All Chapters of UNDANGAN GAIB: Chapter 11 - Chapter 19
19 Chapters
Singkong rebus
11. Singkong rebus"Seng nggenah mas, asisten yang mana? Wong aku kesini sendiri. Asisten ku kan mari kecelakaan belum bisa kerja lagi mas?"Aku masih kekeh dengan argumen ku bahwa aku memang kesini sendiri, aku sudah lelah rasanya menipu semua orang bahwa aku baik-baik saja. "Ojok guyon mas?""Loh, aku serius mas. La ini kunci mobilnya di tas ku.""Wong aku genah-genah lihat temene sampean masuk ke dalam mobil, tak panggil-panggil diem aja. Ojo ngedhen-ngedheni sampean, aku muleh dewean lo mas."(Ngedhen-ngedheni=nakut-nakuti, muleh=pulang, dewe=sendiri) Aku menunjukkan kunci mobil yang baru ku ambil dari dalam tas, namun crew tersebut tetap bersikukuh dengan keyakinannya bahwa aku membawa teman dan masuk kedalam mobil. "Yawes, ayo ikut aku. Kita cek sama-sama, beneran ada orang apa enggak didalam mobil.""Eh, mas Bay... "Aku menarik paksa Crew tersebut, untuk membuktikan kepadanya sekaligus untuk menepis ketakutanku. Payung yang kami gunakan tidak benar-benar bisa melindungi bad
Read more
Malam mencekam
12. Malam mencekamPerasaanku benar-benar tidak nyaman setelah itu, suasana rumah juga terasa begitu sunyi. Apakah wajar seorang tua membiarkan anak kecilnya jam dua malam berkeliaran diluar rumah sendirian dengan jarak yang lumayan jauh dari rumah jika ditempuh dengan jalan kaki? Aku bertemu dengan gadis kecil tersebut sekitar dua kilometer dari rumahnya, sedangkan diluar rumah sedang hujan deras. Lantas, ketika aku mengantarkannya pulang, orangtuanya sama sekali tidak terlihat khawatir atau pun cemas. Ibunya bahkan tidak menggantikan anak itu baju atau sekedar mengambilkan handuk untuk mengeringkan tubuhnya. Mereka justru sibuk menjamuku. Perutku saat itu juga terasa mulas, tanganku basah oleh keringat. Aku tidak bisa beristirahat, hanya bisa mondar-mandir didalam kamar itu dengan gelisah. Entah pikiran dari mana, namun tiba-tiba ada yang mendorongku untuk melepas semua pakaian yang ku kenakan, lalu membaliknya. Bukan hanya itu, ketakutan yang tiba-tiba muncul membuatku secara
Read more
Semakin mencekam
13. Semakin mencekam"Minum dulu mas, ya Allah, pak, wes sadar iki mas'e.""Minyak kayu putih mbak.""Itu kasihan dhang gek gimana gitu lo.""Bikinkan teh hangat bune."Aku mendengar suara berisik disekitarku. Suara orang yang bercakap saling bersahut-sahutan. Aku membuka mataku perlahan, kepalaku terasa pusing, perutku juga mual. Di depanku sudah banyak orang berkerumun. Aku tak kuat lagi, perutku benar-benar mual parah, tanpa jijik seorang wanita seumuran ibuku membantuku mengeluarkan seluruh isi perutku. Dan yang membuatku kaget, yang keluar dari perutku berwarna hitam pekat dengan bau busuk yang menyengat. "Astaghfirullahalazim."Seru mereka dengan kompak, semua yang ada disitu kaget melihatku mengeluarkan isi dalam perutku yang tidak wajar itu. "Minum dulu mas, biar perutnya hangat.""Wes bune, suruh tiduran lagi. Kasihen minyak kayu putih lagi itu."Aku mengamati sekelilingku, aku berbaring di sofa ruang tamu rumah warga. Orang-orang itu tampak memperhatikanku penuh dengan
Read more
kamarku berbau busuk
14. Kamarku berbau busuk"Saya pamit ya pak, bu. Terimakasih atas jamuannya serta bantuannya, salam buat warga kampung yang lain yang sudah membantu saya kemarin. Maaf sudah merepotkan dan membuat kegaduhan.""Iya nak sama-sama, jangan pikirkan itu. Kamu hati-hati dijalan. Banyak-banyakin doa dan dekatkan diri kepada Allah, hanya kepadanya kamu bisa meminta perlindungan.""Iya bu, terimakasih sekali lagi."Mereka mengangguk dan mengantarkan ku hingga kedepan. Perlahan ku pacu mobilku keluar dari kampung ini dan menuju jalan raya. Selepas sholat subuh secara berjamaah, aku berpamitan kepada mereka. Banyak syukur ku panjatkan, dimana pun aku berada selalu dipertemukan dengan orang baik. Perjalanan pagi seperti ini sangat menyenangkan, aku sengaja membuka kaca mobilku untuk menghirup udara yang masih segar. Lalu lalang kendaraan belum terlalu banyak, sehingga udara masih belum tercemar oleh polusi. Aku mengingat-ingat kejadian akhir-akhir ini yang membuatku hampir gila, aku diteror h
Read more
Restu Ibu
15. Restu ibuKami saling bertatapan, aku memandang ibu yang sedang kebingungan. "Mana bu?""Sumpah Yu, tadi ibu beneran lihat kamu tidur disitu. Terus kamar kamu ini beneran bau busuk."Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal. "Kamu juga sempet makan kok kemarin Yu, nggilani. Makanmu beneran kayak orang nggak pernah makan, beruantakan dan buanyak, ibu sampek ngomel-ngomel kemarin.""Tapi bu, kemarin Bayu nggak pulang. Mobil Bayu mogok dan jadi menginap dirumah teman."Aku berbohong kepada ibu, tidak ingin ibu semakin kepikiran jika ibu tahu cerita yang sebenarnya. "Kamu cuma bilang kalau pulang telat! Terus sopo Yu seng sama ibu dua hari ini? Beneran, ibu nggak halu, apalagi pikun. Dua hari ini ibu bener-bener berinteraksi sama sosok yang mirip kamu."Ibu sudah mulai histeris dan menahan tangis, wajahnya memerah. Aku memegang pundak ibu, dan mencoba menenangkannya. Hatiku juga sedih melihat ibu seperti ini, kenapa ibu harus ikut-ikutan diganggu seperti ini, sebenarnya apa salah
