All Chapters of Suami Hilang, Dapat Jodoh Dadakan : Chapter 101 - Chapter 110
126 Chapters
101
Di tengah obrolan Nada dan Sofi tiba-tiba Nada mendengar seseorang seperti hendak membuka pintu kamarnya. Nada lalu pamitan pada Sofi, ia harus masuk.. Firman tidak boleh melihatnya bersama Sofi. "Aku masuk! Kamu jangan menyerah aku yakin Firman pasti akan luluh." Ujar Nada sebelum akhirnya ia masuk ke kamar."Ya semoga saja," balas Sofi begitu singkat.Sofi menghela napas seiring dengan menghilang tubuh Nada masuk ke kamarnya. "Dia orang baik. Apa aku juga harus jadi orang baik? Agar banyak orang yang menyukaiku? mungkin kedua orang tuaku bisa baik pula padaku dan menerima kehadiranku,'' gumamnya dan tidak terasa air matanya luruh."Ya Tuhan! Kenapa mataku berair terus sih! Sepertinya ini efek udara malam," ujar Sofi mencoba untuk menepis kenyataan jika dirinya sebenarnya menangis.Sementara itu, Nada merasa beruntung. Saat Firman masuk dirinya sudah berada di dalam kamar. Ia berpura-pura melamun di depan jendela..Firman terkejut karena mendapati Nada belum tertidur. Ia malah tenga
Read more
102
Pagi-pagi sekali, Nazril sudah mengitari rumah. Ia seperti tengah mencari sesuatu atau mungkin tengah mencari orang. Kayla yang memang sejak kemarin menginap menghampiri Nazril dan bertanya."Kakak perhatiin kamu mondar-mandir terus. Cari apa? Biar kakak bantu," ujar Kayla m ia sengaja mengkakakakan dirinya agar Nazril ikut memanggilnya kakak bukan Tante. Sebab baginya kata Tante mengganggu telinganya."Nazril cari Bunda sama Ayah. Apa mereka sudah pulang?. Kenapa Nazril cari tidak ketemu terus?'' Kata Nazril dan sukses membuat Kayla bungkam. Ia tidak tahu harus berkata apa."Mmmm, itu, eh.. biar kakak telepon Akbar. Eh, maksud kakak biar kakak telepon ayahmu. Kamu langsung bicara saja sama dia, ya. Tunggu sebentar."Sekarang Akbar memang memerintahkan Nazril untuk memanggilnya ayah. Karena statusnya memang sudah jadi ayah sambung Nazril.Kayla lalu mengeluarkan handphone, ia bukan menelepon Akbar ia justru malah menelepon Ilham. Dan membuat Ilham marah."Halo"["Ada apa telepon?"] Ke
Read more
103
Satu jam perjalanan Akbar, Ilham dan para polisi sudah sampai di tempat kedua di mana kemungkinan Firman ada di sana. Namun, sayang Firman dan Nada sama sekali tidak ada di tempat itu. Polisi sudah hampir menyerah, tapi Akbar terus ngotot agar polisi tetap membantu mereka."Masih ada satu tempat yang belum kita kunjungi. Katanya kamu polisi , tugas polisi kan membantu rakyatnya. Jadi bantulah kami sampai istriku ketemu," ujar Akbar ."Kami akan membantu kalian. Tapi, sebaiknya kita buat berita orang hilang dan tidak kalah pentingnya, kita pasang pelakunya. Jika memang kalian yakin orang itu pelakunya " polisi mencoba mencari cara untuk membuat Akbar mengerti. Dari pada mereka terus, cari, ke sini cari ke sana namun hasilnya tidak ada. Tentunya itu bukanlah cara yang efektif. Yang ada waktu terbang percuma."Aku akan melakukan itu setelah aku mengecek tempat terakhir. Jika masih tidak ditemukan maka aku ikuti usulan kalian. Aku juga ingin menyewa detektif. Istriku pokoknya harus kete
Read more
104
