PERNIKAHAN KEDUA 19"Aku sudah kembali, Zaid. Setahun lamanya aku berusaha melupakan kamu, tapi nggak bisa. Tolong beri aku satu kesempatan lagi, plis. You're still the one."Aku terdiam mendengar kalimat itu, menikmati rasa terbakar di dalam dada. Sebuah rasa yang aneh dan membuatku sesak. Aku sudah cukup dewasa untuk mengerti apa yang terjadi, apa maksud kalimatnya dan tentu saja menerka siapa gadis cantik berpakaian modis iniini, tapi rasa ini, baru sekali kualami. Sejak tadi, dia bahkan tak menoleh padaku, seakan-akan aku tak ada di dekatnya."Celine, maaf. Tak pernah ada dalam kamus hidupku menjilat lagi ludah yang sudah kubuang. Dan tentunya aku akan menghargai kalau kau melakukan hal yang sama.""Tapi Zaid, aku hanya khilaf waktu itu. Bukankah berkali-kali aku minta maaf?""Aku memaafkanmu, tapi tidak untuk menjalin kembali hubungan yang sudah kandas."Rasanya, aku tak pantas berada disini. Berada di antara dua orang yang pernah punya kisah di masa lalu. Diam-diam, aku mundur d
PERNIKAHAN KEDUA 20PoV ZAID"Abang jalan sama Keysha?"Aku menatap Diaz yang masih memandang curiga. Sambil tersenyum, kuajak dia masuk ke ruang tengah."Abang tadi ngajak Keysha ke Bank, bikin rekening supaya besok kalau gajian bisa langsung di transfer.""Loh, emang dia mau lama ya jadi guruku?""Hemm… sepertinya sampai kamu lulus. Paling terjeda sedikit saat dia MABA nanti. Tapi kan bisa diatur lagi waktunya."Diaz meraih remote di atas meja dan menyalakan televisi."Sepertinya, Abang seneng banget sama Keysha."Aku tertawa."Tentu saja Abang senang. Kamu banyak kemajuan dan udah sebulan ini Abang nggak dipanggil guru BP."Diaz nyengir, matanya masih fokus pada layar televisi. Aku berdiri sambil menepuk bahunya."Jangan lupa, besok sudah mulai belajar lagi. Kasih kejutan sama Abang dengan nilai kamu. Nanti, Abang sendiri yang anter kamu ke London."Mata adikku berbinar, dia langsung mengangguk. Aku melangkah masuk ke dalam kamar, mengeluarkan ponsel dan memandang seraut wajah yang
PERNIKAHAN KEDUA 21Aku belum tahu apa yang akan dilakukan Lea, otakku masih penuh wajah Ibu yang sengsara. Yakinlah aku, bahwa Ibu menikah karena terpaksa, karena uang mahar yang dulu dibawanya dan juga ancaman lelaki itu pada Ibu. Lelaki itu mengancam akan mencelakai aku dan Ara, dan juga Eyang. Ya Allah, selama ini aku telah berprasangka buruk pada Ibu, mengira dirinya jahat dan tak lagi menyayangi kami. Padahal, Ibu mengorbankan dirinya demi keselamatan kami. Ibu sengaja membuat kami membencinya agar menjauh. Tapi, aku yakin, di setiap sujudnya, nama kami berdua lah yang Ibu sebut. Terbukti, begitu banyak kemudahan dan hal baik menghampiri aku dan Ara.Dengan mendung yang masih menggelayut di hati, aku mengendarai motor ke rumah Diaz. Bagaimanapun, tugas adalah tugas. Aku harus melupakan sejenak semua masalahku. Tiba di rumah, motornya telah lebih dulu ada disana. Dan baru saja hendak mengetuk, pintu itu terbuka dan wajahnya langsung muncul."Oh, bagus lo udah datang. Hampir gue k
PERNIKAHAN KEDUA 22PoV IBU"Eh, Mama ngapain sih di sini? Masuk sana ah. Bikin malu aku aja tahu!"Aku mungkin tidak terkejut karena hal seperti itu sudah biasa bagiku, tapi pemuda di depanku, langsung berdiri dari duduknya saat Rani usai membentakku."Lo kok gitu sama nyokap lo Ran?""Ck, dia ini bukan nyokap gue. Masa lo nggak tahu kalau nyokap gue udah meninggal, kan kita masih pacaran waktu itu. Dia ini cuma Ibu sambung yang numpang hidup enak di rumah Papa.""Meski Ibu sambung, ya tetap harus hormat dong. Gue liat nyokap lo baik loh. Dari tadi beliau memuji-muji lo terus."Aku tertegun. Kapan aku memuji Rani? Sementara Rani juga tampak terkejut. Kulihat sesaat wajah pemuda tadi mengeras, memandang Rani dengan tatapan yang sengaja dibuatnya tak suka. Dia lalu melangkah dan mengambil bunga mawar itu dari tangan Rani."Sorry deh, gue pulang. Jadinya illfeel liat cewek kasar, apalagi sama seorang Ibu. Gue pikir hati lo secantik wajah lo. Ternyata lo belum berubah."Rani terkejut."H
