Semua Bab Sang Ksatria Malam: Bab 41 - Bab 50
52 Bab
Bab 41: Bersiap untuk berpetualang
Di tengah perjalanan Bagaskoro dan Bajulgeni bertemu dengan Qing Ho dan Xi Zhang. "Hei Qing Ho.. Hei Xi Zhang... dari mana kalian?" teriak Bajulgeni. "Oh hei Bagaskoro.. hei Bajulgeni, kami berdua dari Ruangan Master Li Mo, hendak ke mana kalian?" tanya Xi Zhang. "Kami berdua hendak menemui Master Li Mo, apakah Master Li Mo ada di ruangannya?" tanya Bajulgeni kembali. "Ah sayang sekali kau Bajulgeni, saat kami keluar dari ruangan beliau tadi, beliau juga turut pergi," jawab Qing Ho."Ehhhhh, bagaimana kang, kita akan ke mana sekarang?" tanya Bagaskoro. Sejenak Bajulgeni berpikir keras. Di sisi lain, Bajulgeni menyadari bahwa Xi Zhang dan Qing Ho tampak gelisah, namun mereka berdua mencoba keras menyembunyikan kegelisahan mereka. "Apakah Master Li Mo tidak memberitahu kalian berdua, beliau hendak pergi kemana?" tanya Bajulgeni."Maaf Bajul, tadi master hanya berpesan, kalau beliau akan pergi sebentar," jawab Xi Zhang. "Oh ya, kalian berdua, nanti malam tepat setelah matahari tenggelam
Baca selengkapnya
Bab 42: Penjelajahan Besar Besaran
Bagaskoro dan Bajulgeni melewati malam yang melelahkan itu dengan tidur pulas. Sampai fajar mulai menyingsir, Bagaskoro dan Bajulgeni belum juga bangun. Tak lama kemudian datanglah Qing Ho untuk membangunkan Bagaskoro dan Bajulgeni."Bagaskoro... Bajulgeni... bangun, Bagaskoro... Bajulgeni... bangun," teriak Qing Ho sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar mereka. Berkali-kali Qing Ho mengetuk pintu, namun tidak ada balasan dari keduanya. "Sepulas apa sebenarnya tidur mereka? Kelihatannya mereka benar-benar kecapekan, mana pintunya dikunci lagi. Apa aku dobrak saja ya pintunya? Tapi nanti aku akan merusak sarpras perguruan, huuuu, aku bingung," gumam Qing Ho dalam hati.Tak lama kemudian, tiba-tiba Master Shin lewat. "Apa yang sedang kau lakukan Qing Ho?" tanya Master Shin. "Salam master Shin, selamat pagi. Saya sedang berusaha membangunkan Bagaskoro dan Bajulgeni, tapi kelihatannya mereka tertidur sangat nyenyak, ditambah pintu kamarnya, mereka menguncinya. Jadi saya bingung harus melakuk
Baca selengkapnya
Bab 43: Menyusup ke Bayangan Singa
***Arkan masih menangis tersedu-sedu meratapi apa yang terjadi dengan gurunya. Irman juga tak kuasa menahan tangisannya, ia terus menutup wajahnya dengan kedua tangan. Guru Mada merasa iba kepada mereka berdua atas apa yang terjadi dengan Ki Segara Wetan. Guru Mada mencoba menghibur mereka berdua, dia mengelus-elus punggung mereka berdua dengan tujuan ingin menenangkan hati mereka."Sekarang apa yang akan kalian rencanakan?" tanya Arkan dengan nada tersedu-sedu. "Kurasa aku harus membuat rencana lagi. Aku berani menjamin kalau Wei Fang pasti akan memperketat penjagaannya, ditambah Kekaisaran Kahn juga sedang kuat sekali dalam kekuatan militernya," ujar Guru Mada. "Bagaimana bisa Wei Fang bangsat itu akan memperketat penjagaannya Guru?" tanya Arkan. "Begini nak, Wei Fang pasti sudah memprediksi semua dengan matang. Berita tentang kematian Ki Segara Wetan pasti bisa menyebar ke seluruh dunia dengan cepat, menimbang semua hal yang dikaitkan dengan Kekaisaran Kahn selalu panas. Secara ti
Baca selengkapnya
Bab 44: Rencana menghancurkan Padepokan Naga Langit
