Prekuel "Terpaksa Menikahi CEO" "Aku akan terus datang sebelum kau setuju menikah denganku.” "Apa kamu gila?!" teriak Eva yang sudah kehabisan kesabarannya. "Aku tidak gila. Aku hanya berusaha mempertanggungjawabkan apa yang terjadi. Ada anakku di perutmu. Bagaimana mungkin aku bisa mengabaikannya?" "Kenapa tidak bisa? Aku tidak akan menikah dengan pria licik sepertimu." Penolakan Evalia terhadap pernyataan cinta Hanson Dirgantara justru membawa bencana, membuatnya terjebak bersama pria itu dan hamil tanpa adanya ikatan pernikahan. Berbagai kesalahpahaman membuat Eva semakin membenci pria itu. Permasalahan semakin pelik saat Eva menolak menikah dengan Hans, bahkan berusaha menggugurkan Baby CEO di perutnya. Sanggupkah Hans menaklukkan Eva? Tambahkan buku ini ke rak bacaan kalian dan ikuti kelanjutan kisahnya. Jangan lupa ikuti akun hanazawa.hana untuk info novel terbaru author! Selamat membaca^^
Lihat lebih banyakHachu!Hachu!Eva terusik mendengar suara bersin-bersin yang terasa begitu dekat dengannya. Dia langsung membuka mata dan mendapati punggung Hans berjalan menjauh, memasuki kamar mandi dan terdengar membuang lendir di hidungnya.Apa yang terjadi dengan Hans? Apa dia sakit?Namun, tanya itu belum terjawab saat Eva kembali mengerutkan kening. Saat memutuskan untuk bangun dari tempat tidur, sebuah kain yang terasa sedikit basah, terjatuh dari dahinya, tergeletak tepat di pangkuan.“Apa ini?” gumamnya lirih, meraba keningnya sendiri. “Apa aku demam semalam?”Suara pintu kamar mandi terbuka, membawa pria dengan wajah sayu keluar dari sana. Tangannya sibuk menyeka hidung dengan tisu sebelum membuatnya jadi gumpalan dan melemparnya ke tempat sampah.Hans masih menunduk, belum menyadari tatapan penuh tanda tanya dari Eva.“Kamu sakit, Hans?”Pertanyaan Eva membuat Hans sedikit tersentak, langsung mendongak dan bertatapan dengan sang istri. Dia tidak tahu kapan wanita itu terbangun dari tidur
“Tutup matamu, Eve.”“Apa yang ingin kamu lakukan, Hans?”Evalia mengerutkan kening, menoleh sambil mencoba melepas tautan jemari Hans yang menempel erat di perutnya.“Tutup saja. Aku tidak akan melakukan apa pun. Ciuman tadi sudah cukup memuaskanku.”“Kamu!”Seketika wajah cantik Eva tersipu. Pipinya merona kemerahan, membuat senyuman Hans semakin lebar. Dia menikmati pemandangan di depannya tanpa berkedip. Gadis itu benar-benar menggemaskan!“Sudah, tutup matamu. Menurutlah. Aku tidak akan melakukan hal-hal yang membuatmu marah. Kau bisa memegang ucapanku, Eve.”Suara bisikan Hans yang teramat lembut benar-benar membuat Eva tak bisa berkata-kata. Dia hanya bisa menurut, menutup matanya sambil menetralkan degup jantungnya yang perlahan berdegup semakin kencang.Seberapa kuat pun Eva menolak, pesona Hans berhasil meruntuhkan pertahanannya. Jika boleh jujur, dia mulai menaruh perhatian lebih kepada pria itu. Bibit-bibit cinta mulai tumbuh di hatinya.Tinggal di bawah atap yang sama sel
