All Chapters of Saat Istri Kecilku Mengabaikanku: Chapter 31 - Chapter 40
44 Chapters
Pembuktian
1 bulan berlalu, Alan sekarang lebih memilih tinggal bersama Lydia dibanding dengan yang lain. Entah mengapa ia lebih memilih membawa dibanding tinggal dengan istri dan selingkuhannya yang lain. "Malam ini mau tidur dimana, mas?""Disini. Saya mau temani kamu sampai lahiran," sahut Alan dengan tersenyum kepada Lydia. Usut punya usut ternyata Lydia masih menelusuri tentang kematian kedua orang tuanya dan tak jarang Lydia berkunjung ke rumah yang dijaga oleh Ratna dan Martha, "Gimana kak perkembangan penelusurannya?" tanya Lydia memastikan. "Belum ada perkembangan dek, ini kita mau lanjut terlusuri tapi polisi minta berhenti beberapa hari buat menelaah sama apa yang terjadi," sahut Ratna dengan terperinci. Tak hanya itu, Martha juga menyahut dengan memberikan beberapa bukti yang dikumpulkan oleh polisi dan detektif. "Ini kumpulan bukti-bukti yang perlu dicurigai. Semua bukti ini mengarah pada keluarga suami kamu dan selirnya. Dan untuk kandunganmu yang sekarang.. Jaga baik-baik kar
Read more
Pembuktian (2)
Hari ini Lydia memang sengaja untuk tidak kembali ke rumah. Lydia ada pertemuan dengan polisi dan yang bersangkutan dengan penyelidikan, "Kak, hari ini kita harus keluar kan? Ada penyelidikan lebih lanjut lagi," ujar Lydia sedikit terburu-buru karena jadwal pertemuan yang mepet. "Aduh, iya! Lupa banget.. Yaudah siap-siap sekarang ayo!" seru Martha mengambil tas dan membenahi penampilannya bersama Ratna. Ketiganya langsung memasuki mobil dan bergegas ke TKP pertama dikasus Angelica yang sangat sulit pembuktian karena tidak terdapat sidik jari. "Pak, bagaimana dengan penyelidikan kasus mama saya?" "Cukup rumit. Karena tidak ada jejak pelaku yang ditemukan meski kecurigaan terlalu kuat sekalipun, apabila tidak ditemukan jejak.. Maka semua tetapi akan kembali kepada tuduhan tanpa bukti." "Lalu kasus penusukan papa saya? Apakah pelaku juga tidak meninggalkan jejak? Dan bagaimana dengan cctv?" cecar Lydia membuat kedua pihak ─ polisi dan detektif yang menyelidiki saling pandang. "Maaf
Read more
Pembuktian (end)
"Semua akan kembali namun, tidak semua yang sudah hancur tidak dapat dibangun kembali." Kata-kata dari Lydia yang jelas membuat semua orang binggung karena setelah ditelusuri, bukti-bukti itu mengarah kepada suaminya sendiri. Sedangkan bukti selanjutnya, mengarah kepada Melati. Jelas semua itu membuat Lydia menghela nafasnya gusar, "Bagaimana jika kita terlebih dahulu membuat perjanjian?" tawar Lydia dengan berat hati. Bagaimanapun juga, anaknya memerlukan sosok figur seorang ayah nantinya. Jadi, apabila untuk kesimpulan yang diambil Lydia, ia memutuskan melakukan penyelidikan mendalam karena banyak bukti yang jelas saja perusahaan itu memang cenderung memiliki sisi kelam. "Nona, apa yang membawamu kemari? Mengapa nona terlihat begitu serius?""Saya ingin tempat ini diselidiki. Karena selama papa saya hidup. Ruang bawah tanah ini tidak pernah terjamah dan papa saya tidak pernah diperbolehkan memasukinya." Kan? Kecurigaan dan insting seorang perempuan itu takkan pernah melenceng. A
Read more
Racun otak
Setelah 1 bulan berlalu, polisi sudah cukup membuktikan dan hanya menunggu tanggal dimana Lydia siap meringkuh suaminya untuk diserahkan ke polisi dengan tuduhan-tuduhan yang ada. Malam ini, Alan memasuki rumah dengan keadaan mabuk dan membawa 2 wanita ke rumah. Jelas saja hal itu membuat Lydia sudah biasa akan tetapi, kebiasaan itu lama-lama juga terasa layaknya luka. "Lydia..!! Lydia buka pintunya..!!" seru Alan dengan mengetuk pintu kamar Lydia berkali-kali. "Enggak akan!" tolak Lydia mentah-mentah dengan mulai mengunci pintu dan membiarkan suaminya yang dasarnya sudah gila itu terus mengedor pintu hingga akhirnya, Alan juga berhenti karena lelah tak mendapat respon. Sedangkan Lydia, ia berada dikamar dengan meringkuh tubuhnya pada selimut. Memeluk lututnya dengan erat dan menatap sekeliling dengan samar. Jantungnya berdebar-debar, sekujur tubuhnya bergetar dan darah mulai menetes dari hidungnya. "Astagfirulahaladzim, ya Allah aku belum sholat," seru Lydia dengan menepuk dahin
Read more
PEMBERITAHUAN!
