All Chapters of Dalam Pernikahan Tanpa Nafkah: Chapter 41 - Chapter 50
76 Chapters
Bab 41 Strawberry
"Astaghfirullah, Yang. Kamu tidak payah, kamu yang terbaik. Udah dong, jangan ngambek. Nih, mau aku makan, kok.""Serius, mau dimakan?""Iya, nih. Lihat!" Hans mulai menyuapkan nasi ke mulutnya."Telornya juga, ya! Habiskan! Kalau tidak, berarti benar masakanku enggak enak." Aku berujar sambil mengatupkan bibir."Iya, siap."Namun, saat sendok mencoba membelah telor, tampaklah ketidak matangannya. Nempel di sendok dan kalau diendus, tentu bau amis. Hans menahan suapannya yang hendak masuk mulut."Kenapa? Katanya masakanku enak. Hayo dimakan!" desakku.Tidak ingin aku merajuk, akhirnya dia memakannya juga. Aku yakin yang lumer kuning dimulutnya itu bikin eneuk. Terlihat dari bibir yang mengunyah pelan serta mata terbuka lebar. Segera ia meraih segelas air untuk menenggelamkan makanan yang seperti takut melewati tenggorokan."Yang, aku kenyang.""Bohong! Masa baru dua suap sudah kenyang?""Bener, Yang, kenyang.""Alah, ngaku aja kalau telornya enggak enak! Enggak usah ngeles, jangan pur
Read more
Bab 42 Kotak Hilang
POV. HansBeberapa bulan yang lalu.Tiba-tiba ada pesan chat masuk disertai foto seorang bayi dengan caption ‘Papa, aku sudah lahir dan tampan seperti Papa.’Deg! Langsung kena ke titik jantungku berdenyut. Kuperhatikan, lalu zoom foto tersebut, memang mirip sekali denganku. Perasaan pun mendadak hangat dan haru. Seperti ada ikatan batin yang terhubung begitu saja.“Apa yang kirim ini Meti?” gumamku.Segera kulakukan panggilan video kepada si nomer pengirim. Selang beberapa detik, pangilan tersambung. Benar, ternyata Meti lah sang pemilik nomer. “Bang, ayok kita lakukan tes DNA!” ajaknya langsung.Bayi digendongannya diarahkan ke kamera, dua bola mata mungil nan jernih itu menatap. Kemudian sudut bibirnya ditarik, seolah sedang tersenyum. Hatiku meleleh dibuatnya. Hati ini mengatakan ia adalah darah dagingku."Berapa bulan?" tanyaku."Baru tiga bulan."Obrolan kami berlanjut via chat. Semenjak hamil, Meti tinggal di Pelabuhan Ratu, di rumah kakak ibunya. Jelas ia tidak berani pulang
Read more
Bab 43 Ketangkap Lagi
“Bang ….”Tentu Meti menolak seperti prediksi. Akan tetapi, bukan Hans namanya kalau menyerah begitu saja.“Demi Daffa, Met.”Aku terus mendesak atas nama kebaikan untuk Daffa. Entah itu benar alasanku, atau justru ada tunggangan nafsu. “Bang, Salma tidak akan setuju.”“Kita menikah diam-diam. Aku bisa mengatur semuanya.”“Kalau ketahuan bagaimana?”“Itu urusan nanti.”“Apa Abang akan langsung membuangku dan Daffa?” tatapannya tajam.“Tentu saja tidak.”“Tapi aku yakin, Abang akan lebih memilih Salma. Apa lagi kalau bayinya telah lahir.”Perdebatan kami alot dan panjang. Aku terus menggencarkan bujuk rayu serta janji-janji yang aku sendiri ragu bisa menepatinya atau tidak. Tetapi, tidak akan kubiarkan Meti menikah dengan lelaki lain. Mengingat ada tengkulak ikan yang katanya naksir dia. Bahkan lelaki itu tidak keberatan dengan status Meti sebagai ibu tunggal.Meti meminta waktu hingga seminggu lamanya untuk memngambil sebuah keputusan. Selama seminggu, aku menunggu dengan gusar.“Bai
