All Chapters of Dalam Pernikahan Tanpa Nafkah: Chapter 21 - Chapter 30
76 Chapters
Bab 21 POV HANS 2
"Cctv? Ya, ide yang bagus."Sejak itu Meti resmi kami terima jadi ART. Keberadaan Cctv membuatku tidak leluasa sekalipun Salma tak ada di rumah. Hanya kamar tidur dan kamar mandi saja yang tidak kami pasang. Tentu aku turut andil dalam pemasangannya. Karena untuk mengatur titik-titik mana saja yang tidak terbidik kamera.Hubunganku dengan Meti berjalan aman dan lancar. Membuat hari-hari terasa berwarna dengan kehadirannya. Dia sungguh tahu dan paham bagaimana cara menyenangkanku. Aku merasa bak seorang raja, sebuah pelayanan yang tidak pernah Salma berikan. Sungguh istriku itu hanya bisanya menghasilkan uang saja. Hingga suatu ketika kudapati kabar kalau Salma tengah hamil lagi. Sebuah kabar yang membuatku gembira tiada tara. Pasalnya aku memang merindukan kehadiran anak kecil di rumah ini. Aku bangga bisa jadi seorang ayah. Pikiranku mulai kembali waras. Aku memutuskan akan mengakhiri hubungan terlarang bersama Meti.Belum sempat kuutarakan niat tersebut kepada Meti, aku malah kena
Read more
Bab 22 Tamu
"Ayo, Sal. Mana kunci mobilnya?""Memang, kamu sudah lancar nyetir mobilnya?""Sudah. Kamu tenang saja!""Tapi aku benar-benar enggak perlu ke dokter.""Aku mau lihat anak kita di layar monitor USG.""Nanti saja, kalau hamilnya sudah besar. Jadi kelihatan lebih jelas.""Pokoknya, sekarang juga kita ke dokter kandungan. Ayok!" Aduh, kenapa Hans maksa banget sih? Bisa tamat riwayatku kalau begini. "Aduh, aku kebelet. Mau pup dulu." Aku cari-cari alasan."Iya, hati-hati, Sal," pesan Hans saat aku setengah berlari menuju toilet.Di dalam toilet sudah setengah jam kuhabiskan. Hans sampai menyusul karena khawatir."Iya, aku enggak apa-apa.""Jangan lama-lama di air! Ayok cepat selesaikan."Aku pun terpaksa keluar, berdiam lama di toilet juga tidak enak."Aw!" teriakku saat membuka pintu, mendapati Hans tengah menunggu."Sudah? Yuk, kita berangkat," ajaknya."Hoamn... aku kok, ngantuk ya?" Aku pura-pura lagi."Bisa tidur di mobil. Ayuk, kita berangkat!""Eum ....""Udah, jangan banyak alas
Read more
Bab 23 Tak Diundang
Jam 23.00 Wib.[Aku mau sate] Kulayangkan sebuah pesan malam-malam kepada Hans.[Sate apa?] balasnya tidak lama.[Hah, kamu belum tidur?][Sudah pirasat, dede bayi pasti akan meminta sesuatu 😍][Hehe][Mau sate apa?] ulangnya.[Sate maranggi]Setelahnya tak ada balasan kembali. Bibirku manyun lima senti. Apa dia mengantuk dan tertidur? Yah, padahal ngidam satu-satunya alasan agar bisa bertemu dengan Hans kapan pun. Kutarik selimut kembali dan menelan kecewa.Tiga puluh lima menit kemudian.Tok, tok, tok. Karena rumahku yang sekarang tidak besar, jadi kalau ada yang mengetuk pintu akan langsung terdengar jelas. Kuberingsut dari ranjang hendak membuka pintu. Itu pasti Hans. Ternyata dia datang juga.Ceklek, gagang pintu langsung kutekan dan daun pintu pun terbuka. Akan tetapi, tak kudapatkan sosok Hans di sana. Lalu siapa yang mengetuk barusan?"Hans," panggilku seraya melangkah ragu ke teras."Duar!" Dia mengejutkanku keluar dari persembunyian. "Haha," tawanya puas melihat tubuhku yan
Read more
Bab 24 Papa Mama