"Aduh, aku ketahuan, aku harus segera bersembunyi," batik Arkan sembari berbalik menjauh. "Hei siapa itu tadi? Keluarlah kamu!" teriak salah satu anggota Bayangan Singa yang sedang berjaga. "Aduh, ini akan sulit, jika aku sampai ketahuan, maka mau tidak mau aku punya 2 pilihan. Aku menyerah atau bertarung habis-habisan dengan mereka. Kalau sampai bertarung habis-habisan pasti rencana ku akan gagal, pastinya juga penjagaan akan diperketat. Tapi kalau aku menyerahkan diri, Guru Mada dan Irman pasti akan khawatir pula. Apa ya yang harus kulakukan? Otak bekerjalah," batin Arkan dengan penuh harapan."Apa kau melihat seseorang yang mencurigakan tadi?" tanya penjaga yang pertama. "Tidak, namun lihatlah aku menemukan air menggenang di mana-mana, mungkin ada orang yang dengan sengaja menyusup ke sini," jawab penjaga yang kedua. "Kau ini tetap saja bodoh, tentu akan. banyak genangan air di sini dan di sepanjang jalan menuju markas. Lihatlah, setiap harinya para prajurit berdatangan keluar masu
Baca selengkapnya
Bab 45: Bajulgeni Menghilang
"Aku harus segera kembali ke penginapan untuk memberitahu Guru Mada," batin Arkan. Tapi tak lama setelah ia keluar dari Aula, ada suara yang memanggilnya. "Hei! Raka! berhentilah," teriak orang tersebut. "hmmmm, siapa ya? ada perlu apa dirimu?" tanya Arkan dengan penasaran. "Ehhh, maaf maaf, sebelumnya perkenalkan. Namaku Steven Il Norman Gerd Hansen, tapi kau bisa memanggilku Singh. Tadi senior Joe menyuruhku untuk mengajakmu mengambil perbekalan ke balai kota," ucap Singh. "Oh tidak, acara apa lagi ini yang akan aku hadapi," batin Arkan."Bagaimana kawan? apakah kau mau atau tidak menemaniku, karena tadi kau juga disuruh oleh senior Joe," tegas Singh. "Oh begitu ya, hmmm" jawab Arkan sembari mencoba berpikir keras agar bisa menghindari ajakan Singh. "Kalau begitu ayo, kita harus cepat Raka," sahut Singh. "Oh okelah kalau begitu, ayo kita segera pergi," jawab Arkan dengan terpaksa mengiyakan ajakan Singh.Arkan pun terpaksa pergi bersama Singh. Tatkala hendak keluar, ia terkejut, ter
Baca selengkapnya
Bab 46: Pertemuan Dewan Master
"Sekarang apa yang harus kita lakukan master?" tanya salah seorang murid kelompok terakhir. "Kalian semua tenang dulu ya, tidak usah panik. Sekarang, lebih baik kita urus Bagaskoro ini dulu. Dia harus mendapat perawatan, takutnya, dia akan menderita penyakit lainnya karena terkejut bukan main," tutur Master Shin. "Baiklah master, kalau begitu ayo kita segera rawat si Bagaskoro ini," ucap murid tersebut.Bagaskoro pun segera di bawa menuju kemah kesehatan. Setelah dicek, ternyata benar, tiba-tiba saja Bagaskoro mengalami demam dengan suhu yang cukup tinggi. Perawatan intensif pun segera diberikan, agar demamnya tidak bertambah parah.Master Shin dan para pendamping beserta asistennya dan Xi Zhang pun segera melakukan rapat mendadak terkait masalah si Bagaskoro dan perkiraan larinya Bajulgeni ke Padepokan Naga Langit. "Baiklah, karena masalah ini cukup serius maka saya terpaksa melakukan rapat secara tiba-tiba," tutur Master Shin. "Kurasa memang Si Bajulgeni itu memang lari kembali menu
Baca selengkapnya
Bab 47: Qing Ho dan Strategi Bertahan
"Apa yang seharusnya ku lakukan master?" ucap Master Cheng dengan terus menangis. "Sudahlah master Cheng, nada tidak gagal anda juga tidak bersalah terhadap keadaan yang menimpaku. Lebih baik anda memikirkan bagaimana nasib kita, nasib padepokan ini ke depannya," tutur Master Li Mo. "Saya belum bisa memaafkan diri saya sendiri master. Ditambah lagi saya adakah wakil Guru Besar satu, tentu tugas saya berkali-kali lipat lebih berat dan harusnya saya bisa lebih bertanggung jawab jika dibandingkan dewan master lainnya. Saya sungguh-sungguh menyesal," keluh Master Cheng."Hahahaha, Hahaha, anda benar-benar membuat saya tertawa master Cheng," sahut Master Li Mo dengan tertawa terbahak-bahak. "Apa yang anda maksudkan Master?" tanya Master Cheng keheranan. "Tidak biasanya anda berpikiran sangat sempit. Ini seperti bukan anda saja. Apa yang telah menimpa saya, adalah takdir yang menjadi ketetapan dari Yang Maha Kuasa. Sebagai seorang yang religius saya, menyakini sepenuh hati, apa yang telah t