Read more
Bab 44 Muak
“Ekhm, Mas. Belum ketemu?” tanyaku menghampiri ke kamar.“Belum, Yang,” jawab Hans tanpa menoleh. Matanya masih sibuk beredar ke seluruh ruang kamar.“Apa Mas, cari ini?” Akhirnya kukeluarkan kemasan kotak kecil yang ia cari-cari dengar suara sedikit bergetar.Barulah dia menolehku. Ia terlonjak dengan dua bola mata yang seakan melompat dari kelopak. Saat itu juga wajahnya pucat bagai mayat. “Yang, ternyata kamu sudah menemukannya,” ucap dia terbata.“Katakan, kamu berzina dengan siapa, Mas?” pekikku.“Aku tidak berzina, Yang,” sangkalnya dengan yakin.“Lantas?”“Aku melakukannya dengan istri yang lain,” akunya.Istri yang lain? Kata itu seperti belati yang menyayat-nyayat kepingan hati yang telah susah payah kusatukan kembali.“Apa kamu menikahi Meti?” tanyaku bergetar.“Dari mana Ayang tahu?”Meski bukan sebuah jawaban, tetapi pertanyaan baliknya sudah lebih dari menjelaskan.“Apa kamu tidak pernah memikirkan nasib anak kita, Mas?” suaraku mulai parau.“Justru kulakukan semua ini d
Read more
Bab 45 Dua Kuda
“Yang, kamu pulang? Kenapa tidak kasih tahu aku? Kan bisa aku jemput?” tanyanya gugup dan mencurigakan.Kulihat sepasang sandal wanita di depan pintu. Jelas itu bukan punyaku, bukan pula ukuranku. Apa mungkin? Belum sempat aku menuntaskan prasangka, suara seorang perempuan yang tentu belum kulupa terdengar memanggil dari arah dalam rumah.“Bang … kenapa Daffa dibiarkan sendiri di atas soffa? Gimana coba kalau dia terjatuh?”“Kamu bawa perempuan itu ke rumahku, Mas?”“Maaf, Yang. Hanya mampir sebentar. Meti dan anakku akan menginap di hotel, kok.”Aku pun merangsek masuk. Benar saja, Meti sedang menggendong anaknya di ruang Tv.“Salma?” Ia terkejut menyadari kedatangan sang tuan rumah.Hans dan Meti saling lempar pandang dan tegang.“Ekhm, kalian tenang saja.” Kucairkan suasana.“Yang, kamu tidak marah?” Senyum Hans mengembang seketika.“Untuk apa aku marah?”“Ya ampun, Alhamdulillah. Akhirnya … kamu memang istri shalehah Yang.”Spontan Hans merangkulku. “Lepaskan!”“Oh, iya, Yang.”“
Read more
Bab 46 Gugatan
“Pagi-pagi udah rapi. Mau kemana, Yang?”“Mau keluar sebentar. Oya, sepulang aku nanti, pastikan istri dan anakmu harus sudah tidak ada di rumah,” tegasku.“Baik, Yang.”“Satu lagi, bersihkan area dapur sebersih mungkin,” titahku seraya menyorot tajam.“Area dapur?” Hans keheranan.“Terutama area wastafel. Jangan sampai lupa!” Aku gegas keluar.Matanya membeliak baru menyadari apa yang dilakukannya semalam di area itu. Sebelum pergi ke kantor kelurahan untuk membuat surat keterangan gugatan cerai, aku mampir dulu ke Resto & cafe untuk mengambil sejumlah uang.“Maaf, Bu, tapi harus seizin Bapak. Kami tidak berani mengeluarkan uang kas tersebut,” tolak karyawan kepercayaan Hans.“Ini Resto milik saya, saya yang beli. Kenapa saat mau ambil uang harus izin dulu Pak Hans? Uang ini hak saya.”“Tetap saja, Bu. Bos kami yang memperkerjakan itu Pak Hans. Kami tidak berani membantah.”“Apa kalian mau saya pecat?”“Silahkan, Bu, kalau memang bisa.”Karyawan itu bahkan tak mampu kugertak. Sial!
