Semua Bab Cinta Untuk Mas Arlan: Bab 11 - Bab 20
27 Bab
11. Menjadi Pemeran Pengganti?
Besoknya, seperti yang Arlan inginkan, Shena membawa dua bekal di dalam tasnya. Dia menunggu kedatangan Arlan di depan kantor dengan satu kotak bekal di tangannya. Senyumnya mulai tampak ketika melihat sosok Arlan yang sudah turun dari mobilnya.Mata mereka saling bertemu untuk sekilas, lalu Arlan berjalan untuk masuk ke kantornya. Shena masih setia berdiri di tempatnya dan menunggu Arlan yang berjalan menghampirinya. Namun, senyum Shena seketika mengendur saat melihat sosok Dira yang lebih dulu menghampiri Arlan dan memberikan kotak bekal untuknya juga.Entah apa yang Dira katakan, Shena tidak mendengar apa pun karena jarak mereka yang cukup jauh. Namun, yang pasti, Arlan tidak membalas satu pun yang Dira katakan. Mata mereka kembali bertemu, Shena sedikit terkejut saat melihat Arlan melanjutkan langkahnya seraya menatap lurus ke arahnya.Sampai akhirnya Arlan berhenti tepat di depan Shena. “Untuk saya, ‘kan?” tanyanya seraya menatap ke arah k
Baca selengkapnya
12. Caka?
Seperti biasanya, Shena kembali bangun pagi-pagi sekali karena harus membuat bekal untuk dirinya dan Arlan. Setelah masakan sudah jadi, Shena mengisi piringnya untuk sarapan. Lalu, mengisi dua kotak bekal untuknya dan Arlan. Selesai sarapan dan sebelum berangkat ke kantor, Shena menyelesaikan tugas rumahnya lebih dulu; menyapu, mengepel, cuci piring, dan menjemur pakaiannya. Setelah semuanya sudah selesai, Shena segera memesan ojek online lewat aplikasi di ponselnya.Shena mengunci pintu kosannya dan berjalan menghampiri tukang ojek tersebut, lalu ikut naik ke atas motor. Tidak lupa juga dia berpamitan kepada teman satu kosnya yang masih bersiap di depan pintu untuk bekerja ataupun berangkat ke kampus.“Duluan, ya, Semuanya,” pamit Shena. Setelah mendapat anggukan dari teman-teman kosnya, motor mulai melaju.Jalanan hari itu cukup padat, karena memang di pagi hari orang-orang banyak yang keluar untuk mencari rezeki ataupun menun
Baca selengkapnya
13. Hari Pertama Latihan
Kembali ke Shena, dia membereskan barang-barangnya sebelum pulang. Setelah selesai, dia segera keluar dan menunggu ojek yang telah dipesannya tadi. Setelah sampai, Shena langsung naik ke atas motor dan pulang ke kosannya.Shena bergegas untuk bersih-bersih kosannya sebelum pergi ke suatu tempat. Setelah bersih-bersih selesai, Shena pun segera mandi untuk membersihkan diri. Pukul 16.23 sore hari, Shena kembali keluar dari kosannya.Dia pergi dengan berjalan kaki. Sengaja dia hanya membawa tas kecil yang berisi dompet dan ponselnya saja, karena hari itu tidak ada jadwal kelas untuknya. Ya, Shena telah memutuskan untuk menerima dan ikut latihan dengan anak teater. Sebenarnya dia belum sempat untuk menghubungi Sinta dan memberi kabar kalau dirinya akan datang.Namun, karena sudah terlanjur jalan, Shena akhirnya langsung pergi saja tanpa mengabari Sinta lebih dulu. Ya, anggap saja sebuah kejutan untuk anak teater.Shena berjalan memasuki area kampus dan pergi
Baca selengkapnya
14. Perhatian Tak Terlihat
Pukul 07.10 pagi hari, Arlan bergegas keluar dari rumahnya seraya membawa tas serut berisi kotak bekal milik Shena. Dia masuk ke dalam mobilnya, lalu segera pergi menuju kantor. Namun, jalanan ternyata sedang tidak bersahabat dengannya. Lalu lintas terhambat karena adanya sebuah insiden mobil mogok di tengah jalan. Arlan melihat jam tangannya, lalu berdecak kecil karena kesal. Pukul 07.52 waktu pagi, Arlan baru saja sampai di depan kantornya. Karena kemacetan yang terjadi di jalan, dia sampai lebih lama dari biasanya. Arlan memarkirkan mobilnya dan segera turun seraya membawa tas serut milik Shena di genggamannya, lalu berjalan menghampiri kantornya. Wajah Arlan seketika berubah saat tidak menemukan sosok Shena yang biasanya berdiri di depan seraya menunggunya. Arlan menghampiri seorang satpam yang menjaga di depan pintu kantor dan bertanya, “Bapak tahu perempuan yang biasanya berdiri di sana?” tanyanya seraya menunjuk ke tempat yang dia maksud. Satpam tersebut sontak mengangguk se
Baca selengkapnya
15. Obrolan Rahasia
Di dalam Kafe depan kantor, Dira membawa Arlan pergi untuk membicarakan sesuatu seperti yang dikatakannya. Mereka memilih tempat yang berada di sudut hingga tidak akan ada orang lain yang mendengar obrolan mereka.“Katakan sekarang!” suruh Arlan seraya menyeruput minumannya.Dira mengembuskan napasnya pelan, lalu menatap Arlan dengan serius. “Jujur sama aku, sebenarnya kalian ada hubungan apa? Kenapa kamu kelihatan peduli banget sama perempuan itu?”“Penting banget saya jawab?”Mendapat respons kurang baik dari Arlan, Dira sontak berdecak kesal. Dia menyedot minumannya dengan cepat hingga hanya tersisa setengah gelas.“Aku minta sekali ini aja kamu jawab semua pertanyaan aku, bisa?” Arlan lagi-lagi mengalihkan pandangannya dan tidak menjawab pertanyaan Dira. “Arlan, aku mohon. Aku butuh banget kepastian dari kamu.”Arlan menoleh ke arah Dira dengan kening berkerutnya. “Kepasti
Baca selengkapnya
16. Gosip
Arlan sedikit merasa khawatir ketika meninggalkan Shena yang masih belum sadarkan diri bersama dengan seorang Dira. Dia sebenarnya belum percaya betul dengan sosok Dira yang mengatakan bahwa akan melupakan semua kejadian di masa lalu mereka. Namun, karena suatu pekerjaan, Arlan terpaksa meninggalkan mereka berdua di sana dan dia kembali ke ruang kerjanya. Dua jam berlalu dengan cepat, dia menoleh ke arah pintu yang diketuk oleh seseorang dari luar. “Masuk!” ucap Arlan mengizinkan. Dira muncul dari balik pintu dengan wajah lelahnya. Dia berjalan menghampiri Arlan dan duduk di sofa sudut ruang kerja. Melihat kedatangan Dira, Arlan memutar kursi kerjanya menghadap Dira. “Laporannya,” ucap Arlan tiba-tiba. Tidak mengerti dengan ucapan Arlan, Dira hanya memasang wajah bingungnya dan meminta penjelasan. “Bagaimana keadaannya?” Kalimat selanjutnya, Dira mulai mengerti dengan ‘laporan’ yang Arlan katakan tadi. Dira mengembuskan napasnya lelah dan menyenderkan punggungnya. “Gak bisa, ya, b
Baca selengkapnya
17. Berbaikan?
Seperti yang sudah Shena putuskan, setelah selesai semuanya, pukul 19.23 malam hari, dia segera bergegas keluar dari kosan untuk menemui ojek yang sudah sampai di depan menunggunya. Lalu, ojek mulai jalan menuju tempat tujuan.Shena turun di depan gerbang rumah Arlan dan segera menemuinya. Pak Asep yang melihat kedatangan Shena pun sontak bangun dan bergegas membukakan gerbang untuk Shena.“Terima kasih, Pak,” ucapnya. Pak Asep pun mengangguk sebagai jawaban. “Maaf, Pak, mas Arlan udah pulang belum, ya?”“Oh, sudah, Non. Baru aja pulang tadi. Mari saya antarkan.”Shena menggeleng. “Gak papa, Pak, saya sendiri aja,” tolaknya seraya tersenyum agar tidak membuat Pak Asep sakit hati dengannya.Setelah mendapat anggukan dari Pak Asep, Shena bergegas menuju pintu rumah Arlan dan mulai menekan belnya. Tidak lama setelahnya, pintu terbuka hingga memperlihatkan sosok Arlan yang masih menggunakan kemejanya.
Baca selengkapnya
18. Harapan
Besoknya, Shena turun dari ojek dan berjalan menuju kantor. Seperti biasa, dia tetap membawakan bekal untuk Arlan meskipun gosip tentangnya itu masih berlanjut. Namun, bedanya, Shena tidak lagi berdiri di depan dan menunggu Arlan seperti biasanya. Dia menitipkan bekal tersebut ke seorang satpam seperti kemarin.“Maaf, Pak, boleh saya titip ini lagi untuk pak Arlan?” tanya Shena meminta izin lebih dulu. Setelah mendapatkan izin dari sang satpam, Shena pun tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. “Terima kasih banyak, Pak.”“Sama-sama,” balas Pak Satpam seraya tersenyum ramah. Dia menerima tas serut berisi bekal tersebut dari tangan Shena. “Kamu ini perhatian banget, ya, sama pak Arlan. Kalau boleh tau, kamu ini siapanya beliau?”Pertanyaan dari sang satpam membuat Shena seketika terdiam, dia tidak tahu harus menjawabnya dengan kalimat apa. Benar juga, siapa dia? Orang yang dijodohkan dengan Arlan? Ya, itu memang benar. Namun, dia tidak bisa menjawabnya dengan jawaban tersebut.Satu ha
Baca selengkapnya
19. Pelarian
Satu minggu telah berlalu. Namun, gosip kedekatan Arlan dan Dira masih saja belum hilang. Shena yang terus-terusan mendapat omongan tidak enak dari para karyawan pun hanya bisa tutup telinga dan berpura-pura untuk tidak peduli. Meskipun gosip tentangnya yang semakin hari semakin memanas, Shena tetap tidak bisa melawannya. Terus berusaha menghindari Arlan agar gosip tersebut tidak semakin menyebar hingga keluar benar-benar melelahkan baginya. Karena gosip tersebut, semangat kerja Shena pun perlahan menghilang. Mendengar hal buruk tentangnya dari orang lain, mendengar orang-orang yang mendukung hubungan Arlan dan Dira, lalu melihat secara langsung dari kedekatan antara keduanya. Shena hanya bisa mengembuskan napasnya pasrah berkali-kali setiap mendengar para karyawan yang membicarakannya secara terang-terangan. Tidak ingin terjadi keributan, Shena bergegas pergi ke ruang lainnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Arlan dan Dira yang sedang berjalan berdampingan untuk masuk ke k
Baca selengkapnya
20. Rencana
“Arlan!” seru Dira memanggil seraya membuka pintu ruang Arlan.  Arlan yang mendengar seruan tersebut sontak memasang raut terkejutnya. “Aku punya berita besar buat kamu!”“Harus berapa kali saya bilang sama kamu buat ketuk pintu dulu sebelum masuk,” ucap Arlan menahan kekesalannya. “Ada apa?”Mendengar nada kesal dari Arlan, Dira hanya menunjukkan cengengesannya tanpa meminta maaf. Dia menutup kembali pintu tersebut dan menghampiri meja kerja Arlan, lalu duduk di bangku yang ada di depan meja Arlan.Dira melihat ke tas serut yang dikenalnya. “Loh, bukannya dia lagi libur, ya? Kok, bisa dapat gitu?”Mengerti dengan ke mana arah tatapan Dira, Arlan mengangguk. “Dia mengutus tukang ojek, lalu dititipkan ke satpam di depan seperti biasanya.”“Dia perhatian banget, ya. Kemarin malam juga dia nolongin aku dari penjahat.”Mendengar itu, Arlan sontak menoleh. &l
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status