Lahat ng Kabanata ng PERNIKAHAN KEDUA: Kabanata 11 - Kabanata 20
62 Kabanata
Bab 11
PERNIKAHAN KEDUA 11Kami saling bertatapan sejenak. Memandang anak tangga yang melingkar itu sesungguhnya hatiku gentar. Kalau jatuh dari sana, akan jadi apa? Berpikir cepat, sebelum Diaz melakukan apapun yang ada di pikirannya, aku melangkahkan maju sambil menarik tangannya memutar menjauhi tangga yang tampak mengancam itu. Diaz yang tak menyangka dan sama sekali tak siap menjerit mendapati tubuhnya memutar dan berakhir di atas karpet tebal dengan posisi telungkup. Sementara aku sendiri jatuh lebih dulu, terduduk di atas karpet."Aww.. Sialan lo Key. Awas kalau gitar gue rusak!"Dia lebih mengkhawatirkan gitarnya dari pada tangannya yang kupelintir tadi. Lalu…"Aww… tangan gue…!"Nah kan. Aku menarik nafas dalam-dalam. Diaz bangkit dan menjerit lagi merasakan sakit di pergelangan tangannya."Gue keseleo beneran! Gila!""Kan gue udah pernah bilang…""Trus gimana gue main gitar?""Ya libur dulu. Ujian tinggal dua bulan lagi. Gitar lo nggak bakalan kemana-mana."Diaz masih terus menyum
Magbasa pa
Bab 12
PERNIKAHAN KEDUA 12Rania.Kami saling tatap tanpa sedikitpun senyum. Meski dia dua tahun lebih muda dariku, tubuhnya tinggi besar. Dan jangan lupakan roknya yang pendek dengan kemeja seragam pas body. Dia cantik tentu saja, dengan rambut ikal berwarna coklat yang tergerai di atas punggung, melambai lembut tertiup angin sore.Aku sungguh ingin bertanya kabar Ibu, tapi sekuatnya kutahan karena dari tatapan matanya aku tahu bahwa jawaban yang dia berikan akan menyakitiku. "Key! Ayo pulang!"Seruan Diaz membuatku menoleh. Dia berdiri menunggu di dekat gerbang pemakaman. Aku mengangguk, namun tiba-tiba saja Rani mencekal tanganku."Bagaimana kamu bisa kenal Diaz?"Aku memandangnya dalam-dalam, dan menarik tanganku hingga lepas dari cekalannya."Bukan urusanmu.""Urusanku. Diaz itu pacarku.""Rasanya aku tadi mendengar Diaz bilang kalau kalian sudah putus."Wajah Rani cemberut."Jadi kamu mau balas dendam karena Papaku mengambil Ibumu?" Dia tersenyum miring, jelas sekali mengejek."Ayahmu
Magbasa pa
Bab 13
PERNIKAHAN KEDUA 13PoV IBUDadaku berdebar kencang membaca pesan Keysha yang baru saja masuk. Sebuah pesan dengan nada menghiba dan memohon. Anakku yang lembut hati, begitu mudah memaafkan padahal aku tak pernah meminta. Padahal luka yang kutorehkan di hatinya amatlah dalam.Tak terasa air mataku membasahi pipi, sebisa mungkin aku mencoba tak terisak ataupun membuat gerakan agar tak membangunkan Mas Reyhan yang tidur dalam selimut yang sama di sebelahku. Dia tak boleh tahu bahwa aku baru saja membuka blokiranku pada nomor WA Keysha. Aku membukanya karena teringat, besok adalah hari ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Hari yang istimewa bagi setiap remaja. Tapi, aku bahkan telah merenggut masa remajanya yang indah. Bagaimana dia bisa bertahan hidup? Bersekolah sambil membawa Kiara. Dan dari mana dia mendapat uang untuk makan? Apakah mereka makan dengan kenyang? Apakah Ara masih suka minta susu?Tuhan, kenapa kesalahan yang kulakukan dimasa lalu menyakiti anakku sedalam itu?Tujuh bela
