All Chapters of Sang Ksatria Malam: Chapter 11 - Chapter 20
52 Chapters
Bab 11: Melanjutkan dan Berlatih
Satu hari pun telah berlalu. Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Bagaskoro sudah bersiap diri. Ia keluar ke halaman padepokan. Ia sudah mandi, berpakaian bersih dan ia siap untuk melanjutkan pembelajaran kemarin."Aku telah siap untuk latihan hari ini guru!" Ucap Bagaskoro dengan semangat paginya. "Nampaknya kau sangat bersemangat, mimpi apa kau semalam? Hahaha," ucap Bajulgeni. "Hmmmm, mimpi apa ya? Mungkin ini dikarenakan semangat juang anak muda, hehehe," jawab Bagaskoro dengan tertawa renyah.Tak berselang lama, Guru Mada pun keluar. Sang Guru pun nampak semangat tak kalah dari kedua muridnya. Selain itu Guru Mada juga membawa beberapa persenjataan untuk latihan."Ada apa ini, masih pagi sudah ribut?" tanya Guru Mada dengan nada pelan. "Hmm, tidak ada apa-apa Guru, hanya saja aku terlalu semangat hari ini. Aku tidak sabar dengan pelajaran yang guru berikan," seru Bagaskoro.Mata Bagaskoro nampak memperhatikan benda-benda yang dibawa gurunya. Ia melihat dengan seksama setiap alat yan
Read more
Bab 12: Semangatnya Bagaikan Nafasnya
"Huwaaaaa... jam berapa sekarang? Mengapa sudah tidak panas?" tanya Bagaskoro sembari menutupi uapannya. "Sekarang sudah sore, kelihatannya kita lanjutkan besok saja untuk latihan jatuhannya," saut Bajulgeni."Hah... apa? Sudah sore?" Bagaskoro bertanya-tanya dengan terkejut. "Ya, kau tidur pulas sekali tadi, aku mau membangunkanmu namun dilarang oleh Guru. Guru bilang untuk membiarkanmu tidur saja, karena sekilas nampak kau sangat lelah. Tetapi anehnya kau tidur sembari tersenyum bahagia," jelas Bajulgeni.***"Aku tidak pernah menyangka bisa bertemu dengan anak yang punya semangat sangat tinggi seperti Bagaskoro," gumam Guru Mada sembari memasak. "Semangatnya bagaikan nafasnya. Selama dia masih bisa menghirup dan menghembuskan udara dia terus bergerak. Baru kali ini aku bertemu dengan remaja seperti itu. Mungkin dia kelak bisa mendamaikan kembali dunia yang tengah berada dalam tanduk kehancuran ini,"Di saat Guru Mada sibuk melamun, panci yang ia taruh di atas tungku tiba-tiba berbu
Read more
Bab 13: Menempa Badan
Keesokan harinya, sebelum matahari menyingsir dari arah timur Bagaskoro sudah terbangun dari tidur nyenyaknya. Kemudian diikuti dengan bangunnya Bajulgeni. Namun sebelum mereka berdua bangun, Guru Mada sudah terlebih dahulu bangun, beliau sedang melakukan pemanasan di lapangan."Kalian sudah bangun, bagaimana kondisi tubuh kalian? Kalian sudah siap untuk berlatih?" tanya Guru Mada dengan semangat paginya. "Ooooo... entahlah Guru, aku merasa masih sangat mengantuk. Namun aku tadi mencoba untuk tidur kembali namun tidak bisa," jawab Bagaskoro dengan terbata-bata. "Itu terjadi karena kemarin kau memfokuskan diri untuk terus membaca. Ya memang, membaca itu tidaklah salah. Akan tetapi, tubuhmu juga punya hak untuk memperoleh istirahat yang cukup," ucap Bajulgeni."Memangnya kemarin malam kalian tidur jam berapa?" tanya Guru Mada. "Seingatku kemarin aku tidur sekitar jam 10 guru, tetapi entah dengan Bagaskoro," jawab Bajulgeni. "Kemarin kalau tidak salah aku tidur di atas jam 12, mungkin se
Read more
