All Chapters of Terbangun di Tubuh Tunangan Marquis Obsesif: Chapter 21 - Chapter 30
148 Chapters
Bab 21 - Potong lidahnya!
“Potong lidahnya, dan pastikan dia tidak akan pernah bisa bicara lagi untuk selamanya!” titah Cruz pada kedua anak buahnya yang sejak tadi berdiri tepat di belakang Johan. Lelaki itu membelalakkan matanya begitu mendengar ucapannya barusana. Kedua anak buah Cruz itu lantas bergerak menghampirinya. Mereka memeganginya dengan segera. Johan yang menyadari hal itu seketika berubah makin panik. Jika lidahnya dipotong maka untuk selamanya dia tidak akan pernah bisa berbicara dengan benar, itu sama saja artinya dengan dia tidak akan bisa menjalani kehidupan dengan normal seperti yang lainnya. Dia tidak akan pernah bisa berdagang lagi, bahkan untuk sekedar berteriak memanggil pembeli saja dirinya tidak akan pernah bisa. Itu akan menjadi mimpi buruk baginya. Selain itu, kalau lidahnya dipotong, maka dia juga tidak akan berguna lagi untuk Enrique, lelaki itu pasti juga akan membunuhnya kalau dia sudah benar-benar tidak berguna. Posisinya sungguh ser
Read more
Bab 22 - Imajinasi Susan
Carla terdiam tanpa kata. Wanita itu sejak tadi hanya melamun sambil menatap keluar jendela. Sejak Cruz pergi, dia terus memikirkan apa yang sebenarnya terjadi dengan lelaki itu dan mengapa dia bersikap aneh seperti demikian. Carla terus berasumsi apakah jangan-jangan Cruz masih marah dengannya atau karena hal lain dia bersikap aneh seperti tadi. Di sisi lain, sementara dirinya diam dan melamun, Hélie dan Susan sejak tadi terus memperhatikannya dengan raut wajah bingung.   “Apakah anda baik-baik saja, tuan putri? Anda terlihat murung sejak tadi. Apakah ada masalah? Jika anda memiliki masalah, tolong ceritakan semuanya pada kami agar anda merasa lebih lega.”   “Benar, jangan menyimpan semuanya sendiri. Akan lebih baik jika anda mengatakan masalah anda.” Hélie menimpali kalimatnya. Mendengar itu Carla hanya menoleh tanpa berkata-kata.
Read more
Bab 23 - Surat
Carla lagi-lagi hanya bisa diam sambil memandangi ke arah kursi kosong yang posisinya tepat berhadapan dengan tempatnya duduk. Dia tidak pernah membayangkan kalau ternyata dirinya sudah menghabiskan waktu hingga berjam-jam lamanya di dalam kamar hanya untuk memikirkan sikap aneh dari Cruz. Bahkan saking lamanya, dia sampai tidak sadar kalau malam telah tiba dan sudah saatnya makan malam. Kini dirinya terdiam di meja makan, sendirian, namun tidak benar-benar sendirian karena ada beberapa maid yang berdiri dan menemaninya. Sementara Cruz… pria itu sama sekali tidak menampakkan wajahnya sejak terakhir kali mereka bertemu. Entah kemana lelaki itu, tapi dari situasi yang dia perhatikan, Carla bisa menyimpulkan kalau dia masih belum juga kembali. Entah kenapa sejak tadi Carla terus saja memikirkan lelaki itu. Rasanya sungguh aneh dan sama sekali tidak seperti dirinya. Carla bahkan berulang kali menoleh ke arah pintu yang biasa dia lewati dan berulang
Read more
Bab 24 - Tuan duke
“Anda baik-baik saja, tuan?” Pria itu bertanya sambil memandangi Cruz yang sejak tadi terdiam sambil menatap keluar jendela sambil melamun. Sudah selama berjam-jam dia melakukan itu sejak terakhir kali mereka menangkap Johan. “Aku hanya sedang memikirkan mengenai surat yang aku kirimkan. Kira-kira, apakah Carla sudah menerimanya, ya?” “Ah, saya kira anda kenapa. Tidak perlu mencemaskan mengenai hal itu. Saya sudah mengatasi semuanya dan menjalankan semua perintah anda sesuai dengan keinginan anda. Semuanya aman terkendali, jadi tidak ada yang perlu anda cemaskan.” “Bukan itu maksudku. Aku hanya sedang memikirkan bagaimana reaksinya kalau tahu aku pergi tanpa pamit terlebih dulu padanya. Dia past
Read more
Bab 25 - Kebohongan
“T-tuan duke… ada gerangan apa anda mengunjungi kediam saya?” tanya Johan dengan suara terbata dan gemetar. Enrique memandanginya tanpa berkata apa-apa sebelum akhirnya mencoba mengintip ke dalam rumah. Menyadari hal itu, Johan bergegas membuka pintu lebih lebar dan meminta Enrique untuk masuk ke dalam rumahnya. “Si-silahkan masuk, tuan…” Enrique lagi-lagi tidak menjawab kalimatnya dan langsung melangkah masuk ke dalam rumahnya. Beberapa anak buahnya juga ikut melangkah masuk bersamanya. Johan sempat beradu tatap dengan salah satu anak buah Enrique dan dari tatapan menakutkan mereka saja sudah cukup untuk membuat Johan gemetar. Enrique mengambil duduk di salah satu kursi yang ada. Kedua mata pria itu mengedar, menatap sekeliling rumahnya dengan wajah serius. Johan yang melihat itu hanya bisa diam dengan berbagai pertanyaan yang langsung menyerbu pikiranny
Read more
Bab 26 - Sosok siluet
“Benar apa yang tuan katakan kalau saya tadi baru saja bertemu dengan tuan marquis Spencer.” “Apa yang kalian bicarakan?” “Kami tidak membicarakan apa-apa, tuan. Saya bertemu dengan beliau hanyalah sebuah kebetulan. Tadi tiba-tiba saja ada beberapa orang yang datang dan menyeret saya pergi, mereka adalah penagih utang, dan mereka berusaha untuk membawa saya pergi, tapi tuan marquis langsung datang dan menyelamatkan saya,” jelas Johan. Dalam hatinya, lelaki itu berharap bahwa Enrique akan percaya pada kebohongan yang dibuatnya. Enrique terdiam tanpa kata, menatap lekat kedua mata Johan dengan penuh selidik, seolah sedang mencari celah kebenaran lewat sorot matanya. “Kau yakin hanya itu saja? Kau tidak sedang membohongiku kan?”