Hallo pembaca Novel Saat Istri Kecilku Mengabaikanku! Terimakasih kalian sudah membaca novelku, ah ya. Maaf jika penulisan dan ceritanya kurang menarik karena aku baru pertama kalinya menulis cerita seperti ini.. Author akan up besok pada hari Sabtu! Maaf jika kurang konsisten ya.. Nantikan uploadnya novel ini besok ya !! Love you all, see you
Read more
kasus ditutup.
"Udah aku duga kamu cuma berkedok berubah, padahal kamu ga pernah sadar kalau selama ini kamu salah!" berang Lydia membuat emosi Alan seketika memuncak"Jaga ucapanmu Lydia!""Aku cuma berbicara fakta.""Fakta yang tidak terbukti sama saja dengan rekayasa, Lydia!" "Dan aku bisa mengusut kasus kamu atas dasar pelaporan kekerasan dalam rumah tangga mas."BRAK..!!!Alan membanting meja kayu sehingga membuat jantung Lydia rasanya mau copot. Bahkan, Lydia tak bisa bergerak dan tak habis pikir dengan sifat Alan yang terus menjadi. "Ceraikan aku.""Sekali lagi kau mengucapkan itu.. Jangan harap kamu bisa lepas dari saya, Lydia.""Aku capek, Alan. Aku capek!"Alan hanya mampu menahan dirinya untuk tidak menyakiti istrinya. Hatinya ingin memaki namun, ia hanya bisa ,menahan dirinya agar tidak kasar atau ia akan kehilangan anaknya lagi. Apalagi hanya karena sifat tak masuk akalnya. "Jangan harap kamu bisa lepas dari saya dan jangan harap kamu bisa bahagia apabila kamu memaksa kehendak," anca
Read more
Belajar menjadi suami.
Alan bergeming. Ia mulai mengelus lembut tangan Lydia dan mengusap perut Lydia yang sudah buncit karena mengandung anaknya. Paras ayu Lydia tidak pernah pudar. "Kamu ngomong apa? Ayo buka mata kamu dulu," titah Alan dengan suara yang bergetar. "Mataku berat, rasanya sangat berat, mas, biarkan seperti ini dulu.. Temani aku ya," sahut Lydia dengan tersenyum simpul.Alan mengangguk, ia mulai tersenyum tipis, "Iya, saya temani kamu," ucap Alan lembut dengan memangku kepala Lydia dan mengusap rambut Lydia meski selalu rontok. "Kamu gamau kemo? Ayo sembuh sayang," lirih Alan dengan terus mengusap kepala Lydia berharap rasa sakit istrinya mereda. Perlahan, mata Lydia mulai terbuka. Mata sayu itu menatap penuh cinta tanpa adanya kebencian, tangan mungilnya mulai meraih tangan suaminya dan tersenyum tipis, "Mas.. Ga perlu, aku capek banget kalau harus terapi, aku cuma mau kamu sama aku selama 2 tahun ini, hanya itu aja. Setelahnya, kamu bebas mau apapun aku ga akan larang, jagain istri-istr
Read more
Ikat aku pada belikatmu.
