Semua Bab Baby CEO: Kehamilan yang Tak Diinginkan: Bab 31 - Bab 40
56 Bab
Bab 31
“Lili, Tuan Hanson memanggilmu.”Liliana yang semula sibuk mengerjakan dokumen di komputernya, menengadahkan kepala demi menatap sekretaris senior yang berdiri di depan kubikelnya.“Saya?” tanyanya dengan kening berkerut, menunjuk hidung menggunakan jari telunjuknya sendiri.“Ya. Pergi ke ruangannya sekarang juga.”“Apa saya melakukan kesalahan?”Dengan wajah tegang, Liliana berdiri dan menuntut penjelasan pada wanita paruh baya yang saat ini memindahkan kacamatanya ke atas kepala. Kemarin Liliana memang ditugaskan menyiapkan ruang rapat dan klien batal datang. Jadi, dia takut itu berimbas pada pekerjaannya.“Aku tidak tahu. Pergi sajalah. Kalau kamu memang bersalah, kamu seharusnya bertanggung jawab, bukan?”Liliana tidak menggeleng maupun mengangguk, hanya bisa meneguk ludah sambil berusaha menenangkan dirinya. Bagaimanapun juga, Hans terkenal begitu profesional dalam bekerja. Meskipun dirinya masuk dengan koneksi Felix, urusan pekerjaan tetap tak ada toleransi jika terjadi kesalaha
Baca selengkapnya
Bab 32
“Presdir, baru saja dokter Eva membawakan makan siang untuk Anda, tetapi dia terlihat terburu-buru. Ada pasien yang harus dirujuk ke rumah sakit karena kecelakaan kerja.”“Kecelakaan kerja?” Hans yang baru saja keluar dari ruang rapat, terkejut mendengar laporan dari asisten pribadinya.Pria dengan setelan warna abu-abu gelap itu menjelaskan situasi yang terjadi, di mana salah satu teknisi yang sedang memperbaiki mesin, tiba-tiba terjepit karena kurang hati-hati. Demi mendapatkan penanganan lebih lanjut, dokter merujuknya ke rumah sakit.“Baiklah. Kirimkan dokter lain ke sana dan bawa Eva kembali.”Raut wajah Bram terlihat sedikit ragu, tidak segera mengiyakan titah atasannya itu.“Kenapa?”“Dokter yang lain sedang ikut meninjau lokasi proyek.”“Proyek?”“Ya. Ada pembangunan cabang baru di pinggir kota. Sesuai instruksi Anda, dokter Eva harus selalu stand by di kantor, jadi dokter Yanuar yang selalu pergi ke lokasi proyek untuk mengecek keadaan para pekerja.”Seketika itu juga Hans se
Baca selengkapnya
Bab 33
Aroma daging panggang langsung menyapa hidung saat Eva menurunkan kaca jendela mobil di samping kirinya. Seketika, perutnya yang hanya diisi makanan tadi pagi, langsung mengirimkan sinyal rasa lapar.“Kau sudah bangun?”Hans tiba-tiba muncul dengan senyum semringah di wajahnya, membawa sepiring sayap ayam panggang yang tampak begitu menggugah selera.Kening Eva berkerut, tetapi tidak berkomentar apa pun saat Hans membuka pintu dan berjongkok di hadapannya.“Aku sengaja menyiapkan makanan untukmu. Bukankah kau lapar?”Meski dugaan Hans benar, tapi itu bukan hal utama yang membuat Eva membuka matanya dan memutuskan mengakhiri tidur. Dia lebih penasaran, kenapa Hans mengajaknya ke atas bukit?Melihat tak ada respons dari Eva, senyum di wajah Hans perlahan berkurang simpulnya. Pria itu tahu, suasana hati istrinya belum membaik. Terlebih, dia ‘berbohong’ demi mendapat kesempatan ini, menggunakan kuasanya sebagai atasan kepada bawahan.“Apa lokasi proyeknya masih jauh? Kenapa kita berhenti
Baca selengkapnya
Bab 34
