron tersentak kaget."Pundakmu tegang banget," ujar Daniel sambil mema
Baca selengkapnya
Chapter 60 - Suami Posesif
"Sayang, bisakah kamu menjaga jarak dari pria bernama Daniel?"Megan menautkan kedua alisnya. "Daniel? Kenapa?" tanyanya sambil mengunyah hotdog di tangannya.Riley mendesis gemas. "Pelan-pelan, bahaya keselek," ujarnya sambil menyeka mayonaise di sudut bibir Megan lalu mengecap sisa krim di jarinya."Kenapa?""Emm. Aku hanya merasa bocah itu punya maksud terselubung. Dia selalu menatap mu."Megan membulatkan matanya dengan pipi yang menggelembung. Rambut sebahunya terurai, dihempas angin yang masuk melalui jendela mobil yang terbuka."Tuhan!" Erang Riley sambil menekan tombol untuk menaikkan kaca. "Uhm, Rey!" Jerit Megan karena Riley meraup bibinya cepat. Menjilati setiap sudut sembari menggigit bagian yang menebal."Berhenti membuatku gila, Sayang!" Desah Riley di tengah napas yang memburu."Rey, tenangkan dirimu. Kita lagi di luar," desis Megan panik. Ia menjauhkan diri, memalingkan wajahnya untuk melihat kondisi di luar. Berharap tak ada satupun orang yang berada di sekitar mobi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status