Semua Bab SATE DAGING AYAH: Bab 11 - Bab 20
38 Bab
BAB 11
"Apa maksud Tante?" Indah menangkap kayu yang hampir mengenai tubuh Euis. Di depan Bu Aminah dan tiga tamunya, Indah dan Lilis saling tarik menarik kayu. Sampai pada satu kesempatan Indah berhasil merebut kayu di tangan Lilis. Wanita yang hanya mengenakan daster itu memegangi bokongnya saat jatuh ke lantai karena hilang keseimbangan. "Lilis, jangan bikin masalah di sini. Hargai tamu saya!" Bu Aminah membentak Lilis. "Kamu jangan ikut campur urusan saya dengan anak sialan ini!" Lilis mendelik ke arah Bu Aminah. "Jelas ini urusan saya, karena kamu bikin keributan di rumah saya!" Bu Aminah yang biasanya lemah lembut, hari ini tak bisa mengontrol suaranya. "Euis, ayo kita pulang!" Lilis berdiri, kembali tangannya berusaha menarik putrinya yang semakin ketakutan di belakang punggung Indah. "Sebentar, tadi Tante bilang kalau ..."Indah tidak meneruskan ucapannya. Reflex tangannya menyangga tubuh Euis yang hampir saja ambruk ke lantai. "Ya Allah, darah!" Indah yang memangku tubuh E
Baca selengkapnya
BAB 12
"Bu Indah tenang dulu. Kami akan melakukan yang terbaik buat saudari Euis." Bidan Ella mengangkat pundak Indah yang masih berlutut. "T-terima kasih, Dok. Kasihan anak ini, masa depannya masih panjang. Saya tidak perduli dengan apa yang telah menimpanya.""Satu lagi, Dok. Tolong jangan kasih izin siapapun selain saya yang menjaga Euis.""T-tapi ..." Bidan Ella menatap wajah Indah yang terlihat sangat kacau."Lihat, Dok, lihat! Bekas luka di tubuh anak malang itu. Hanya Ibu yang berhati binatang tega melakukan itu. Bahkan harimau sekalipun tak tega memakan anaknya sendiri." Indah menatap Euis yang terbaring dengan selang infus di tangan kiri dan selang kantong darah sebelah kanan."Itulah yang ingin saya tanyakan tadi. Selain menemukan luka di beberapa bagian tubuh saya juga melihat Euis mengalami trauma hebat. Beruntung cepat dibawa ke rumah sakit, telat sedikit saja," ucap Dokter Ella."Saya yakin penyebab Euis keguguran karena anak itu habis mendapatkan siksaan oleh ibunya. Dan buk
Baca selengkapnya
BAB 13
Indah menyisir hampir semua area kebun yang sengaja ditanami pohon pisang dan singkong. Namun hasilnya nihil. Sambil duduk di bawah saung penyimpanan kayu bakar, Indah mengusap peluh yang membasahi keningnya.Sekali lagi pandangan Indah tertuju pada bekas galian tanah. Indah terus berpikir dan menduga-duga kemana hilangnya bagian tubuh ayahnya yang dikubur sekitar dua minggu lalu. Rasanya tak mungkin digondol anjing atau binatang lain. Selain dalam bagian atasnya sengaja di tutupi bebatuan.Kesibukannya mengurus kedai sate membuat Indah tak pernah lagi ke belakang rumah. Ia benar-benar tak bisa memperkirakan kapan pelastik yang berisi kepala dan bagian tubuh ayahnya hilang. Indah merasa kepalanya berdenyut. Semalaman hampir tak memejamkan mata membuat rasa kantuk yang sangat berat. Dengan lesu Indah kembali ke dalam rumah. Memejamkan mata beberapa jam mungkin bisa membuat tubuhnya kembali vit.***"Ibu tenang dulu, ya." "Tapi, Nak, kalau apa yang dikatakan polisi itu benar? Bahwa A
Baca selengkapnya
BAB 14