Read more
Bab 27 - Tahanan
Carla terdiam sambil merebahkan tubuhnya pada kursi yang tengah dia duduki. Pandangannya kini tertuju pada langit-langit kamarnya tempat dimana dirinya berada. Sudah beberapa hari berlalu semenjak terakhir kali dia bertemu dengan Cruz, dan selama beberapa hari itu, Cruz sama sekali belum kembali sampai sekarang. Carla awalnya menganggap ketidakhadirannya sebagai keuntungan baginya karena dia pikir dengan tidak adanya Cruz, Carla jadi bisa pergi keluar rumah untuk mencari informasi yang mungkin bisa membantunya menemukan cara untuk bisa kembali ke tempat asalnya. Tapi ternyata apa yang dibayangkan tidak sesuai dengan kenyataannya, karena walaupun Cruz tidak ada di rumah, dia tetap tidak bisa pergi kemana-mana. Para penghuni rumah itu sama sekali tidak memberikannya izin untuk pergi, bahkan mereka jadi lebih sering mengawasinya hanya untuk memastikan Carla tidak mencoba untuk melarikan diri. 
Read more
Bab 28 - Hadiah
Kereta yang mereka tumpangi itu lantas berhenti tepat di depan halaman kediaman keluarga Spencer. Cruz bergegas melangkah turun dari dalam keretanya dengan diikuti oleh lelaki yang selama beberapa hari ini menemaninya dalam perjalanan bisnis. Lelaki yang menjadi orang kepercayaannya itu sudah bersiap membawakan semua barang bawaan mereka. Sementara itu, beberapa orang pelayan dan maid yang bekerja di rumahnya sejak tadi sudah berdiri menantinya di depan sana. Begitu Cruz turun, mereka semua langsung membungkuk, memberikan hormat padanya yang baru saja pulang. “Kau langsung bawa semuanya keluar lalu perintahkan pelayan untuk mengantarkannya ke kamarku,” ujarnya pada lelaki itu. “Baik, tuan.” Perhatian Cruz beralih pada maid yang sejak awal dipercayanya
Read more
Bab 29 - Cruz?
“Cruz?” Carla membelalakan mata, dia terkejut melihat lelaki itu mendadak muncul dari balik pintu kamarnya. “Ca-Carla…” Cruz sama terkejutnya dengan Carla. Lelaki itu sungguh mengira kalau wanita itu sudah tertidur. Menyadari hal itu, Cruz bergegas menyembunyikan kotak yang dibawanya di belakang punggungnya. Cruz tadinya berniat untuk datang melihat Carla sambil menaruh kado yang dia beli, setelah itu pergi tanpa mengganggu tidurnya. Tapi diluar dugaan, Carla ternyata belum tidur, dan yang lebih sialnya lagi wanita itu memergokinya berusaha memasuki kamar tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Carla yang melihat Cruz bergegas melangkah turun dari ranjang dan segera menghampirinya. “Kau sudah pulang? Kapan kau tiba?” “Aku baru saja tiba,” jawab Cruz yang berusaha untuk tetap tenang. Pria itu langsung melangkah masuk dengan posisi tangan yang masih menggenggam kotak had
Read more
Bab 30 - Kalung
Cruz terdiam dengan wajah merona. Sejak tadi dia jadi tidak bisa tidur sama sekali, apalagi setelah melihat sendiri reaksi Carla begitu dia memberikan hadiah itu padanya. Dia terus terbayang-bayang dengan wajah cantiknya ketika tersenyum senang mendapatkan hadiah pemberiannya. Dia begitu cantik ketika tersenyum seperti itu… * Sosok itu terdiam. Dia mengintip lewat pintu beranda kamar tempat dimana Carla berada. Setelah terdiam selama beberapa saat, dia lalu melangkah masuk ke dalam sana dan berdiri di dekat ranjang tempatnya terbaring. Sekali lagi sosok itu termangu memandangi wajah Carla yang kini terpejam di dalam kamarnya. Lelaki itu sudah memberikan hadiahnya, aku yakin Carl
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status