Firman melihat Nada baru masuk dari pintu balkon. Firman langsung terdiam, pikiran buruk terlintas begitu saja. "Habis ngapain kamu?" Tanya Firman penuh curiga.Nada menelan Salivanya, ia gugup, otaknya sedang berpikir bagaimana cara mengungkapnya. "Itu... aku... habis cari udara segar . Diam terus di kamar rasanya pengap, bosan, tidak ada handphone, tidak ada telivisi. Apa kamu memang sengaja?" Akhirnya Nada bisa lancar berkilah, tiba-tiba ide ngalir begitu saja.. Firman tampak berpikir, apa yang dikatakan oleh Nada ada benarnya. Dirinya mengurung Nada tanpa diberikan fasilitas. Handphone tidak mungkin ia memberikannya. Mungkin... televisi bisa mengurangi rasa bosannya.Firman menghampiri Nada yang berdiri di depan pintu balkon. Saat didekati, Nada merasa takut, tubuhnya mulai bergetar. "Ka-kamu mau apa? Jangan mendekat!" Cegah Nada dengan terbata dan Firman pun langsung diam di tempat."Aku tidak akan berbuat apa-apa, aku hanya.... ingin memotretmu . Boleh kan?" Tanya Firman."U-
Read more
105
Firman menyenderkan tubuhnya tepat di belakang pintu kamar Nada. Ia merasa ada sesuatu yang mengusik hatinya. Ada sesuatu yang membuat hatinya terenyuh saat melihat Nada menangis. Seperti ada dorongan untuk mengembalikan Nada karena apa yang dikatakan Nada benar adanya. Harusnya ia tahu diri! Nada bukan miliknya dia sudah jadi istri orang lain. Tapi... hatinya seolah bertentangan. Di sisi lain ada hasrat ingin terus memiliki Nada bagaimanapun caranya. Termasuk dengan jalan menculik dan menyembunyikan Nada. Firman sedikit mengangkat kepala, menatap ke arah langit-langit rumahnya. Ia berusaha untuk menahan air matanya. Dia pria, mana boleh dia menjatuhkan air matanya. Dia bukan pria pecundang. Apalagi cengeng, selama 32 tahun hidupnya di dunia. Air matanya hanya jatuh saat dirinya masih bayi. Sebab keadaan memaksa dirinya untuk jadi pria kuat, kuat menjalani kenyataan hidup yang begitu keras. Sejak kecil sudah ditelantarkan orang tuanya memaksa dia dewasa di waktu yang semestinya i
Read more
106
"Nazril takut, Bunda ketakutan. Nazril hanya takut bunda sendirian. Nazril tidak mau kejadian dulu terulang. Nazril kasihan sama Bunda."Kayla tidak tahu apa yang terjadi dulu pada Nada hingga Nazril benar-benar terlihat ketakutan seperti itu. Apa terjadi sesuatu yang besar? Apa?"Kenapa dengan bundamu, Nazril." Tanya Kayla."Bunda pernah diculik dan disekap. Aku pun turut disekap. Tapi... dulu kami berhasil melarikan diri, aku dan Bunda berhasil kabur. Dari sana Nazril selalu ingin melindungi Bunda. Biar jika ada yang berbuat jahat sama Bunda biar aku yang hadapi. Tapi sekarang... Nazril enggak bisa lindungi Bunda." Sedih Nazril.Mendengar cerita itu membuat Kayla merasa iba pada Nazril. Anak sebesar itu sudah memiliki pemikiran begitu jauh.Kayla mencoba untuk menenangkan, ia membawa Nazril pada dekapannya. "Terus berdoa sama Allah SWT, doa anak Soleh selalu di kabulkan Allah SWT.'' "Nazril tahu, Bunda selalu bilang seperti itu. Doa Nazril tidak pernah putus untuk bunda. Nazril sel
Read more
107
Untuk memancing agar Firman kembali menelepon ke nomor Akbar. Akbar, Ilham serta polisi membuat rencana kembali menyiarkan jika Firman adalah buronan. Kali ini mereka akan melakukan secara besar-besaran. Media televisi, koran serta media sosial. Mereka akan lihat bagaimana respons Firman jika wajahnya terpampang di seluruh pelosok kota Bogor.Pastinya ruang lingkup geraknya akan terbatas, ia tidak bisa berkutik lagi. Di kantor polisi Akbar dan Ilham tengah menunggu telepon dari Firman. Mereka yakin Firman pasti akan menghubungi mereka.Rupanya, orang yang tengah Akbar dan Ilham tunggu tengah tertawa lebar. Lagi ia merasa apa yang dilakukan Akbar sama sekali tidak akan membuat ia kalah. Tidak akan membuat menemukan dirinya."Langkah apa yang harus kita lakukan sekarang, Tuan? Apa kita tetap membiarkan? Atau kita bertindak?" Tanya sang anak buah."Untuk saat ini, biarkan saja dulu. Apapun yang dia lakukan tidak akan berpengaruh apa-apa. Mereka tidak akan menemukan keberadaan kita.'' Uca
