All Chapters of PERNIKAHAN KEDUA: Chapter 51 - Chapter 60
62 Chapters
Bab 51
PERNIKAHAN KEDUA 51PoV KEYSHA"Begitu Ibumu menikah dengan lelaki pembawa sial itu, kau langsung hadir dalam rahimnya. Maka kau sama saja dengan Ayahnya, anak pembawa sial. Pergi! Jangan pernah tampakkan lagi wajahmu di depanku!"Satu tahun yang lalu, aku pernah nekad datang sendirian ke rumah Eyang. Demi melihat Ibu yang kerap bersedih karena kedatangannya selalu ditolak, dan Ayah yang tak mampu berbuat apa-apa. Aku pikir, jika aku datang sendirian, mungkin saja Eyang akan luluh.Nyatanya tidak. Sama seperti kedatangan kami sebelumnya, Eyang mengusir ku, dan masih ditambahi kata-kata yang menyakitkan."Pergi! Kau dan Ayahmu sama-sama pembawa sial. Selamanya aku tak akan memaafkan kalian berdua!"Dan kini, aku duduk di hadapannya dengan berlinang air mata. Bagaimanapun dia menolak, darahnya lah yang mengalir di tubuhku. Mungkin benar kata Eyang, aku anak pembawa sial. Eyang dan Mbak Riri, meninggal karena aku, di hari pernikahanku."Maafkan aku Eyang. Saat itu, aku hanya ingin Eyang
Read more
Bab 52
PERNIKAHAN KEDUA 52"Oke, aku rubah pertanyaannya. Apa kau menyesal menikah muda?"Aku menoleh dengan terkejut. Kupegang bahunya. Bang Zaid menghela napas tanpa menoleh, tetap fokus pada jalanan di depan."Maaf sayang. Aku hanya sedang cemburu. Melihat dirimu begitu muda dan cantik, dikelilingi remaja seusiamu yang memandang kagum pada kecantikanmu. Aku merasa…"Kalimatnya terhenti oleh ciumanku di pipinya. Aku menyandarkan kepala di bahu lelakiku dengan manja."Bertemu dan menikah dengan Abang, adalah anugerah terbesar dalam hidupku. Tolong jangan ragukan lagi."Dari kaca spion aku melihat Bang Zaid tersenyum, memiringkan kepalanya sedikit sehingga kepala kami saling bersentuhan. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan dalam diam, memandangi wiper yang bergerak dinamis menyingkirkan gerimis yang jatuh di kaca depan.Sampai rumah, Kiara menyambut dengan segala celotehnya tentang sekolah. Sejak Rani tak lagi tinggal disini, Ara menjadi semakin akrab dengan Bibik-bibik yang menganggapny
Read more
Bab 53
PERNIKAHAN KEDUA 53Empat tahun kemudian."... Sungguh, jika saya harus mengucapkan terima kasih pada orang-orang yang telah berjasa di hidup saya, akan sangat banyak dan panjang hingga mungkin tak akan cukup waktu sepuluh menit. Untuk Almarhum Ayah dan Ibu, yang telah mengajari saya untuk kuat. Sahabat saya Lea Khumaira yang selalu ada di setiap langkah saya. Adik-adik saya, Diaz, Rani, dan Kiara yang selalu mampu membuat saya tersenyum. Dan akhirnya, terima kasih saya ucapkan pada orang yang paling berharga dalam hidup saya, suami saya tercinta, Muhammad Zaidan Adhyaksa, yang tak pernah lelah menjadi penopang dan selalu ada untuk mengusap air mata saya. Terima kasih. Saya berdiri disini karenamu."Suasana gedung serba guna Unila senyap sesaat. Sebelum akhirnya tepuk tangan menggema, mengucapkan selamat pada lulusan terbaik fakultas teknik tahun ini. Aku, Keysha Veronika Arman, yang empat tahun lalu hanya lah seorang gadis muda yang kebingungan hendak melangkah kemana. Keluar dari ru
Read more
Bab 54
PERNIKAHAN KEDUA 54Aku memasukkan tiga stel baju Bang Zaid ke dalam travel bag, beberapa pakaian dalam, handuk dan peralatan mandinya. Sambil cemberut, ku masukkan juga charger ponselnya ke dalam kantong kecil di samping tas berwarna hitam itu."Hey, jangan cemberut. Abang hanya pergi dua hari saja."Aku mendongak."Kenapa akhir-akhir ini Abang sering sekali pergi ke luar kota? Aku kesepian, anakmu di dalam sini, selalu saja rewel kalau Abang nggak di rumah."Bang Zaid tertawa kecil, meraih tanganku dan melingkarkan nya di lehernya sendiri sementara dia memeluk pinggangku. Kami saling bertatapan dan aku tak bisa tak terpesona melihat ketampanan wajahnya."Hemm… yang rewel, anakku ataukah Ibunya?"Aku ikut tertawa, malu karena tebakannya yang jitu. Kami memang baru saja mendapat kabar gembira, kehamilan yang telah kami rencanakan sejak aku lulus kuliah tiga bulan lalu langsung dikabulkan oleh Allah. Usia kandunganku kini sepuluh minggu dan aku bersyukur tidak mengalami emesis berlebiha
Read more
Bab 55
PERNIKAHAN KEDUA 55Lagu itu meresap ke dalam jiwa, mengobrak-abrik perasaanku hingga ke relung hati terdalam. Betapa banyak kematian memisahkanku dengan orang-orang yang kucintai. Apalagi ketika aku tahu bahwa yang menyanyikan lagu itu bukan Diaz, tapi Bang Zaid. Tentu saja, apa yang kupikirkan? Diaz jauh di London sana. Dia tak mungkin bisa muncul tiba-tiba.Sambil memeluk tanganku sendiri, meredam rasa gelisah, aku meneruskan langkah hingga ke balkon yang menghadap taman belakang. Pantas saja Bang Zaid tak mendengarku pulang. Di kursi malas yang biasa diduduki Diaz, dia duduk sambil memeluk gitar kesayangan adiknya itu. Aku tak menduga kalau dia juga pintar bermusik dan suaranya indah.Dari belakang, siluet dirinya duduk di situ saja sudah membuatku bergetar. Kenapa Bang Zaid harus menyanyikan lagu sepedih ini? Kemana dia pergi selama ini? Benarkah masalah kerjaan? Dan mengapa? Semakin hari, tubuhnya semakin kurus saja?Air mataku menetes bahkan sebelum aku sempat menyentuh bahuny
Read more
Bab 56
PERNIKAHAN KEDUA 56Air mata yang meluncur tanpa kendali ini mengaburkan penglihatanku. Rasa perih bagai diremas-remas menguasai hati. Bang Zaid sengaja menyembunyikan penyakitnya dariku karena dia tak mau melihatku sedih. Dia menyimpannya sendiri. Sudah sejak kapan Bang Zaid sakit? Ya Allah, istri macam apa aku ini? Yang tak tahu bahwa suamiku sakit separah itu. Ya, aku tahu bahwa penyakitnya serius. Karena kini, Bang Zaid berjalan memasuki klinik hemodialisa.Adakah yang terlewat di mataku? Selain wajahnya yang sesekali pucat dan lemas, juga kebiasaannya pergi ke luar kota dua minggu sekali, tak ada yang aneh. Ya Allah, bukankah penyakit itu sakit sekali rasanya? Bagaimana dia bisa menahan semua itu dan bersikap biasa saja di depanku?Kuhapus air mata, meski rasanya sulit sekali untuk berhenti. Perlahan, aku mengikuti langkahnya yang tenang dan penuh percaya diri. Dia tak pernah kehilangan wibawanya meski dalam keadaan sakit. Langkahnya tetap setenang biasa. Dia tak tahu, bahwa aku
Read more
Bab 57
PERNIKAHAN KEDUA 57"Diaz!"Diaz menghentikan langkah. Dia berbalik dan mendapati Abangnya berusaha duduk dengan tegak. Jika biasanya Bang Zaid selalu menjadi penguatku, hari ini akulah yang menjadi penopangnya. Kurengkuh kedua bahunya, hingga dia bisa duduk dengan tegak."Abang sedang mencari donor. Abang tidak menerima donor darimu."Mata Diaz melebar. Dia kembali menghampiri ranjang dan menatap Abangnya lekat-lekat."Apa maksud Abang?""Kamu masih muda. Belum menikah dan jalan hidupmu masih panjang. Kamu tak boleh mengorbankan dirimu untuk Abang.""Jadi Abang merasa sudah tua? Dan kenapa memangnya kalau aku belum menikah? Mau sampai kapan menunggu donor yang belum tentu langsung cocok? Lalu bagaimana dengan Key dan keponakanku? Tidak, Bang. Aku pulang untuk Abang. Jangan mencegahku atau aku akan pergi dan tak akan kembali lagi."Tanpa menunggu jawaban Sang Abang, Diaz berjalan dengan langkah lebar. Bang Zaid menghela napas, meminta tanganku untuk digenggam. Aku menarik kursi dan du