Bab 14: Jadwal Latihan
Bagaskoro pun memutuskan untuk membuat jadwal latihan, agar latihan yang ia mendapatkan hasil yang maksimal. Sebelum mulai menulis ia bertanya-tanya apa saja bentuk latihan yang perlu ia jalani. Serta bagaimana ia menyusun jadwalnya agar efektif."Kak Bajulgeni, apakah kau sedang ada urusan?" tanya Bagaskoro dengan nada pelan. "Tidak, aku sedang tidak mempunyai urusan apa-apa, memangnya kenapa?" tanya Bajulgeni kembali. "Hmmm, jadi begini, aku berencana untuk membuat sebuah jadwal latihan rutin. Ya, hitung-hitung sebagai bentuk penempaan diri. Supaya fisik ku tetap energik dan daya tahanku menambah," jawab Bagaskoro dengan bahagia.Bajulgeni dapat menangkap dengan baik apa yang dimaksudkan Bagaskoro. Bajulgeni merasa sangat senang, karena Bagaskoro yang baru aja mengenal tentang bela diri langsung punya ketertarikan yang tinggi terhadap ilmu bela diri."Kalau begitu begini, sebelumnya aku akan bertanya tentang aktivitas sehari-hari mu di luar latihan dan aku kan memberitahumu tentang
Read more
Bab 15: Perjalanan Baru
Keesokan harinya, sebelum Guru Mada bangun dari tidurnya, Bagaskoro sudah mempersiapkan diri, sedangkan Bajulgeni masih tertidur lelap di atas ranjang. Bagaskoro tidak sabar ingin segera menanyakan tentang peperangan beruntun yang terjadi saat ini kepada Guru Mada. Seketika Guru Mada keluar dari pondok, Bagaskoro yang sedang pemanasan langsung berhenti dan berjalan menuju Guru Mada."Selamat pagi guru!" sapa Bagaskoro dengan lantang. "Oh.. Pagi juga nak, tak kusangka kau sudah bangun, apakah tidurmu nyenyak semalam?" sapa Guru Mada kembali dilanjut dengan pertanyaan. "Ya, tentu saja, tidurku kemarin cukup nyenyak guru," jawab Bagaskoro."Hal apakah gerangan yang membuatmu menemuiku, apakah kau sudah siap untuk meneruskan pelatihan mu? Atau malahan kau ingin memberitahu ku kalau kau sudah mahir?" tebak Guru Mada. "Kurasa tebakan Guru meleset semua, aku kesini karena aku ingin tahu lebih lanjut tentang apa yang terjadi sebenarnya. Seperti yang pernah guru katakan, aku benar-benar ingin
Read more
Bab 16: Kawan Atau Lawan
Fajar mulai menyingsir, udara menghembus pelan menyebarkan kesejukan di sekeliling. Guru Mada bangun dan segera membersihkan tempat tidurnya. Setelah membersihkan tempat tidurnya, ia segera keluar dari tenda dan membersihkan diri. Guru Mada melihat ke sekitar. Ia mendapati kedua muridnya masih tertidur pulas di dalam tenda."Kelihatannya aku harus segera mengumpulkan kayu bakar dan beberapa bahan makanan sembari menunggunya datang. Jika perkiraan benar, dia mungkin akan datang ke sini nanti siang," gumam Guru Mada sembari pergi meninggalkan tenda.Tatkala Guru Mada pergi, tidak lama kemudian Bagaskoro dan Bajulgeni bangun. Keduanya nampak kaget didapatinya hari sudah sangat terang. Keduanya segera keluar tenda dan pergi ke tenda sang guru. Namun, mereka berdua tidak dapat menemukan dimana sang guru berada."Guru... Guru... dimana engkau!" teriak keduanya sambil menelusuri sekita tenda. "Kira-kira kemana guru pergi ya?" gumam Bagaskoro. "Entahlah, namun aku tidak merasakan firasat yang
Read more
Bab 17: Selamat Tinggal Bagaskoro dan Bajulgeni
Tanpa basa-basi Guru Mada langsung mengarahkan tinjunya ke arah perut master. