All Chapters of Suami Hilang, Dapat Jodoh Dadakan : Chapter 111 - Chapter 120
126 Chapters
111
111Nada mengerjapkan kedua matanya, menatap sekeliling yang terasa pengap dan sempit. Lalu, ingatan berputar pada kejadian semalam saat ia dan Sofi sembunyi dari kejaran Firman dan anak buahnya.Nada neneloh ke sebelah, melihat Sofi tengah meringkuk. Tempat persembunyian mereka memang sempit. Namun, Nada salut pada pemilik gubuk yang memiliki ide membuat tempat di bawah lemari. Sepertinya, dulu tempat ini jadi tempat persembunyiannya. Karena sudah tidak terawat membuat bangunan ini terlihat seperti gubuk yang tidak layak."Sofi, Sofi! Bangun!" Nada menggoyang-goyang kan tubuh Sofi agar ia bangun.Sofi membuka matanya, ia juga langsung menguap lebar. "Apa kita sudah aman?" Tanya Sofi dengan berbisik."Aku juga tidak tahu. Apa kita keluar dan lihat sekitar?" Tanya Nada pada Sofi.Sofi terlihat ragu. Ia takut saat mereka keluar ternyata Firman ada di luar. "Aku takut. Gimana kalo Firman tahu kita bersembunyi lalu ia menunggu kita di keluar? Aku gak mau!"Sebenarnya, Nada pun berpikira
Read more
112
Nada dan Sofi mengumpulkan banyak ciplukan. Sengaja itu untuk stok. Kalau-kalau mereka kelaparan kembali. Karena mereka tidak tahu harus berapa lama mereka terus berjalan.Saat hari semakin siang dan matahari benar-benar ada di atas kepala, mereka istirahat lagi. Mungkin Nada sudah terbiasa melakukan perjalanan jauh dengan jalan kaki. Tapi Sofi, ini untuk pertama kalinya. Oleh karena itu, mereka sering beristirahat."Kenapa kita tidak kunjung menemukan perkampungan? Atau minimal jalan raya. Setidak kita bisa menumpang di mobil siapa saja.'' Keluh Sofi mungkin efek kelelehan membuat Sofi terus menggerutu..Saat Sofi sibuk menggerutu, Nada terdiam, ia bahkan meletakkan jarinya di bibir Sofi agar dia berhenti mengoceh. Tentunya membuat Sofi bertanya-tanya. Ada apa?"Ayo ikut aku!" Titah Nada seraya beranjak."Ada apa, Nad?" Tanya Sofi.Nada memilih tidak menjawab, ia terus berjalan langkah semakin cepat. Ia ingin membuktikan sesuatu, jika apa yang tadi ia dengar benar. Di sana ada jalan
Read more
113
Setelah mendapatkan telepon dari Nada dan ia mendengar seseorang seperti mengejar Nada, membuat Akbar tidak bisa diam. Ia khawatir takut terjadi sesuatu yang tidak ia inginkan. Ilham dan Akbar langsung saja menuju titik signal yang ditemukan oleh polisi. Sebab saat itu mereka memang ada di kantor polisi. Jarak ke tempat kejadian sekitar dua jam berkendara. Itu waktu yang cukup lama. Di dalam mobil Akbar terus meminta pada Ilham agar ngebut. Keadaan malam dan kebutulan tempat menuju sana kebanyakan hutan serta pencahayaan kurang. Tentunya sangat berbahaya untuk keselamatan mereka. Bukannya sampai mereka malah mengalami hal yang tidak diinginkan."Kak cepat! Kita harus segera sampai!" Ucap Akbar hal ini membuat Ilham menyentak Akbar."Bisa diam tidak?! Mau secepat apa kamu, hah? Apa kamu enggak lihat keadaan jalan? Atau kamu mau cari mati? Aku juga sama khawatirnya tapi aku ingin tetap hidup.''Disentak seperti itu membuat Akbar langsung diam. Ia tidak berani untuk berkata apa-apa lag
Read more
114