“Aku tidak bisa menebak-nebak. Apa yang ingin kau katakan, katakan saja.” Eva tak lantas menjawab ucapan Hans, justru beranjak dari tempat duduknya semula. Wanita itu berjalan menjauh dari meja yang sempat digunakan untuk makan. Hans dengan cepat mengumpulkan sampah ke dalam satu wadah dan menyusul gadis yang saat ini sudah resmi berstatus sebagai istrinya. Keduanya berdiri di salah satu sisi bukit, menatap kota di kejauhan. Masing-masing sibuk dengan pemikirannya masing-masing. Dari sana, mereka bisa melihat kerlip lampu ibu kota yang tampak seperti kunang-kunang di kegelapan malam. “Aku membencimu, Hans.” Hans terkesiap, menatap wajah cantik yang tidak menunjukkan ekspresi apa pun. “Aku benci semua orang yang memiliki keluarga, terlebih mereka yang dimanjakan oleh orang tuanya.” Satu jarum tajam terasa menusuk jantung Hans. Suara pilu Eva terdengar menyiksa meski tak diucapkan dengan suara memelas. Terasa jelas penderitaan gadis itu yang harus berjuang keras untuk bertahan hid
Baca selengkapnya
Bab 35
Hari-hari setelah Hans mengajak Eva melihat bukit berbintang, juga memberikan cincin untuk melamarnya, tak ada interaksi berarti di antara keduanya. Pria itu disibukkan dengan pekerjaan yang tidak ada habisnya, membuatnya tidak sempat ‘mengganggu’ istrinya.Mereka hanya bertemu saat sarapan pagi, menyapa dan berbincang sekadarnya. Tak ada lagi percakapan, itu artinya tak ada perdebatan. Begitu tenang dan damai untuk Eva. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama saat Kuina tiba-tiba menghubungi Eva.“Eva, bagaimana keadaanmu, Nak?” Suara Kuina yang lembut terdengar begitu Eva mendekatkan ponsel ke telinga.“Aku baik, Ma.”“Syukurlah,” ucapnya sambil mengembuskan napas lega dan melanjutkan, “Kamu masih di kantor?”“Ya.”Eva melirik jam mungil di pergelangan tangan kirinya. Masih dua jam sebelum pulang kerja, tentu saja dia masih ada di Dirgantara Artha Graha sekarang demi memenuhi tanggung jawabnya.“Apa Hans bersamamu?” tanya Kuina, mengambil alih perhatian Eva kembali.“Hans?”“Ya.
Baca selengkapnya
Bab 36. Kelepasan Bicara
"Aku mau datang untuk makan malam karena menghormati Mama. Jangan membuatku kesal dengan permintaanmu itu, Hans!" Sorot mata tajam tampak jelas menunjukkan ketidaksukaan Eva terhadap suaminya. Dia mendengus, membuang muka dan kembali menatap pemandangan di luar mobil yang ditumpanginya. Hans menarik napas dalam, memahami keras kepala istrinya. "Baiklah, kalau memang kamu tidak ingin melakukannya, tolong jangan menjauh dari sisiku. Izinkan aku menunjukkan bahwa kamu—" "Terserah. Aku nggak peduli apa yang kamu lakukan. Jangan melewati batasanmu dan melakukan hal-hal yang membuatku marah. Minimalkan skinship. Ingat itu!" Hans mengangguk, menelan pil pahit yang harus ditanggungnya. Eva sama sekali tidak ingin bermesraan dengannya, tapi dia juga tidak bisa memaksa. Kenyamanan wanita itu adalah prioritas utama. Setelah berganti gaun kiriman Kuina dan merias diri dengan make up natural, Hans membawa Eva menuju kediaman keluarga besarnya. Langit senja menyambut mereka saat turun dari mob
Baca selengkapnya
Bab 37. Tuduhan Tak Berdasar
“Hey, kau, Gadis liar. Ikut denganku!”Tepat setelah mengatakannya, Kakek Hans melempar sendok dan garpu di tangannya. Terlihat jelas dia murka, tidak bisa menerima fakta bahwa cucunya sudah melakukan dosa besar sebelum menikahi Eva.Suasana canggung semakin terasa saat pria tua itu menepis tangan sang istri yang berusaha membujuk sambil menahan kursi rodanya. Dia sudah keterlaluan. Kata-katanya terlalu kasar dan tidak bermoral.“Selain gadis itu, tidak ada yang boleh memasuki ruang bacaku!” sentak Kakek Hans jengkel.Kursi roda otomatis itu berjalan menjauhi ruang makan, membuat semua orang kehilangan selera. Kuina yang semakin merasa bersalah, saat ini menatap Hans dan Eva dengan penyesalan terbesarnya.“Sayang, maaf, Mama sudah salah bicara. Biar Mama bantu kamu bicara dengan Kakek Hans, ya.”Eva terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Kehadirannya jelas tak disambut, ditambah lagi Kuina salah ucap. Harga dirinya bagaikan debu. Tak berarti sama sekali.Melihat Eva tertegun tanpa mer