PERNIKAHAN KEDUA 23Aku langsung menarik kepalaku dengan paksa dari pelukannya. Karena tak mengantongi tissu, terpaksa kuhapus air mata dengan ujung lengan seragam, sekalian juga menyusut ingus yang meleleh. Astaga, bisa kubayangkan seperti apa tampangku. Aku membuang pandang."Dih, jorok." Ujarnya pelan. Lalu tanpa kuduga, dia berdiri dan mengulurkan tangan padaku. "Ayo berdiri, kelamaan jongkok kayak gitu kamu bisa kram."Benar, betisku memang terasa mulai nyeri akibat menjadi penyangga bobot tubuhku beberapa waktu lamanya. Mau tak mau aku meraih uluran tangannya dan berdiri sambil berpegangan karena kepalaku pusing. Hari ini, aku terlalu banyak menangis. Namun tak kuduga Diaz menyentak tanganku hingga aku kembali menabrak dadanya."Dasar playboy!"Aku mendorong dadanya sambil melotot, lalu menjauh meski terhuyung-huyung. Diaz malah tertawa."Diaz? Key?"Astaga. Apa lagi ini? Serempak kami menoleh ke ujung tangga. Ada Bang Zaid di sana. Masih mengenakan setelan jas lengkap sementar
PERNIKAHAN KEDAU 24PoV ZAIDAku menghentikan mobil di depan rumahnya dan memandang lampu terasnya yang sudah dinyalakan. Tersenyum membayangkan reaksinya sementara di dalam sini, ada debaran halus di dalam dada. Aneh, rasanya seperti baru pertama jatuh cinta.Satu jam yang lalu, Keysha meneleponku - aku tahu dia terpaksa - terdengar dari suaranya yang gugup. "Bang, ini ada orang ke rumah, anter baju dan juga tukang rias. Ada apa ini?"Riri sudah ada disana rupanya. Asisten pribadiku yang paling cekatan dan dapat diandalkan."Abang?""Key, saya minta kamu temani saya makan malam hari ini. Jadi sekitar satu jam lagi saya akan menjemputmu. Riri akan membantumu memakai gaun dan juga tolong jangan menolak didandani oleh tukang rias."Dia diam sejenak dan aku tersenyum membayangkan wajahnya. Pupil mata beriris coklat itu mungkin akan melebar karena terkejut. Bibirnya yang mungil terbuka sedikit dan di sana, jauh di dalam dadanya, dia pasti sedang berdebar. Dia masih sangat muda."Tapi…"
PERNIKAHAN KEDUA 25FlasbackLima tahun yang lalu, dengan semangat sarjana teknik sipil fresh graduate, aku mendatangi kantor Papa. Central Adhyaksa, adalah salah satu yang terbesar di Indonesia. Banyak gedung dan infrastruktur dibangun di bawah benderanya. Dan Papa, sebagai direktur dan pemilik saham terbesar, kuharap akan langsung menerimaku bekerja. Tentu saja, aku anak lelaki tertua bukan? Memangnya mau kemana lagi Papa mewarnai perusahaan? Sementara Diaz masih SMP kalau itu. Tapi, apa yang kuterima membuatku tertegun."Buktikan dulu bahwa kau mampu. Jangan karena kau anak Papa, maka kau akan dengan segera duduk di kursi ini tanpa kompetensi.""Tapi aku lulusan terbaik, Papa. Bagaimana mungkin Papa meragukanku?""Kalau begitu buktikan Zaid. Hanya itu cara satu-satunya."Aku terdiam. Selarik rasa kecewa menjalari dada."Dua minggu lagi, akan ada lelang tender untuk pembangunan rumah sakit pendidikan. Beri Papa semua rencana pembangunan, anggaran dan segala tetek bengek untuk diaju
PERNIKAHAN KEDUA 26PoV KEYSHARasanya seperti mimpi!"Key sudah tahu semuanya Ibu. Tolong jangan sembunyikan apapun lagi dari aku. Kita akan hadapi apapun masalahnya bersama-sama."Ibu menatapku dengan air mata berlinang. Di dalam mobil, kami berpelukan lama sekali, menumpahkan segala kerinduan yang selama ini membuat dada terasa sesak. Dapat kurasakan Bang Zaid berulang kali melirik dari kaca spion dengan mata berkaca."Key, kalian tenanglah disini. Om Reyhan itu urusanku."Aku mengangguk. Mengusap mata yang basah."Apakah… tak apa-apa? Ibu takut Mas Reyhan akan marah." Tanya Ibu."Tidak akan ada yang marah Tante. Om Reyhan mengizinkan Tante bersama Keysha dengan sukarela. Bukankah Tante dengar sendiri tadi?"Ibu mengangguk, meski aku tahu beliau masih ragu. Ibu hanya belum tahu siapa Bang Zaid. Lea telah bercerita banyak, bagaimana kaya dan berkuasanya keluarga Bang Zaid. Meski mereka yatim piatu, mereka memiliki para paman, sepupu dan kerabat lain yang masing-masing punya posisi p