Setelah cukup istirahat, mereka kembali melanjutkan pencarian Nada dan Sofi. Kemungkinan mereka sudah dekat. Begitu pikir Akbar. Kembali, Akbar membayangkan jika sang istri pasti kehausan dan kelaparan. Bagaimana mungkin ia membiarkannya. "Sebelum kita benar-benar lanjut, mari kita pikirkan bagaimana jika kita berada di posisi mereka. Hal apa yang akan kita lakukan?" Tanya polisi. Semua berpikir, dan memposisikan sebagai Nada dan Sofi. Hingga Akbar membuka suara. "Bukankah jika kita melarikan diri di hutan seperti ini, hal yang akan dicari adalah makanan dan minum. Setelah itu jalan besar."Mereka setuju atas pemikiran Akbar. Karena saat melarikan diri apa lagi ini sudah sehari pastinya akan merasa lapar dan haus. Pastinya akan mencari sumber air dan makanan."Baiklah, sekarang kita cari sumber mata air setelah itu kita keluar dari hutan cari jalan besar beraspal." Ucap polisiMereka pun sama-sama mencari mata air. Beberapa lamanya mereka berjalan akhirnya mereka menemukan sumbe
Read more
115
Akbar memangku Nada lalu mendudukkannya di atas kursi roda. Padahal keadaannya masih lemah , tapi Nada bersikukuh ingin bertemu dengan Sofi. Lebih tepatnya ia ingin melihat keadaan Sofi.Mereka sudah berjuang bersama dan sungguh mereka mampu untuk melewati rintangan itu. Meskipun mereka harus kelaparan, kehausan serta tubuh yang terasa sakit semua.Kejadian itu tentunya tidak akan mudah untuk mereka lupakan. Kejadian yang mempertaruhkan hidupnya karena harus berjuang menghindari Firman dan menghindari bahaya hutan.Akbar mendorong kursi rodanya dengan sangat pelan. Nada saja sampai protes dibuatnya. Karena Akbar benar-benar sangat pelan mendorong kursi rodanya."Mas, jangan terlalu pelan. Aku ingin secepatnya bertemu Sofi. Aku ingin tahu keadaannya.'' Ujar Nada ia sedikit protes karena ulah Akbar."Kamu baru siuman, aku tidak ingin menyakitimu." Jawab Akbar dan membuat Nada kebingungan."Apa hubungannya, Mas?" Tanya Nada tidak mengerti akan maksud Akbar."Mmmm, hubungannya, ya, tubuh
Read more
116
Dua hari kemudian .....Keadaan Nada dan Sofi sudah jauh lebih baik. Mereka diperbolehkan untuk pulang. Nada sudah sangat merindukan Nazril, ia ingin secepatnya memeluk dan memberikan kecupan sayang di seluruh pipi gemasnya Nazril.Satu Minggu lebih tidak bertemu Nazril serasa seabad tidak bertemu. Jauh dari penyemangat hidupnya membuat hidupnya pun semakin tidak bersemangat. Sementara itu, Sofi dia hanya bisa terdiam di ruangan inapnya. Ia belum bersiap untuk pulang. Yang ada dia meratapi hidupnya, dalam keadaan seperti ini tidak ada seorang pun yang peduli. Orang yang peduli padanya pun kini sudah tidak bisa lagi seperti dulu. Karena dia sekarang di penjara. Sofi merasa hidupnya benar-benar sendiri, serasa jadi yatim piatu. Tak terasa air matanya pun menetes. Ia mendadak iri dengan kehidupan Nada. Di mana dirinya di kelilingi orang-orang yang sayang padanya.Ceklek....Seseorang membuka pintu kamar ruangan Sofi. Tapi... Sofi sama sekali tidak menyadari kedatangannya. Orang yang ma
Read more
117
"Aku tidak ingin ikut bersamamu, Nada....""Mbak. Panggil aku Mbak. Aku kakak mu,'' protes Nada.Sofi tersenyum tipis. Ia senang Nada bisa seakrab itu."Mbak Nada," panggil Sofi."Itu baru benar. Jadi, mau ya, pulang ke rumahku. Aku tidak akan ijinkan kamu tinggal sendirian. Kecuali hubungan kamu dengan orang tuamu membaik. Maka aku akan senang hati menyerahkan kamu pada orang tuamu itu akan jauh lebih aman.""Hah, tapi aku tidak terlalu berharap. Sejak kecil bahkan mungkin sejak bayi mereka tidak menganggap kehadiranku. Bagi mereka aku hanyalah beban. Aku hanyalah aib bagi mereka." Tutur Sofi dengan perasaan sedih tatkala mengingat kehidupannya.Nada menyentuh bahu Sofi, ia memberikan kekuatan dan. Keyakinan jika semua akan baik-baik saja.. Semuanya akan aman."Akan aku lakukan apa pun untuk kebahagiaan mu.'' Ujar Nada.Sofi memasang wajah sedih. Ia tak tahu apa sebenarnya yang membuat Nada begitu baik padanya. Padahal selama ini dia jahat."Kenapa kamu baik padaku? Padahal aku udah