Baca selengkapnya
Bab 38. Semesta Mengikat Mereka
Hans keluar dari kamar dengan rambut yang masih basah. Dia tidak bisa berpikir jernih, jadi memutuskan mandi terlebih dahulu. Setelah itu, dia turun ke dapur dan mengambil beberapa bahan makanan dari kulkas.“Tuan, apa Anda ingin memasak sesuatu? Biarkan saya yang melakukannya.”Seorang asisten rumah tangga bertanya setelah menundukkan kepala, merasa tidak enak hati melihat tuannya melakukan pekerjaan yang menjadi tanggungannya.“Tidak apa. Aku ingin masak sendiri kali ini. Kau istirahat saja.” Wanita paruh baya itu membuka mulutnya, tapi urung bertanya lebih lanjut. Matanya justru tidak sadar melirik ke arah jam dinding dan menyadari sesuatu. Agenda makan malam keluarga tidak berjalan dengan baik, membuat Hans dan Eva pulang lebih awal.“Ada apa lagi?”Suara Hanson membuat wanita itu menggeleng dan segera pergi setelah berpamitan, menyisakan keheningan. Hanya terdengar suara pisau yang mencacah bawang merah dan bawang putih.Meski tidak pernah mengambil sekolah memasak, tapi Hans bi
Baca selengkapnya
Bab 39. Si Kepala Batu
“Eve, kau sudah bangun?” Suara serak Hans menarik kesadaran Eva yang baru saja berbalik badan dan siap kembali melanjutkan tidur. Detik itu juga, tubuhnya menegang dan membuka mata lebar-lebar. Aroma maskulin tercium bersama sebuah lengan yang terulur segaris lurus dengan arah tatapannya. “Aku lihat kau begitu nyenyak, jadi aku tidak berani mengganggu.” Eva menahan napasnya, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Kenapa dia bisa tidur di kamar Hans, bahkan berbagi ranjang dengannya? Belum sempat Eva menemukan jawaban, Hans lebih dulu mendekat ke arahnya dan berbisik, “Terima kasih karena sudah mengizinkanku memelukmu semalaman.” Mata indah Eva membulat dan membuatnya beranjak duduk seketika. Namun, tangan kekar pria itu menahan perutnya erat-erat dan tidak mengizinkan wanita itu meninggalkannya meski hanya sejengkal saja. “Tenanglah, aku tidak akan melakukan hal-hal di luar kendali. Justru jika kau bergerak tiba-tiba, aku takut milikku di bawah sana akan terangsang dan benar
Baca selengkapnya
Bab 40. Berbeda dengan Gadis Lainnya
WARNING! ADULT CONTENT"Kau tidak bisa menarik kembali ucapanmu, Eve!" kata Hans setelah menarik diri, menatap wajah Eva yang masih sibuk menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya. Pria itu mencium Eva sampai membuatnya kehabisan napas!Ibu jarinya yang terasa sedikit kasar masih bersemayam di sudut bibir Eva, menyentuhnya dengan penuh cinta. Jika menurutkan egonya, dia sudah melahap bibir tipis itu lagi dan kembali menjelajah isi mulutnya dengan leluasa. Namun, Hans tidak ingin membuat Eva marah dan memperburuk hubungan mereka. Dia harus bersabar.Eva mendorong tubuh Hans ke samping, segera duduk dan menghabiskan segelas air putih di atas nakas hanya dalam beberapa tegukan. Tenggorokannya benar-benar kering, gugup dan marah di saat yang sama. Sayangnya, entah kenapa dia justru menikmati perlakuan Hans, tidak merasa keberatan maupun menolaknya mati-matian.Belum selesai menetralkan detak jantungnya yang berdegup tiga kali lebih kencang dari irama normalnya, kedua ta
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status