Lahat ng Kabanata ng RAHIM PENGGANTI (Terpaksa menjadi istri ke dua): Kabanata 11 - Kabanata 20
35 Kabanata
Kamu percaya jodoh?
"Kakek sama Nenek udah lama jualan disini?" tanya Nisa, pada kedua pasangan yang sedang sibuk membuat nasi goreng pesanannya."Masih Baru Cu, sekitar dua mingguan, jelas sang Nenek."Anak-anak Nenek kemana?" tanya Nisa ingin tahu. Bagaimana tidak, seharusnya diusia mereka, sudah saatnya mereka beristirahat. Menikmati masa tuanya."Nenek gak punya anak Cu," jelasnya. Terlihat jelas gurat kesedihan di wajahnya. Membuat Nisa merasa bersalah telah meelontarkan pertanyaan itu."Maaf, ya Nek," ucap Nisa, kemudian berdiri. Menghampiri sang kakek yang sedang berjalan tertatih mengantarkan Nasi gorengnya."Biar saya saja Kek!" ujar Nisa sembari mengambil dua porsi Nasi goreng dari tangannya."Terimakasih Cu," Balas Kakek.Setelahnya, Nisa membawa Nasi goreng ditangannya, kemudian meletakkannya di meja."Mas, kok nggak dimakan? enak lo," ucap Nisa sembari menyuapkan makanan ke mulutnya.Aris menelan ludahnya berat. Ragu, ia menyendok hidangan di hadapannya.Nisa melihat gelagat Aris, dan dengan
Magbasa pa
Tawaran kuliah
"Bulek?" Nisa meraih tangan Sarina yang masih bengong memandangi dirinya dan suaminya secara bergantian. Kemudian ia cium tangan itu takzim.Walaupun Sarina tak pernah berlaku baik padanya. Namun tak ada rasa benci sedikitpun di hati Nisa."Gimana kabar Bulek? Mana Desi?" tanya Nisa melongok, melihat ke dalam."Udah tidur!" balasnya ketusNisa merasa kikuk, karena Sarina sama sekali tak mempersilahkannya masuk."Bulek, sebenarnya Nisa kesini mau mengambil sesuatu," ucapnya dan Sarina menatap tajam."Barang-barangmu udah gak ada disini!" ucapnya kemudian.Aris yang melihat perlakuan Sarina terhadap Nisa merasa geram, tangannya terkepal tanpa ia sadari."Boleh kami masuk?" tanya Aris menekan. Napasnya terasa naik turun menahan emosi."Oh, silahkan!" jawab Sarina tak suka.Setelahnya, Nisa dan Aris masuk. Mengekori langkah Sarina."Saya membawa Nisa kesini, hanya untuk mengambil Ijazah, beserta surat- surat pribadinya," jelas Aris, setelah mendudukkan dirinya di sofa ruang tamu.Sarina m
Magbasa pa
Danar kenapa?
Sarah mengemudikan mobilnya dengan hati yang dongkol. Kenapa juga mertuanya menawarkan Danar untuk ikut ke rumahnya?"Bagaimana dengan kandunganmu, sudah berhasil?" tanya Henni, membuat emosi Sarah seketika teralihkan."Belum, Ma. Doain aja ya," balasnya memaksakan senyum. Pertanyaan yang di lontarkan mertuanya sudah puluhan kali menghujam batinnya sebagai seorang wanita."Kamu ingat, kan, ucapan Mama?" tanyanya."Jika sampai kamu belum hamil, sampai batas waktu yang sudah Mama tentukan. Dengan terpaksa Mama akan mencarikan Istri kedua untuk suamimu. Mama sudah tidak bisa menahannya lagi. Mama sudah semakin tua. Sedang umur Aris juga semakin bertambah. Tapi sampai detik ini, tidak ada tanda-tanda kehamilan di rahimmu," imbuhnya mantap."Sarah mengerti Ma. Sarah jamin, sarah akan hamil secepatnya," balasnya yakin."Aku harus secepatnya menyuruh Mas Aris, menyentuh wanita itu. Jika perlu, aku akan menjebak mereka," batinnya menyeringai licik.*****Yono, yang tak lain adalah tukang kebu
Magbasa pa
Pulang