"Salma!" panggil lelaki berkacamata minus.Disampingnya berdiri seorang wanita berusia setengah abad lebih dengan mata berkabut."Papa? Mama?" Aku menoleh tak percaya.Perasaanku bercampur aduk. Suka, senang, terkejut, sedih dan ketakutan bercampur menjadi satu. Kemudian kuraih punggung tangan mereka bergantian untuk bersalaman. Hans tentu langsung mengikuti. Meski Papa-mama tidak menyukainya. Akan tetapi dia tetap sangat menghormati."Apa khabar?" tanya Mama dengan logat khas negri Jiran, seraya mengelus rambutku."Alhamdulillah, baik, Mah.""Oh, ya ampun, anak Mama. Lama tak jumpa.""Salma kangen." Kami pun berpelukan.Setelahnya, kami semua mengobrol di dalam rumah."Kenapa jarang telefon kita?" papa ikut bicara."Maafkan, Salma, Pah, Mah," sesalku."Kenapa pula, awak pindah rumah?""Kami hanya ingin suasana baru, Mah," jawab Hans."Oya, kalian tahu dari siapa alamat rumah ini?""Daripada jiran awak (dari tetangga kamu).""Siapa? Ceu Lia?""Iya, betul. Ceu Lia.""Papa sama Mama, ke
Read more
Bab 25 Hans Vs Li
Papa begitu antusias saat tahu yang telepon adalah Li."Sal, itu ada siapa di sana?" tanya Li."Ini ada Papa. Katanya mau bicara denganmu.""Oya? Mana-mana coba?" Li antusias sekali.Kuserahkan segera benda pipihku kepada Papa."Hallo, Li, apa khabar?""Ya Tuhan, ini benar Papa Salma?""Iya, lama tak jumpa.""Pah, boleh Li bertemu?""Sudah tentu. Kita kena jumpa.""Kalau begitu, sekarang aku ke rumah Salma, ya, Pah. Kebetulan sedang tidak ada kerjaan.""Oh, boleh-boleh. Ditunggu, Li," balas Papa."Pah, sini dulu! Salma mau ngomong sama Li."Papa lekas mengembalikan ponselku."Iya, Sal. Ada apa? Boleh 'kan aku ke sana?""Tapi aku sudah pindah.""Apa? Pindah?""Alamat barunya aku sherlock saja, ya!""Ok-ok."Kami akhiri sambungan teleponnya. Tidak lupa kukirimkan lokasi rumah terkini.Setengah jam kemudian. Sudah terdengar suara mobil terparkir di pekarangan rumah. Itu pasti Li. Dia selalu bersemamgat emang sedari dulu kalau bertemu orang tuaku."Hai, Li. Lama tak jumpa," sambut Papa da
Read more
Bab 26 Bimbang
Papa tentu saja terkejut."Apa di Pasar? Ngojek? Bantu teman di Kafe?" "Iya, Pah. Tidak apa 'kan? Asalkan halal," sahut Hans."Alah, jangan so' religi awak! Awak mau buat cucu kita menderita? Sudahlah, sejak dulu awak tuh memang tak mampu," cecarnya."Pah, kita sudah sepakat merestui mereka. Jangan sesali!""Mama ini macam mana? Dulu anak kita diperah, sekarang si Salma sudah tak bekerja. Bagaimana dia akan mencukupi kebutuhan anaknya nanti? Dari hasil kuli? Cuih!""Rezeki itu Allah yang atur, Pah." Mama tetap membela dan membujuk."Iya. Tapi tetap saja kita yang usaha. Harus ada jalannya. Dari kuli, dari ngojek, mana bisa layak!" "Pah, sudah cukup! Sampai kapan pun Salma akan tetap memilih Hans," tegasku.Mendengar kalimatku, Hans melirik tak percaya. Sampai-sampai rautnya yang kesal karena dihina Papa sedikit memudar."Ya, teruslah hidup dengan pilihan awak yang keliru!" sinis Papa sambil berlalu dari hadapan kami.Mama kemudian menyusulnya. Mungkin mau memberi pengertian kepada P
Read more
Bab 27 Mendadak Dilamar
"Nih!" Kuserahkan surat pengunduran resmi saat Li Chen berkunjung."Apa ini?""Baca saja!"Dia membuka suratnya."Suratnya ditolak!""Serah deh, yang penting bagiku aku sudah mengundurkan diri.""Kamu kalau tidak mau masuk kantor, ya, bisa kerja dari rumah.""Ogah. Aku resign, titik!""Jangam gitu, nanti nyesel. Lahirkan saja anakmu! Nanti setelah lahiran, kamu bisa bekerja kembali.""Betul apa kata Bos-mu, Sal. Apa lagi setelah punya anak, kebutuhan akan meningkat. Mana boleh suamimu yang tiada guna tuh mencukupi." Tiba-tiba papa muncul dan nimbrung."Eh, Pah?" sapa Li Chen."Kacak (tampan) sangat awak hari ini," puji papa."Aduh, terima kasih, Pah." Dia tersenyum lebar sampai mata sipitnya tampak merem."Kamu mau apa ke sini?" selaku."Awak ini macam mana. Li Chen tamu spesial Papa," tegasnya."Aku disuruh Papa ke sini karena katanya mau diantar jalan-jalan lagi," imbuh Li."Oh. Aku enggak mau ikut.""Siapa juga yang mau ajak kamu, Sal?" ejek Li Chen."Bodo amat!" ketusku seraya be