Read more
118
Nada, Akbar dan Sofi berjalan beriringan. Jika Nada digenggam oleh Akbar. Maka Sofi digenggam oleh Nada. Sofi merasa sedang diperhatikan oleh seorang kakak. Ia menyukainya.Dari kejauhan Ilham melihat tiga orang ini berjalan ke arahnya. Namun,. Ilham tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada itu. Ilham pikir mungkin itu temannya Nada. Tapi.... teman yang mana? Inikan di Bogor. Mana mungkin Nada memiliki teman di sini selain Sofi.Saking memikirkan karena tidak mengenali sosok yang ada di samping Nada. Ilham sampai tidak menyadari kedatangannya mereka. Lalu tepukan di bahu Ilham mampu menyadarkan dirinya.Rupanya itu Akbar, yang menepuk pundak Ilham lalu berbisik " Jaga mata, jaga hati. Ingat di Jakarta ada yang menunggu."Bugh...Ilham memukul punggung Akbar. Karena sang adik sudah lancang berkata seperti itu. Lalu Akbar kembali berbisik. "Dia Sofi, gadis yang tadi. Cantik kan?" Akbar malah semakin menggoda sang kakak.Akbar menyukainya saat menggoda Sang kakak, ia bahkan selal
Read more
119
Sekitar pukul tujuh malam mereka sampai di rumah Nada. Nada kini bisa menginjakkan lagi kakinya di rumahnya, setelah seminggu lebih ia di Bogor.Di depan pintu sudah ada Nazril. Ia langsung berlari dan memeluk Nada. Kedua menangis bahagia."Bunda, Nazril rindu bunda. Bunda tidak apa-apa kan? Bunda enggak akan pergi-pergi lagi kan?" Ujar Nazril dalam pelukan Nada."Bunda janji, tidak akan ke mana-mana lagi. Bunda akan selalu bersama Nazril." Ucap Nada seraya mengecup kening Nazril. "Nazril apa kabar, sehatkan? Selama bunda gak ada Nazril kuat kan? Bunda Percaya kamu pasti selalu mendoakan Bunda. Dan qodarullah inilah kekuatan doamu. Bunda bisa pulang dan bertemu kembali dengan Nazril," lanjut lagi Nada dengan tidak hentinya membanjiri pipi Nazril dengan ciuman kerinduan. Antara bunda dan anaknya.Pelukan mereka terurai, Nada mengusap-usap kepala dan pipi Nazril. Ia tengah meyakinkan dirinya jika ini bukanlah mimpi tapi sungguhan."Apakah Nazril hanya merindukan bunda? Ayah enggak?" Uca
Read more
120
"Lidya tunggu jangan lari, nak!" teriak Ilham pada Lidya yang pergi meninggalkan sang Ayah.."Jangan mengikuti Lidya, yah! Pergi urus saja wanita itu!" teriak lagi Lidya dia masih terus berjalan."Dengerin Ayah, nak, jangan seperti ini. Ayah mohon," pinta Ilham. Ilham sedih karena anak seusia sang anak bisa memberontak seperti ini.Lidya berhenti, dia tidak lari lagi. Dia membelakangi sang ayah, sementara sang ayah terengah-engah Karena kelelahan mengejar dirinya.."Tolong dengarkan dulu perkataan ayah. Jangan seperti ini," pinta lagi Ilham.Lidya membalikkan tubuhnya hingga ia bisa bersitatap dengan sang ayah. Yang mana kala ini Tengah berjongkok, Karena kelelahan dan hampir kehabisan napas."Dengerin apa, Yah? Meskipun Ayah tidak memberitahu Lidya, tapi Lidya tahu yang namanya ibu tiri itu jahat. Contohnya teman Lidya di sekolah. Dia sering bilang kalau dia sering dipukul sama ibu tirinya. Dia juga suka bilang perhatian ayahnya hilang, lalu apa bedanya sama Lidya. Ayah sendi
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status