Alan terhenyak mendengar ucapan Lydia. Ia mengerinyit binggung sembari mengenggam tangan istrinya, "Maksud kamu apa sayang?" tanya Alan lembut. Lydia tersenyum tipis. Ia mulai mengenggam tangan Alan dan terkekeh pelan. Menatap mata hazel milik suaminya dan mengabaikan apapun yang berlalu. Mendengar suara gemerisik dedaunan dari luar dan menghela nafasnya samar, "Ikat aku ditulang belikatmu, mas.. Izinkan aku merebahkan dan meneduhkan sembari mendengar semua cerita dan engkau mendengarkan ceritaku, tentang apa yang aku lalui.. Tentang semua yang telah menjadi tujuan dan tentang apa yang jadi pengorbanan. Agar aku tau bahwa aku memiliki sebuah tempat untuk berpulang, maaf apabila aku kerap membuatmu kecewa," sahut Lydia dengan tersenyum manis dan menatap sayup manik mata Alan. Alan terdiam. Ia hanya bisa mengulas senyuman lagi dan lagi. Ia tak menyangka dan tak menyadari bahwa ia selama ini melukai gadis belia yang sudah ditinggal oleh kedua orangtuanya. "Lydia.. Kamu tidak perlu memi
Read more
Kenyataan menghancurkan
Alan bergeming kala melihat dokter dihadapannya pergi. Bahkan, langkahnya saja terasa berat. Ikhlas atau tidak, ini semua menyangkut kejiwaan Lydia yang pastinya akan terganggu. "Mas, kenapa aku ga bisa ngerasain gerakan bayi kita..?" tanya Lydia membuat Alan mematung."Sayang.. Ikhlas ya..?" Alan belum menyelesaikan ucapannya namun, Lydia sudah menangkap arti dari ucapan Alan. Apalagi Alan menyampaikan itu sembari memasang wajah muram. "Mas..? Enggak! Gak mungkin anak kita ─" Grep!! Alan menarik Lydia dalam dekapan dan membiarkan Lydia memukul dada bidangnya, membiarkan Lydia menangis sejadi-jadinya hingga suaranya terdengar dari luar. "Lydia.. Sayang... Kita harus terima! Ga semua bisa kita sesali, kita harus terima dengan semua yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan..""Ini bukan untuk yang pertama kalinya, mas! Bukan yang pertama kalinya.. Aku selalu jaga anak ini agar bisa tumbuh tapi kenapa?! Kenapa kanker sialan ini harus merengut kebahagiaan yang selama ini membuatku bertahan
Read more
We really miss you, Lyida.
1 minggu berlalu begitu cepat. Sehingga, Alan harus selalu menemani Lydia meski dirinya sendiri saja binggung dan harus selalu meminum obat-obatan setiap waktu. "Tuan, apakah tuan tidak ada niat untuk membawa nyonya ke suatu rumah sakit yang bisa mengatasi penyakitnya?" tanya Salah seorang staff rumah sakit membuat Alan hanya terkekeh pelan."Untuk apa..? Saya harus membawanya kemana lagi? Kenyataan didepan mata, gelang pada tangannya sudah memberitahukan bagaimana kondisinya.""Gelang apa?" "Gelang pada tangannya. Gelang rumah sakit yang berwarna ungu. Itu sudah jelas menjelaskan bahwa ia tidak memiliki harapan hidup yang panjang. Bahkan, dokter hanya berpasrah kepada Allah. Lantas.. Apakah saya harus mendahului kehendak-Nya?" tanya Alan dengan tertawa hambar. Tak ada yang bisa dibohongi. Wajah Alan menyiratkan rasa kecewa yang mendalam dan bahkan, netra nanar Alan sudah menjelaskan semuanya. "Sayang..," panggil Alan dengan mengenggam jemari mungil istrinya dan menciumi seluruh wa
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status