Kedua mata Eva terpejam, membiarkan Hans membelit lidahnya. Dia benar-benar tidak bertenaga, memutuskan melingkarkan kedua tangannya di belakang leher sang pria. Ciuman itu benar-benar memabukkan, membuatnya terlena.Sejak kapan Hans menjadi begitu mahir? Apa pria itu memiliki banyak kekasih saat di luar negeri?Berbagai pemikiran menyusup ke dalam akal sehat Eva begitu saja, merasa kacau saat membayangkan ada gadis lain yang pernah atau bahkan sering beradu saliva dengan Hans. Hati kecilnya tidak rela!“Ini masih terlalu dini untuk bercinta. Pergilah ke kamar kalian. Jangan menodai mata orang tua ini.”Suara nenek membuat Eva mendapatkan kembali kesadarannya, membuka mata dan mendorong tubuh Hans sambil menutup mulutnya dengan tangan. Wajahnya terasa panas, pipinya tampak bersemu merah, percampuran antara malu dan salah tingkah karena tertangkap basah.Nenek melewati Hans dan Eva, mengambil keranjang untuk diisi anggur hijau yang baru dipanen. Wanita itu tidak bicara lagi, hanya meli
Hans memicingkan matanya menatap punggung Thomas yang berlalu menjauh. Jelas sekali pria tua itu sudah membuat rencana ‘khusus’ untuknya dan Eva. Entah hal yang baik atau buruk, Hans sama sekali tidak bisa mengerti jalan pikiran kakeknya.“Kak!”Tepat saat Hans memalingkan wajah untuk kembali mengamati istrinya, seorang gadis tiba-tiba muncul. Dia Hana, salah satu sepupu jauh yang cukup dekat dengan Hans.“Apa Kak Eva benar-benar hamil? Kenapa perutnya masih kecil?”Hans mendengus, mengulurkan tangan demi mengacak rambut sepupunya yang beberapa bulan lagi berusia lima belas tahun itu. Dia satu-satunya yang masih polos dan murni hatinya, tidak seperti sepupu-sepupu yang lain.“Anak kecil, untuk apa menanyakan hal-hal seperti itu, heh!? Belajar saja yang benar dan masuk sekolah favoritmu. Kakak akan berikan hadiah spesial jika kau mendapat peringkat satu.”Hana mengerucutkan bibirnya sambil mengucap “Puh” pelan, menghempas tangan Hans dengan wajah masam.“Aku nggak butuh hadiah darimu,
WARNING! ADULT CONTENT"Kau tidak bisa menarik kembali ucapanmu, Eve!" kata Hans setelah menarik diri, menatap wajah Eva yang masih sibuk menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk mengisi paru-parunya. Pria itu mencium Eva sampai membuatnya kehabisan napas!Ibu jarinya yang terasa sedikit kasar masih bersemayam di sudut bibir Eva, menyentuhnya dengan penuh cinta. Jika menurutkan egonya, dia sudah melahap bibir tipis itu lagi dan kembali menjelajah isi mulutnya dengan leluasa. Namun, Hans tidak ingin membuat Eva marah dan memperburuk hubungan mereka. Dia harus bersabar.Eva mendorong tubuh Hans ke samping, segera duduk dan menghabiskan segelas air putih di atas nakas hanya dalam beberapa tegukan. Tenggorokannya benar-benar kering, gugup dan marah di saat yang sama. Sayangnya, entah kenapa dia justru menikmati perlakuan Hans, tidak merasa keberatan maupun menolaknya mati-matian.Belum selesai menetralkan detak jantungnya yang berdegup tiga kali lebih kencang dari irama normalnya, kedua ta
“Eve, kau sudah bangun?” Suara serak Hans menarik kesadaran Eva yang baru saja berbalik badan dan siap kembali melanjutkan tidur. Detik itu juga, tubuhnya menegang dan membuka mata lebar-lebar. Aroma maskulin tercium bersama sebuah lengan yang terulur segaris lurus dengan arah tatapannya. “Aku lihat kau begitu nyenyak, jadi aku tidak berani mengganggu.” Eva menahan napasnya, mencoba mengingat apa yang terjadi semalam. Kenapa dia bisa tidur di kamar Hans, bahkan berbagi ranjang dengannya? Belum sempat Eva menemukan jawaban, Hans lebih dulu mendekat ke arahnya dan berbisik, “Terima kasih karena sudah mengizinkanku memelukmu semalaman.” Mata indah Eva membulat dan membuatnya beranjak duduk seketika. Namun, tangan kekar pria itu menahan perutnya erat-erat dan tidak mengizinkan wanita itu meninggalkannya meski hanya sejengkal saja. “Tenanglah, aku tidak akan melakukan hal-hal di luar kendali. Justru jika kau bergerak tiba-tiba, aku takut milikku di bawah sana akan terangsang dan benar