Nisa menatap kosong jalanan yang mulai sepi kendaraan. Fikirannya masih tertinggal di rumah Sarina. Sedang Aris hanya diam, sambil sesekali melirik Nisa yang terlihat gelisah."Kau ingin membeli sesuatu?" tanya Aris membuyarkan lamunan Nisa."Gak usah Mas, kita pulang saja," jawabnya datar."Bisa lebih cepat gak Mas, Nisa ngantuk. Pengen istirahat," imbuhnya lagi. Padahal, bukan itu alasannya.Aris mengangguk, lantas mempercepat laju mobilnya.*****"Mas gak pulang?" tanya Nisa sembari meletakkan surat-surat pribadinya ke dalam lemari kamarnya. Setelahnya menghampiri Aris yang tengah bersandar di kepala ranjang.Aris menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal."Emm ... aku tidur disini saja," jawabnya sembari menggeliatkan tubuhnya. Kemudian berbaring, dan membalut tubuhnya dengan selimut."Mas Aris sudah izin sama Mbak Sarah kan?" tanya Nisa memastikan."Sudah," jawabnya bohong.Nisa mengangguk. Kemudian berbaring dan masuk ke selimut yang sama.****Berulang kali Nisa mengerja
Magbasa pa
kekhawatiran
Henni mondar mandir di dalam kamar tamu. cemas. Pandangannya sesekali melihat Danar yang tak kunjung sadar dari pingsannya. Ia melangkah keluar, menelfon kembali Dokter Adam yang tak kunjung datang."Halo, Dokter?" sapa Henni, setelah panggilannya diangkat."Ya, Nyonya. Saya sedang dalam perjalanan," balas Dokter Adam." Baiklah. Saya tunggu secepatnya!" balas Henni, kemudian memutuskan sambungan telfon.Henni ingin kembali ke kamar saat sebelum ponsel yang masih dalam genggamannya berdering, membuat langkahnya terhenti. Ia lihat nama yang tertera dilayar, kemudian mengangkatnya."Darimana saja kamu! cepat pulang, sekarang!" pintanya kesal, kemudian memutuskan sambungan."Permisi Nyonya!" ucap seseorang yang tengah berdiri di ambang pintu. Membuat langkah Henni kembali terhenti."Dokter, Mari silahkan masuk!""Siapa yang sakit?" tanya Dokter Adam."Dokter, ikut saya!" pinta HenniDokter adam mengangguk, lantas mengekori langkah Henni masuk ke ruang tamu.Dokter Adam terkesiap melihat
Magbasa pa
penyesalan
Sarina menatap kepergian Nisa dengan seringai liciknya. Ia mengantar keponakannya sampai di pintu, menunggu hingga mobil yang membawanya menghilang dari pandangannya. Kemudian dengan tak sabar, ia melangkah tergesa sembari menyambar tas persegi berwarna hitam yang tergeletak di sofa ruang tamu. Membawanya ke kamar putrinya.Dengan hati berdebar Sarina membuka tas itu. Matanya hampir copot melihat tumpukan uang yang tertata hampir memenuhi tas dihadapannya."Kita kaya Desi! Kita kaya!" teriak Sarina kegirangan, melihat uang yang baru saja ia buka dari dalam tas yang di berikan Sarah.Desi yang sedari tadi acuh memainkan gawainya, sontak terduduk membelalak tak percaya dengan apa yang dilihatnya."Uang siapa ini Ma!" sentak Desi terkejut."Uang kita lah. Ada untungnya juga kita nampung si Annisa itu!" jawabnya tanpa dosa.Mata Desi semakin melebar mendengar jawaban ibunya."Mama jual Annisa?" tanyanya lagi, walau sebenarnya ia tak peduli."Bisa dibilang begitu juga sih!" jawab Sarina ac
Magbasa pa
Bayi tabung
Sarah tersentak kaget. Dirinya terbangun dengan napas terengah-engah tak beraturan. Keringat dingin begitu deras keluar dari pelipisnya. Ia pegang jantungnya yang berdegup kencang. "Sial!" umpatnya dalam hati.Rasa bersalahnya terhadap Danar begitu merasuk dalam alam bawah sadarnya. Hingga memori kejadian lima tahun lalu berputar dengan detailnya kedalam mimpi, bagai tayangan slide yang terus berulang-ulang mengejarnya.Sarah beranjak dari tempat tidur, dengan gemetar ia melangkah kekamar mandi. Kemudian membasuh wajahnya. Sarah termenung menatap lamat-lamat gambaran dirinya di cermin. Kenapa semua harus terjadi? rasa bersalah, hingga ketakutan rahasianya terbongkar, ditambah dengan masalah rumah tangganya yang begitu rumit. Membuat dirinya merasa pusing. Mana yang harus ia bereskan terlebih dulu?"Aaargghhh!" teriaknya dalam hati.Sarah tak ingin semuanya terbongkar. Tapi, ia juga tak ingin jika suaminya mulai mencintai Nisa. Keduanya adalah masalah besar yang bisa mendepaknya dalam