Read more
108
Firman masih berdiri memandangi Sofi yang tertidur. Kepalanya ia gerakan ke kanan lalu gerakan ke kiri. Ia terlihat seperti menimbang-nimbang. Memperhatikan.Entah apa yang ada di pikiran Firman hingga ia tiba-tiba duduk di atas ranjang,di samping tubuh Sofi. Tangannya terangkat lalu membelai lembut kepala Sofi.Sofi yang semula tidur, mulai terganggu dengan sentuhan di kepalanya. Ingin rasanya ia membuka mata untuk melihat orang yang menyentuhnya. Tapi, ia yakin tangan yang menyentuhnya kepalanya itu adalah tangan Firman.Rasa yang ingin ia buang kini hadir kembali. Desiran aneh yang sejak bertahun-tahun ada kini kembali terasa. Kenapa? Kenapa si saat dirinya ingin melupakan Firman, di saat ia ingin membuka lembaran baru. Sikap Firman seperti ini? Ingin rasanya Sofi mengetahui isi kepala Firman."Jika memang kamu menyukaiku, tak bisakah Kamu jujur?" Sofi sengaja membuka matanya lalu menahan lengan Firman yang sedari tadi mengelus kepalanya.Firman langsung diam, ia menatap Sofi denga
Read more
109
Beberapa jam sebelum melarikan diri...Bugh.....Sofi memukul kepala Firman dengan vas bunga yang ada di atas nakas. Bukan tanpa alasan, Sofi memberanikan diri untuk mencium Firman. Dan inilah alasannya. Ia mencari waktu yang tepat untuk melumpuhkan Akbar."Sofi, kamu!" Firman mengaduh kesakitan. Kepalanya benar-benar berdarah."Maafkan aku, tapi aku lakuin ini biar kamu sadar. Sekarang giliran kamu yang akan aku kurung di sini. Saat kamu keluar aku pastikan Nada sudah tidak ada. Aku akan membawanya pergi dari sini,'' Sofi sungguh sangat serius bicara seperti tadi. "Jangan coba-coba lakukan itu, Sofi!""Maaf, tapi aku harus melakukannya. Sekarang aku berubah, aku ingin jadi Sofi yang baru. Jadi orang gak bener itu capek! Gak ada kebahagiaan sedikitpun. Aku yakin kamu pun merasakan. Punya banyak uang tapi hidup tetap seperti ada yang kurang."Sambil memegangi kepalanya, Firman berusaha untuk menahan Sofi agar tidak bertindak lebih. Mungkin karena efek dirinya yang kurang tidur membuat
Read more
110
Baik Nada maupun Sofi mereka sama-sama merasa takut. Apa lagi Sofi ia tahu betul tabiat Firman. Jika ada sesuatu yang membuat ia marah maka sesuatu itu tidak akan pernah termasuk. Sama seperti yang tengah dialami sekarang.Sofi tahu, Firman pasti marah besar oleh karena itu, usahakan mereka tidak tertangkap lagi oleh Firman dan anak buahnya.Nada dan Sofi bisa melihat Firman beserta lima anak buahnya. Tatapannya terus tertuju pada Firman. Mereka mengawasi sekitar takut-takut menemukan mereka."Nada aku takut! Aku gak mau tertangkap lagi. Aku gak mau kembali ke rumah itu," ujar Sofi tangannya menggenggam rest gamis Nada."Tenang, kita tidak akan tertangkap." Ujar nada meskipun tidak begitu yakin."Mereka tidak akan tahu kita bersembunyi di sini.'' Lagi Nada mencoba untuk menenangkan. Hingga mereka teralihkan saat Firman berteriak dan bersumpah akan menemukatn Nada dan Sofi."Mereka sebenarnya pergi ke mana? Lari mereka begitu cepat.'' Kesal Firman mendapati jika nada dan Sofi pintar be
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status