Baca selengkapnya
Bab 48: Menyusul Xi Zhang
Qing Ho segera menemui Master Li Mo yang berada di ruangannya. Di sepanjang jalanan padepokan ia hanya melihat setiap pegawai, para guru, dan murid senior bahu membahu meracik obat-obatan, mempersiapkan senjata, dan melatih setiap jurus baik yang lama atau yang baru diciptakan. Ia memberi semangat kepada semua orang yang ia temui. Tak lama kemudian, dia sampai di ruangan Master Li Mo."Permisi! Master Li Mo! Apa anda berada di dalam?" teriak Qing Ho, "Master! Apa anda ada di dalam, ini aku Qing Ho, aku sudah sampai master!". berkali-kali Qing Ho berteriak, namun tidak ada panggilan dari dalam ruangan. Seketika Qing Ho pun panik, ia pun segera mendobrak ruangan itu. "Master! Master! Masteeeerr!" teriak Qing Ho menggema hingga ke luar ruangan. "Ada apa? Ada apa ini? Qing Ho, ada apa?" tanya Santoso yang kebetulan mendengar teriakan Qing Ho."Master Li Mo, Master Li Mo menghilang!" teriak Qing Ho kembali dengan histeris. "Apa kau bilang? Aku tau tadi beliau baru saja minum obatnya di sin
Baca selengkapnya
Bab 49: Identitas Seorang Tukang Kebun
"Alangkah baiknya, jika kita segera melakukan interogasi terhadap penyusup itu Master Cheng," ujar Master Li Mo. "Tentu saja master, maksud saya, memang saya berniat agar anda saja yang menginterogasi nya. Saya tidak bisa melakukannya Master Li Mo, mohon maaf," jelas Master Cheng. "Lho? kenapa? kenapa anda tidak langsung menginterogasi nya sendiri saja?" tanya Master Li Mo keheranan. "Sebaiknya, anda segera pergi ke penjara, untuk melihatnya langsung," ucap Master Cheng.Tanpa berpikir panjang Master Li Mo segera melangkahkan kakinya menuju penjara. Setibanya di penjara dia dibuat terkejut melihat siapa yang disebut-sebut sebagai penyusup sekaligus pengkhianat. Tak terasa Master Li Mo mulai meneteskan air mata yang semakin lama semakin deras. Master Cheng yang ada di belakangnya juga mulai meneteskan air mata."Master Cheng," panggil Master Li Mo. "Saya Master Li Mo," jawab Master Cheng. "Panggil seluruh dewan master ke sini, suruh mereka agar meninggalkan pekerjaan mereka sementara w
Baca selengkapnya
Bab 50: Matilah Kau Penghianat
"Tunggu dulu, jika Santoso bukanlah penghianat yang dimaksudkan, lantas siapa orang itu?" tanya Master Lee keheranan. "Entahlah Master Lee, aku sendiri juga bingung mengenai hal itu. Yang pasti, orang itu pasti masih berkeliaran di dalam Padepokan Naga Langit ini," jawab Master Cheng. "Kita harus segera menemukannya secepat mungkin, tidak menutup kemungkinan, dia sudah membocorkan banyak informasi mengenai strategi yang telah kita persiapkan," tegas Master Lee. "Itu betul sekali, namun kita melupakan satu hal, kita belum bisa memastikan atau menemukan tanda-tanda dari orang itu sendiri," celetuk Master Yen. "Kita juga harus memperhatikan tentang masalah mata-mata pengintai yang berada di dalam hutan belantara, kalau salah satu dari mereka atau bahkan semuanya adalah orang-orang yang terbukti menjadi mata-mata dari Bayangan Singa, tentu itu akan sangat merugikan," ujar Master Tung.Master Li Mo hanya terdiam melihat perdebatan antar dewan master. Master Li Mo lebih terfokus kepada Sant
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
DMCA.com Protection Status