Magbasa pa
Bab 14
PERNIKAHAN KEDUA 14(Selamat Ulang Tahun Keysha, Guru gue yang galak. Lo mau kado apa? Cepat balas sebelum gue berubah pikiran.)Aku menghapus air mata yang mengaliri pipi. Membaca pesan itu membuatku tertawa, tertawa sambil menangis. Begitu maha adilnya Allah hingga dia mengirimkan orang-orang baik di sekitarku, yang selalu menghapus setiap air mata yang menitik sebelum menjadi banjir.(Aku nggak mau kado Diaz. Aku sudah cukup bahagia kalau kamu belajar dengan benar.)Balasannya langsung masuk seketika itu juga.(Belajar atau nggak itu urusan gue. Gue sukses atau nggak itu juga nggak ada urusannya sama lo. Yang gue tanya, kado yang lo inginkan dan nggak ada sangkut pautnya sama gue.)Diaz, meski bicaranya Lo gue, dia seorang pengamat yang baik.(Kalau gitu, doain aku dan Ara bisa ketemu lagi sama Ibu ya, dan do'akan Ibuku baik-baik saja dan selalu bahagia.)Lama tak kuterima balasannya. Entah sedang apa dia. Aku meletakkan ponsel di atas meja kecil tempatku menaruh buku pelajaran dan
Magbasa pa
Bab 15
PERNIKAHAN KEDUA 15Rumah ini mungil, tapi sangat nyaman. Ada dua kamar di sana, salah satunya diperuntukkan untukku dan Kiara. Sebuah kamar dengan tempat tidur berukuran sedang, cukup untuk kami berdua, lemari dari kayu yang halus - lemarinya kosong - dan juga sebuah meja belajar dengan kursi yang empuk dan nyaman."Bu Guru sama adek cantik tidur di sini ya. Tadi kamarnya sudah Mbok bersihkan, sprei nya baru diganti juga begitu Mas Zaid bilang ada yang mau nempatin.""Makasih banyak, Mbok. Oh ya, jangan panggil saya Bu Guru, saya cuma nemanin Diaz belajar dan saya juga masih sekolah loh. Nama saya Keysha dan adik saya Kiara. Dia biasa dipanggil Ara."Mbok Imas tersenyum dan mengangguk-angguk."Yo wis, taruh dulu tasnya di dalam, sebentar lagi kita sarapan bareng. Mbok mau goreng bakwan jagung.""Saya bantu ya Mbok."Aku bergegas meletakkan tas di dalam kamar dan mengekori langkah Mbok Imas ke dapur. Kiara sudah menghilang. Aku kembali ke depan hendak melihat Kiara dan tertegun meliha
Magbasa pa
Bab 16
PERNIKAHAN KEDUA 16Seperti biasa, aku hanya bisa bermain ponsel ketika Kiara sudah tidur. Kotak coklat itu kuletakkan di atas meja belajar. Merasakan lagi tidur di kamar yang nyaman ini, hatiku dipenuhi rasa syukur. Apalagi Kiara langsung lelap, tak seperti di kamar kost-an dulu. Dia sempat rewel selama beberapa hari, bahkan sempat demam.Kubuka aplikasi WA, dan kontak yang pertama kulihat adalah milik Ibu, berharap beliau membuka blokiran WA-nya. Tapi nihil. Di daftar chat paling atas, aku justru mendapati chat dari Diaz yang dikirimnya tadi pagi.(Lo kemana? Katanya mau ke makam Ayah lo?)Aku tertegun. Apalagi kemudian dia mengirimkan foto makam Ayah.(Ini tadi gue nanya sama Lea. Tapi rupanya gue kena prank.)(Key?)Lalu terakhir dia mengirimkan foto tangannya meletakkan bunga mawar merah di atas makam Ayah. Aku menghela nafas, ternyata bunga itu dari Diaz. Berapa lama dia disana? Apakah dia tahu bahwa Bang Zaid yang lebih dulu datang?Ragu, aku mencoba mengirimkan pesan padanya.