"Sudahlah, Bu. Untuk apa terus menangisi Ayah!" Indah mencoba menghentikan tangis ibunya."Ibu heran, sepertinya kamu tak sedikitpun merasa sedih atas meninggalnya ayahmu?" "Ibu ingin tahu mengapa aku tidak sedih,? Tidak menangis? Pertama karena belum pasti apakah benar itu kepala Ayah atau kepala orang lain? Yang kedua, apa bedanya bagiku ada Ayah dan tak ada Ayah. Terus terang aku merasa lebih tenang seperti ini."Astaghfirullah, kamu ngomong apa. Ingat sejahat apapun dia adalah ayahmu!""Indah heran, terbuat dari apa hati ibu ini? Dari kecil Indah melihat Ibu selalu disiksa lahir batin. Sekarang setelah Ayah pergi begitu banyak masalah yang mencuat ke permukaan.""Terus Ibu harus bagaimana?" Bu Aminah terlihat frustasi. "Ibu cukup tenang dan buka mata hati ibu. Lihat Tante Asih dan keponakannya yang jadi korban ayah. Belum lagi nasib anak tiri Ayah dari istri-istrinya yang lain. Atau Euis yang sekarang berada di rumah sakit?'" "Maksudmu, Euis ...?" "Makanya tadi Indah menyuru
Baca selengkapnya
BAB 15
Bu Ajeng yang melihat kemarahan suaminya berusaha menjadi penengah. "Toling kendalikan emosi Ayah," ucap Bu Ajeng."Tidak, Bu. Ini sudah jadi keputusan Ayah yang tidak bisa lagi diganggu gugat sekalipun anak tak tau diri ini merangkak minta ampun.""Baik Ayah, Amie tidak akan minta hak apapun dari keluarga Wijaya. Cukup menikahkan Amie dengan Kang Danang!" Wajah Wijaya bersemu merah saat melihat putri kesayangannya saling menautkan jemari dengan pria yang sangat ia benci. Mata seorang ayah tak bisa di samarkan oleh penghalang apapun. Ia tahu betul seperti apa laki-laki yang sedang diperjuangkan oleh anaknya. Cinta memang buta, itulah yang sedang menutupi mata hati Amie Wijaya. Bukan tak beralasan Wijaya menolak pria yang akan menjadi menantunya. Tapi ia sudah lebih dulu tau banyak tentang sosok yang telah berhasil membius putrinya sampai tak mau lagi mendengarkan ia sebagai ayah yang telah membesar penuh cinta kasih.Selain pengangguran, Danang juga seorang pria plamboyan yang pi
Baca selengkapnya
BAB 16
Indah merebahkan tubuhnya di samping Euis. Gadis yang sedang terlelap tidur setelah pulang dari rumah sakit itu tak mau pulang ke rumah orang tuanya. Euis terlihat ketakutan.Tadi siang, Euis sudah diperbolehkan pulang. Saat mobil yang membawanya berhenti di depan rumah Lilis, Euis memegang erat tangan Indah sambil beberapa kali menggelengkan kepala. Indah paham betul ketakutan yang di rasakan anak umur tiga belas tahun itu. Rasa takut dan trauma mempengaruhi suasana hatinya. Butuh waktu lama untuk menyembunyikan luka batin yang ditimbulkan ibu kandung dan ayah tirinya. Ada rasa sakit menikam ulu hati Indah. Mungkin ini yang namanya terluka tapi tak berdarah. Dulu masa depannya di rampas paksa oleh pria yang telah membesarkannya. Sekarang hal yang sama terjadi pada Euis. Namun sekarang Indah paham betul mengapa Danang tega melakukan itu karena ia bukan darah dagingnya."Nasib kita sama, Is. Sekarang ini hidup Teteh pun sebatang kara. Danang memang benar-benar bajingan. Selain me
Baca selengkapnya
BAB 17
A-ayah!Bibir Aminah bergetar suaranya tercekat di tenggorokan saat melihat seorang pria terbaring di tempat tidur. A-amie!Pria yang sedang terpejam dengan tangan memeluk foto itu terbuka. Dua pasang mata yang penuh kerinduan saling beradu. "Anakku ... maafkan Ayah!" Wijaya mengusap kepala putrinya dengan linangan air mata."Amie yang minta maaf, Ayah!" Aminah memeluk tubuh pria yang selama dua puluh tiga tahun ia rindukan."Jangan pergi lagi, Nak. Ayah janji akan menuruti semua keinginanmu," ucap Wijaya lirih."Amie janji tidak akan pergi meninggalkan ayah." Aminah menciumi wajah ayahnya yang sudah banyak berubah.Bu Ajeng dan Kinara yang menyaksikan pertemuan antara ayah dan putrinya tak bisa menahan air mata harunya.***Indah heran dengan perubahan sikap Euis. Gadis yang biasanya pendiam dan kaku, kini terlihat lebih ceria. Begitupun dengan guru-guru di sekolahnya."Saya sebagai wali kelasnya salut sekali. Apa yang ditakutkan kami selaku pendidik justru terbalik. Kebanyakan k