Read more
Bab 28 POV Li Chen 1
Namanya Salma Ayunda. Sesuai karakteristik dari namanya yang berarti mandiri, pekerja keras, memiliki kemampuan berbicara dengan baik serta berparas cantik. Dia adalah teman sekelasku sewaktu sekolah di SMP. Di saat teman-teman cewek yang lain selalu berbicara so’ imut dan manja, ia justru selalu tegas dan lantang. Ia juga aktif di sebuah organisasi sekolah. Dalam berbagai kesempatan acara, ia selalu tampil percaya diri sebagai pembicara. “Aw! Dasar anak naka! Kamu ngintip, ya? Ayo ngaku!” cecarnya dalam sebuah toilet sambil melayangkan tinju tepat di hidungku.Darah segar pun mengalir dari kedua lubang hidung. Tentu saja aku sangat panik. Alih-alih menjawab pertanyaannya, aku lebih memilih menangis histeris.“Huhuhu …,” raungku.“Eh, murid baru, sudah diam! Kamu yang salah, kok, kamu juga yang nangis?” Mata dia menatap tajam dengan bibirnya yang mengatup marah.Ekpresi itu membuatku semakin takut dan tangisku semakin keras. Hal tersebut membuat beberapa murid penasaran. Tidak lama
Read more
Bab 29 POV Li Chen 2
Beberapa tahun kemudian. Salma sudah menikah dengan Hans dan sampai detik ini masih berstatus sebagai istrinya. Akan tetapi, ada yang mencurigakan dari Salma. Aku yakin rumah tangganya dengan Hans sedang tidak baik-baik saja. Tidak biasanya dia sering bolos dan sering izin cuti kerja. Bahkan katanya mau resign.Ada hal yang paling mencurigakan, kenapa Salma pura-pura hamil?Hari ini aku dapat telepon dari papa Salma, diminta untuk menemaninya jalan-jalan lagi. Oya, sebenarnya orang tua Salma sudah lama pindah ke Malaysia. Papanya memang asli orang sana. Sekarang ini, beliau sedang mengunjungi putrinya sudah beberapa hari di Indonesia. Kemarin pun aku menemaninya jalan-jalan ke pantai Pelabuhan Ratu. Dari situlah kutahu, kalau Salam sedang pura-pura hamil.Kedatanganku ke rumah Salma, disambut jutek olehnya. Dia juga menyodorkan surat pengunduran diri, meski kutolak mentah-mentah.Salma melengos meninggalkanku dan papanya begitu saja di ruang tamu. Masa bodoh! Aku ke sini memang untuk
Read more
Bab 30 Papa Kenapa
“Apa?” Mama-papa kompak menganga.Kenapa Li sampai bisa tahu bahwa aku tidak hamil? Kenapa dia tidak menanyakannya terlebih dahulu kepadaku untuk konfirmasi? Kenapa harus langsung mengatakannya kepada papa-mama? Tidak biasanya, dia tidak pengertian seperti ini.Setelah menyatakan perasaannya dan setelah membuka rahasiaku begitu saja, aku seperti tidak mengenalnya sebagai sosok Li yang selama ini.“Iya, Pah-Mah, Salma tidak hamil,” ulang Li Chen.Aish, betapa lancangnya dia. Benar-benar membuatku tersudut.“Salma, katakan apa yang Li cakap tuh betul?” tanya Papa.Aku hanya terdiam. Bingung harus bagaimana?“Jujurlah, Sal! Bagaimana pun, mereka itu orang tuamu,” desak Li.Kuhempaskan tangannya yang masih meraih tangan ini. “Ya. Salma memang tidak hamil,” tandasku pada akhirnnya.Jangan tanya bagaimana rasanya aku ingin marah kepada si Li Chen! Jangan harap semuanya akan tetap sama.“Oh mygod, tengok Mah, anak kita! Sampai berani menipu.” Papa berujar seraya memegang dadanya yang tiba-ti
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status