Magbasa pa
Bab 17
PERNIKAHAN KEDUA 17Aku kembali memutar arah menuju jalan pulang. Hatiku nelangsa, mengingat api yang membakar matanya tadi. Diaz, kembali seperti Diaz yang kutemui di hari pertama. Dia memandangku tanpa senyum, dan mengucapkan kata-kata yang tak kumengerti."Kalau begitu, mulai sekarang sebaiknya Lo urus Bang Zaid, semua jadwalnya, pekerjaannya, makanannya. Dia lebih membutuhkan Lo daripada gue. Dan Lo juga lebih membutuhkan dia daripada gue. Klop kan?"Apa sih maksudnya? Kenapa dia bilang kayak gitu? Dia kan tahu aku dibayar untuk jadi gurunya, satpam, atau bahkan pengawal pribadinya. Aku harus memastikan dia pulang tepat waktu dan belajar dengan benar. Tapi hari ini, dia seperti sengaja terlambat pulang. Dan… apakah dia lupa bahwa seharusnya hari ini aku gajian?"Tapi, minggu depan sudah mulai PAS, Diaz. Kita harus belajar. Kalau…""Kan sudah gue bilang, kesuksesan gue nggak ada urusannya dengan lo. Pulang sana!""Diaz, tolong jangan mempersulitku."Diaz hanya memandangku, lalu ber
Magbasa pa
Bab 18
PERNIKAHAN KEDUA 18Aku mulai memisahkan uang gaji itu ke dalam amplop. Uang bensin, SPP sekolah, karena meski sekolahku negeri, aku masih membayar uang SPP. Aku juga menyisihkan uang untuk mendaftarkan Ara ke sekolah TK besok. Sekolah biasa saja, tak perlu mahal yang penting punya guru-guru yang keibuan. Selain itu juga membeli beberapa keperluan, seperti sabun dan sampo. Semuanya kucari yang murah dan kalau bisa dengan harga promo. Aku jadi ingat Ibu, dulu aku sering menemani Ibu belanja, berburu barang promo. Kami tidak bisa terpaku pada satu merk saja. Hasilnya, kami bisa tinggal di rumah yang nyaman, makan makanan bergizi setiap hari, dan yang terpenting Ayah dan Ibu bisa menabung. Meski akhirnya semua tabungan itu tidak kami nikmati.Setelah semuanya kumasukkan ke dalam amplop yang sudah ditulisi, aku menyisihkan satu juta rupiah untuk kuberikan pada Mbok Imas. Meski semua kebutuhan disuplai Bang Zaid, siapa tahu ada yang kurang. Beli gas? Minyak goreng? Garam? Diam-diam aku ter
Magbasa pa
Bab 19
PERNIKAHAN KEDUA 19"Aku sudah kembali, Zaid. Setahun lamanya aku berusaha melupakan kamu, tapi nggak bisa. Tolong beri aku satu kesempatan lagi, plis. You're still the one."Aku terdiam mendengar kalimat itu, menikmati rasa terbakar di dalam dada. Sebuah rasa yang aneh dan membuatku sesak. Aku sudah cukup dewasa untuk mengerti apa yang terjadi, apa maksud kalimatnya dan tentu saja menerka siapa gadis cantik berpakaian modis iniini, tapi rasa ini, baru sekali kualami. Sejak tadi, dia bahkan tak menoleh padaku, seakan-akan aku tak ada di dekatnya."Celine, maaf. Tak pernah ada dalam kamus hidupku menjilat lagi ludah yang sudah kubuang. Dan tentunya aku akan menghargai kalau kau melakukan hal yang sama.""Tapi Zaid, aku hanya khilaf waktu itu. Bukankah berkali-kali aku minta maaf?""Aku memaafkanmu, tapi tidak untuk menjalin kembali hubungan yang sudah kandas."Rasanya, aku tak pantas berada disini. Berada di antara dua orang yang pernah punya kisah di masa lalu. Diam-diam, aku mundur d
Magbasa pa
Bab 20
PERNIKAHAN KEDUA 20PoV ZAID"Abang jalan sama Keysha?"Aku menatap Diaz yang masih memandang curiga. Sambil tersenyum, kuajak dia masuk ke ruang tengah."Abang tadi ngajak Keysha ke Bank, bikin rekening supaya besok kalau gajian bisa langsung di transfer.""Loh, emang dia mau lama ya jadi guruku?""Hemm… sepertinya sampai kamu lulus. Paling terjeda sedikit saat dia MABA nanti. Tapi kan bisa diatur lagi waktunya."Diaz meraih remote di atas meja dan menyalakan televisi."Sepertinya, Abang seneng banget sama Keysha."Aku tertawa."Tentu saja Abang senang. Kamu banyak kemajuan dan udah sebulan ini Abang nggak dipanggil guru BP."Diaz nyengir, matanya masih fokus pada layar televisi. Aku berdiri sambil menepuk bahunya."Jangan lupa, besok sudah mulai belajar lagi. Kasih kejutan sama Abang dengan nilai kamu. Nanti, Abang sendiri yang anter kamu ke London."Mata adikku berbinar, dia langsung mengangguk. Aku melangkah masuk ke dalam kamar, mengeluarkan ponsel dan memandang seraut wajah yang
Magbasa pa
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status