Hans keluar dari kamar dengan rambut yang masih basah. Dia tidak bisa berpikir jernih, jadi memutuskan mandi terlebih dahulu. Setelah itu, dia turun ke dapur dan mengambil beberapa bahan makanan dari kulkas.“Tuan, apa Anda ingin memasak sesuatu? Biarkan saya yang melakukannya.”Seorang asisten rumah tangga bertanya setelah menundukkan kepala, merasa tidak enak hati melihat tuannya melakukan pekerjaan yang menjadi tanggungannya.“Tidak apa. Aku ingin masak sendiri kali ini. Kau istirahat saja.” Wanita paruh baya itu membuka mulutnya, tapi urung bertanya lebih lanjut. Matanya justru tidak sadar melirik ke arah jam dinding dan menyadari sesuatu. Agenda makan malam keluarga tidak berjalan dengan baik, membuat Hans dan Eva pulang lebih awal.“Ada apa lagi?”Suara Hanson membuat wanita itu menggeleng dan segera pergi setelah berpamitan, menyisakan keheningan. Hanya terdengar suara pisau yang mencacah bawang merah dan bawang putih.Meski tidak pernah mengambil sekolah memasak, tapi Hans bi
“Hey, kau, Gadis liar. Ikut denganku!”Tepat setelah mengatakannya, Kakek Hans melempar sendok dan garpu di tangannya. Terlihat jelas dia murka, tidak bisa menerima fakta bahwa cucunya sudah melakukan dosa besar sebelum menikahi Eva.Suasana canggung semakin terasa saat pria tua itu menepis tangan sang istri yang berusaha membujuk sambil menahan kursi rodanya. Dia sudah keterlaluan. Kata-katanya terlalu kasar dan tidak bermoral.“Selain gadis itu, tidak ada yang boleh memasuki ruang bacaku!” sentak Kakek Hans jengkel.Kursi roda otomatis itu berjalan menjauhi ruang makan, membuat semua orang kehilangan selera. Kuina yang semakin merasa bersalah, saat ini menatap Hans dan Eva dengan penyesalan terbesarnya.“Sayang, maaf, Mama sudah salah bicara. Biar Mama bantu kamu bicara dengan Kakek Hans, ya.”Eva terdiam, tidak tahu harus berbuat apa. Kehadirannya jelas tak disambut, ditambah lagi Kuina salah ucap. Harga dirinya bagaikan debu. Tak berarti sama sekali.Melihat Eva tertegun tanpa mer
"Aku mau datang untuk makan malam karena menghormati Mama. Jangan membuatku kesal dengan permintaanmu itu, Hans!" Sorot mata tajam tampak jelas menunjukkan ketidaksukaan Eva terhadap suaminya. Dia mendengus, membuang muka dan kembali menatap pemandangan di luar mobil yang ditumpanginya. Hans menarik napas dalam, memahami keras kepala istrinya. "Baiklah, kalau memang kamu tidak ingin melakukannya, tolong jangan menjauh dari sisiku. Izinkan aku menunjukkan bahwa kamu—" "Terserah. Aku nggak peduli apa yang kamu lakukan. Jangan melewati batasanmu dan melakukan hal-hal yang membuatku marah. Minimalkan skinship. Ingat itu!" Hans mengangguk, menelan pil pahit yang harus ditanggungnya. Eva sama sekali tidak ingin bermesraan dengannya, tapi dia juga tidak bisa memaksa. Kenyamanan wanita itu adalah prioritas utama. Setelah berganti gaun kiriman Kuina dan merias diri dengan make up natural, Hans membawa Eva menuju kediaman keluarga besarnya. Langit senja menyambut mereka saat turun dari mob
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.