Read more
Bab 47 Bukti
Sidang pertama digelar. Tentu saja Hans hadir dan bersikap kooperatif. Membuat hakim menyarankan untuk kami berdamai saja. Kalau setiap sidang Hans hadir dan bersikuku tidak mau menceraikanku, bisa-bisa gugatan yang aku ajukan ditolak pengadilan. Kenapa kamu keras kepala sekali Hans? Terlebih aku sebagai penggugat belum memiliki bukti yang kuat. Ibunya Hans juga, tiba-tiba mundur dari kesediaannya untuk menjadi saksi. Kacau semua yang telah aku rencanakan.Selama proses persidangan aku dan Hans masih satu rumah. Meski sudah kusuruh pergi, tetap saja dia bertahan satu atap denganku. Dia selalu bersikap biasa-biasa saja, semakin membuatku muak. “Yang, kamu tidak akan menang melawanku. Sudahlah, jangan buang-buang waktu dan uang tabunganmu itu.” Hans berujar semu mengejek.“Aku tidak akan menyerah. Lihat saja, nanti kita pasti akan bercerai,” tukasku.Kuperhatikan, sekarang dia memang tidak pernah menemui Meti lagi. Dia sangat hati-hati sekali. Selama keputusan sidang belum final, ia a
Read more
Bab 48 Bantuan
Aku bergegas membuka pintu.“Meti!”“Hai, Mbak,” sapanya genit.“Suamimu tidak ada di sini,” ketusku.“Siapa bilang aku mau bertemu Hans? Aku mau bertemu kamu, Mbak.”“Aku tidak punya urusan denganmu.”“Jangan judes-judes dong, Mbak!”Tanpa permisi kuraih handle pintu untuk menutupnya. Akan tetapi, tangan Meti tak kalah cepat menariknya lagi.“Lepaskan! Pergi dari rumahku. Atau mau aku panggilkan Pak RT?”“Santuy, Mbak. Ingat anak dalam kandungan, enggak boleh marah-marah, ya!”Meti merangsek masuk ke dalam rumah. Kini dengan santainya dia duduk di kursi tamu.“Mau apa kamu sebenarnya?”“Nah, bukannya bertanya dari tadi. Aku ke sini mau memperlihatkan sesuatu. Silahkan!” Meti mengulurkan selembar kertas yang ternyata isinya adalah perjanjian antara dia dan Hans.“Perjanjian ini tidak syah! Resto cafe itu milikku.” Aku berujar seraya merobek surat tersebut.“Hahaha … kamu ini bodoh atau gimana, Salma? Masih sama saja seperti dulu.”“Keluar sekarang juga dari rumahku!”“Sabar … aku bel
Read more
Bab 49 Pertaruhkan Nyawa
Sidang selanjutnya digelar kembali. Kali ini aku merasa bersemangat dengan adanya bukti baru. Hans yang awalnya terus memamerkan senyum tiba-tiba matanya membeliak saat bukti-bukti baru yang sungguh tidak ia duga dibeberkan.Wajah Hans merah padam. Percuma sekarang dia mau menyangkal bagaimana pun. Hakim menganggap dia telah mengelabui pengadilan karena selama sidang terus-terusan menyangkal perselingkuhan tersebut. Akhirnya keputusan pun diketuk palu. Gugatan ceraiku dikabulkan oleh pihak pengadilan.Kudengar beberapa kata makian dan umpatan keluar dari mulutnya untuk Meti.**Dengan murka Hans mengemasi barang-barangnya dari rumahku. “Ingat Salma, sebentar lagi kamu akan melahirkan. Aku akan lihat, wanita sombong sepertimu apa bisa tanpa aku?”“Tidak usah banyak bicara, Mas! Pergi saja sana.”“Kamu pikir aku tidak tahu, kalau kamu itu sudah tidak memiliki uang. Tabunganmu sudah habis ‘kan untuk biaya pengacara? Jangan harap aku akan menafkahimu lagi, walau sepeser pun.”“Tak apa,
Read more
Bab 50 Ribut
Kehadiran anak di tengah kami membuat amarah mereda. Akan tetapi kebaikan Hans menolongku persalinan tidak mengubah sedikit pun keputusan. Kupikir hal yang wajar jika ia membantuku. Toh yang kulahirkan adalah anaknya juga.Sekarang bayiku sudah berusia empat bulan. Perkembangannya baru bisa tengkurap. Kuberi nama dia, Syauqia. Sesuai arti dari namanya, ia adalah bayi yang dirindukan. Setelah aku keguguran dua kali.Aku masih tinggal di rumahku. Sesekali Hans datang menjenguk anak kami dan memberi nafkah. Setiap ia berkunjung, kami hanya bercengkrama di teras. Tidak pernah kuizinkan dia masuk rumah. Aku ingin menjaga kehormatan sebagai janda dengan tidak memasukkan lelaki yang bukan mahrom. Kadang aku juga meminta tetangga untuk menemaniku saat dia datang.“Assalamualaikum,” salam papa-nya Syauqia terdengar.Aku gegas gendong Syauqia dan pergi ke teras. “Waalaikum salam.”“Hallo Qia anak Papa yang paling cantik,” sapa Hans dan langsung mengambil alih Syauqia dari gendongan.“Itu apa Ha
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status