Magbasa pa
Lingerie untuk Nisa
"Kau, harus pakai ini nanti malam!"" pinta Sarah ketus sembari melemparkan tas berisi lingerie yang baru saja ia beli di atas sofa. Terpaksa ia melakukan itu, agar nanti malam suaminya tak lagi tahan dengan pendiriannya.Sejak Aris dan Henni pergi ke kantor, dan setelah ia tak juga menemukan titik terang permasalahannya. Sarah memutuskan melakukan rencana konyolnya. Walau ia tahu, resiko yang akan ia tanggung adalah suaminya mungkin akan candu dengan tubuh Nisa saat Gadis itu memakai lingerie. "Agh, masa bodoh! itu urusan belakang. Yang terpenting saat ini adalah bagaimana caranya Nisa hamil agar aku bisa bersandiwara atas kehamilanku didepan Mama!" gerutunya dalam hati."Ini apa Mbak?" tanya Nisa sembari membuka tas yang dilempar Sarah. Matanya terbelalak saat mengeluarkan pakaian yang begitu menjijikkan dimatanya."Nisa, kau sudah menandatangani perjanjian kita di atas kertas resmi. Jadi, lakukan tugasmu dengan benar!" ucapnya Sarah tak berperasaan."Saya tahu, Mbak. Tapi saya tidak
Magbasa pa
Pertikaian
Sarina dan Desi terperangah saat Sarah membuka pintu Apartemennya. Mata mereka tak berkedip memandangi setiap isi ruangan yang terlihat mewah."Nisa, beruntung sekali dirimu bisa tinggal ditempat seperti ini. Huh! seharusnya aku yang ada disini!" rutuk Desi menyesal."Jika saja aku tak menggantikan Desi dengan bocah itu, pasti Desi yang akan mendapatkan semua ini!" Sesal Sarina dalam hati.Sarah mencari Nisa keseluruh ruangan, meninggalkan Sarina yang terpaku ditempatnya bersama Desi.Tok tok tok tok!"Nisaaa!" teriak Sarah menggedor pintu kamar yang terkunci."NISAA!" lantangnya lebih keras.Nisa yang baru saja terlelap begitu tersentak saat mendengar gedoran pintu bersamaan dengan teriakan Sarah yang menggelegar mendegupkan jantungnya."NISA!" Masih terdengar teriakan Sarah diluar sana.Dengan terpaksa Nisa bangkit, ia meringis saat kepalanya terasa pusing karena tidurnya yang hanya sebentar. Kemudian dengan ragu ia melangkah mendekati pintu. Tubuhnya gemetar karena takut.Takut jika
Magbasa pa
Obat perangsang
Nisa mengerjapkan matanya. Dirinya melihat samar-samar wajah seseorang didepannya. Sampai ia menggeliat, menyadari dengan nyata seseorang yang tengah terlelap di hadapannya.Setelahnya Nisa melihat jam dinding, sudah masuk waktu dzuhur, namun dirinya tak lekas beranjak dari pembaringannya. Matanya sibuk mengamati wajah lelaki yang telah halal untuknya. Ingin rasanya ia membelai wajah itu, namun dirinya ragu.Ada rasa yang tak dapat ia artikan. Sampai gelenyar aneh itu muncul lagi. Menjalar mengikuti aliran darah, dan berhenti tepat dijantungnya yang kian berdebar. Nisa tak menyadari. Tangannya sudah menepel dipipi Suaminya, membelainya lembut. Membuat Aris terjaga.Aris membuka matanya saat ia rasa tangan lembut Nisa membelai wajahnya. Membuat Nisa reflek menarik tangannya begitu cepat."Em ... Nisa mau sholat Mas!" dalihnya kemudian beranjak, namun rona merah pipi itu masih dilihat dengan jelas oleh Aris.Aris yang melihat tingkah Nisa mengulas senyumnya. Ia sungguh bahagia mendapat
Magbasa pa
PREV
1234
DMCA.com Protection Status