Baca selengkapnya
BAB 18
Siang itu, Indah kedatangan tamu yang mengaku ayahnya Euis. Bik Wati yang mengantar pria tersebut ke rumah Bu Aminah karena Indah sedang menunggu kepulangan ibunya. "Apa benar Bapak ini ayahnya Euis?" Indah menatap pria di depannya. Kalau di lihat dari penampilannya mungkin seumuran dengan Danang."Iya. Tiga tahun yang lalu saya bercerai dengan Lilis. Hak asuh pengadilan agama waktu itu jatuh pada mantan istri saya." Indra menundukkan kepala. "Euis memang tinggal bersama saya. Bukan saya tidak percaya dengan Bapak, tapi saya heran mengapa selaku Ayah kandungnya baru menemui Euis sekarang ini?" Indah merasa geram melihat pria yang memasang wajah penuh penyesalan."Maafkan saya. Keadaan menyulitkan saya untuk bisa pulang," jawab pria tersebut."Memangnya Bapak tinggal di mana? Sampai tak bisa pulang di saat anaknya dalam masalah besar." Indah berusaha menahan gejolak dada. Setidaknya ia harus memberi kesempatan pada pria yang mengaku orang tua Euis."Saat saya mendapat kabar tenta
Baca selengkapnya
BAB 19
"Astaghfirullah. Kang Danang itu benar-benar biadab!" Bu Aminah mengepalkan tangannya."Sayang dia sudah meninggal dunia jadi sulit bagi saya untuk mendapatkan langsung keterangan tentang bayi yang dia culik." "Sayang sekali kalau begitu. Saya jadi kehilangan jejak," sesal IndraBerbagai praduga memenuhi pikirannya indah. Namun ia tak ingin cepat menyimpulkan. Kalau memang bayi Pak Indra yang hilang diculik oleh Danang, besar kemungkinan bayi itu adalah dirinya."Benar kata Nak Indah tadi, kita tak pernah tahu cara Tuhan mengatur pertemuan. Berharap putri saya masih hidup dan bisa secepatnya di pertemukan," tutur indra."Ibu sama Pak Indra mengapa menatapku seperti itu?" Indah salah tingkah saat melihat Bu Aminah dan pak Indra menatapnya."Apa ada tanda lahir atau ciri-ciri lain pada putri Bapak?" Bu Aminah malah memberi pertanyaan pada Pak Indra."Yang saya ingat di bagian kiri punggung Anjani ada tanda lahirnya.""Anjani?""Itu nama Putri saya yang hilang," jawab Indra."Masya
Baca selengkapnya
BAB 20
"Kalau boleh tahu, kenapa bunda bisa masuk rumah sakit jiwa?" Indah akhirnya mengungkapkan rasa penasarannya."Ayah terpaksa harus memasukan Bundamu ke rumah sakit jiwa. Ayah tak bisa kalau setiap saat mengontrol kondisi Bundamu yang selalu mengamuk,""Lima tahun kami menunggu kehadiran seorang anak, namun setelah kamu lahir malah di culik orang. Itulah yang membuat Bundamu depresi dan berusaha mengambil bayi yang ia kira anaknya yang hilang."Bukan Ayah tak mau merawat Bundamu tapi kerja di laut itu tak bisa pulang ke rumah setiap hari.""Tadi waktu Ayah ngajak untuk bertemu Ibu, Indah kira mau ke kantor polisi bertemu Bu Lilis.""Ayah menikahi Lilis setelah lima tahun Bundamu di rumah sakit jiwa. Namun Ayah salah memilih wanita. Selain materialistis dia juga beberapa kali ketahuan selingkuh." "Berati, Indah sama Euis satu ayah beda Ibu?""Betul sekali, Nak. Ayah harap kamu bisa menerima Euis dan menyayangi dia walau kalian terlahir beda Ibu.""Indah sudah sayang sama Euis jauh s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status