Read more
Kembali ke kampung Alit
16. Kembali ke kampung Alit"Astaghfirullahalazim"Aku tersentak kaget ketika melihat wajah pucat yang menatap tajam kearahku. Jantungku berdetak begitu kencang, ingin rasanya aku turun dari mobil dan berlari saja. Namun ku tahan, aku mengatur nafas dan berdoa semampuku, namun saat aku membuka mata, sosok itu masih diam menatapku tak bergeming dari tempatnya. Aku mencengkram kemudi dengan kuat, bukan aku tadi memang menantangnya untuk keluar menunjukkan diriny? Toh ini masih pagi dan wujudnya layak ya manusia biasa, tidak ada darah ataupun luka. Hanya saja wajahnya pucat pasi dan tatapannya yang begitu tajam namun terasa hampa. Aku menarik nafas dengan kasar, aku ingin mengambil positifnya, mungkin dengan dia ikut, justru perjalanan ini semakin lancar. "Ko, niat saya baik untuk membantu sampean. Tolong sampean juga membantu saya dengan hal-hal yang baik. Kalian kan sesama hantu, bisa komunikasi kan? Bilang dong jangan mengganggu saya, saya kan tidak ada salah dengan mereka."Aku me
Read more
Segelas kopi hitam
17. Segelas kopi hitam"Rahayu... ""Pak Tris!"Aku dan oak Tris sama-sama kaget ketika ibu warung itu membentak oak Tris. Entah apa maksudnya, namun yang jelas, tujuannya sudah pasti untuk menghalangi pak Tris bercerita kepadaku. Mengapa? "Ah, mas Bayu. Bukan wewenang saya untuk menceritakan semua ini. Kalau mas Bayu ingin tahu banyak, silahkan ke rumah pak Kamituwo saja. Beliau lah yang lebih banyak tahu tentang warga sini, dan saya juga takut salah-salah."Aku semakin bingung, memangnya ada apa dengan Rahayu, hingga menceritakannya saja seolah sebuah larangan dikampung ini. "Mas Bayu ini bukan wartawan kan yo?"Tanya ibu warung kepadaku. Kini beliau sudah duduk didepanku. Sepertinya kini mereka mulai curiga kepadaku, dan tanda tanya ku tentang siapa Rahayu semakin kuat. "Bukan bu, saya ini MC. Saya nggak ada keperluan apa-apa mencari Rahayu, selain untuk menyampaikan pesan yang harus saya sampaikan langsung kepada Rahayu. Saya sendiri sebenarnya juga belum kenal dengan Rahayu,
Read more
Teka-teki tentang Rahayu
18. Teka-teki tentang Rahayu"Mas, mas, ssttt... "Aku melihat ke belakang, rupanya bu Wo aku memanggilnya seperti itu, dia sedang mengendap dan mengejarku. "Bu? Njih?""Husstttt... Ayo jalan terus."Bu Wo menarikku hingga keluar dari pekarangannya, mungkin takut bila ketahuan suaminya. Aku menurut, kami berjalan terburu. Karena jalan yang kami lalui menurun, jadi langkah kami menjadi setengah berlari. "Mohon maaf yang sebesar-besarnya ya mas atas sikap bapaknya tadi, saya sungkan sekali dengan njenengan, sudah kesini jauh-jauh malah disuruh pulang."Aku tersenyum getir, karena bingung, setelah ini harus kemana lagi aku mencari keberadaan Rahayu. "Tidak apa-apa bu, mungkin memang saya yang salah, bertamu di waktu yang tidak tepat. Mungkin bapak sedang capek."Si ibu menarik nafas. "Memangnya, masnya ini sedang ada perlu apa kalau saya boleh tahu? Selama saya kenal dan membina rumah tangga dengan bapak, saya tidak pernah melihat bapak semarah itu, bahkan sampai mengusir tamu.""Say
Read more
Pesan dari Mbak Lilis, untuk kita semua
19. Pesan dari Mbak Lilis untuk kita semua"Tipu muslihat? Saya ini dimana mbak? Apa yang terjadi dengan saya? Lantas bagaimana nanti saya pulang?"Aku panik, aku mulai berdiri kebingungan. Diluar langit terlihat mulai gelap, namun dirumah ini aku masih bisa melihat semuanya dengan jelas, meski tanpa adanya penerangan. "Nggak usah bingung mas, aku sudah bertahun-tahun disini. Sebenarnya aku rindu sekali dengan keluargaku, namun sayangnya aku tidak bisa pulang. Padahal rumah keluargaku tak jauh dari sini, sayangnya mereka sudah melupakan aku.""Kenapa nggak bisa pulang mbak? Apa keluarga sampean nggak menjenguk sampean disini? Apa perlu saya antarkan pulang? Kebetulan saya bawa mobil, mobil saya diparkir di warung bawah sana."Namun bukannya langsung menjawab, wanita itu hanya tersenyum simpul. Senyuman yang begitu manis, hingga hatiku serasa berdetak tak karuan. Wanita di depanku benar-benar bisa menciptakan keindahan dalam sebuah kesederhanaan. "Jangan sampai terpikat dengan apa y
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status