Read more
Bab 58
PERNIKAHAN KEDUA 58Untukmu, yang tengah bertarung melawan kerasnya hidup, dan kamu, yang sedang meniti takdir. Kamu hanya harus terus berjuang, bersabar, dan berdoa. Karena apa yang menjadi takdir Tuhan, hanya bisa diubah dengan doa. Aku tak pernah bersujud syukur selama ini sebelumnya. Setelah kecemasan selama empat jam terhapus sudah oleh kabar bahagia. Operasi berhasil dan kini tinggal menunggu keduanya sadarkan diri. Dari balik kaca ruang observasi, aku melihat keduanya terbaring berdampingan. Air mataku menetes dengan deras, menciptakan kabut yang mengaburkan pemandangan.Sungguh, kasih sayang seorang saudara kandung seharusnya tak perlu diragukan. Diaz yang bengal, yang selama ini kerap membuat masalah dan selalu menguras emosi Bang Zaid, telah berkali-kali membuktikan bahwa cintanya tanpa pamrih."Aku tak suka melihatmu menangis Key. Cintamu pada Bang Zaid itu sungguh indah. Rasanya, bagai aku yang menjadi dia. Seperti aku yang merasakan dicintai olehmu. Maka, apa saja akan k
Read more
Bab 59
PERNIKAHAN KEDUA 59Muhammad Zaidan Adhyaksa. Nama itu akan terukir indah di sanubariku selamanya.Suamiku telah menepati janjinya. Penyakit itu tak mampu mengalahkan semangat hidupnya yang tinggi. Lima tahun setelah operasi, kami kembali hidup normal dan bahagia, tanpa pernah menyangka takdir menghampirinya sore itu. Aku tak akan pernah melupakan sore itu, tiga bulan yang lalu, Lea datang ke rumah dengan wajah sembab. Dia memintaku duduk, mengambilkan segelas air dan meminta Kiara membawa Zakia dan Zen ke dalam. Menatap wajahnya, hatiku berdebar kencang. Lebih dari dua puluh tahun lamanya kami bersahabat. Aku tahu dengan pasti kapan sesuatu yang serius terjadi."Le, ada apa?"Lea memelukku. Mengusap-usap punggungku, persis Bang Zaid."Kamu percaya takdir kan?" Suaranya bergetar.Aku mengangguk. Bagiku tak ada yang perlu diragukan dari ketetapan-Nya. Tapi, mendengar pertanyaannya, selarik perasaan gelisah menyambar hatiku dengan cepat. Lalu aku teringat bahwa Bang Zaid tidak di rumah
Read more
Bab 60
PERNIKAHAN KEDUA 60 "Mama, sembuh dong. Besok kan hari perpisahan sekolah aku."Zakia sibuk mengusap dahiku dengan kompres. Aku tersenyum melihatnya. Sejak semalam, aku terserang demam. Badanku panas dan kepalaku pusing sekali. Aku tahu bahwa aku tak boleh sakit. Besok, akan ada perpisahan sekolah. Zakia akan lulus SD.Ya. Lima tahun lagi telah berlalu sejak kepergian Bang Zaid. Zakia kini berusia dua belas tahun dan akan segera lulus SD, sementara aku masih setia hidup dalam kenangan bersamanya. Setiap malam, aku tidur sendirian, memeluk sepi, dan dia selalu hadir dalam mimpi meski tanpa kuminta."Sayang, jangan siksa dirimu seperti ini. Menikahlah lagi. Aku ikhlas."Itulah mimpi yang sering datang. Dan di dalam mimpi, aku menangis. Tangis yang kemudian terasa hingga aku bangun. Bantalku yang basah oleh air mata menyadarkan bahwa mimpiku merasuk hingga ke dasar jiwa. Dan semalam, Tiba-tiba saja aku demam tinggi. Kiara sudah memanggilkan dokter dan kata dokter aku baik-baik saja dan
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status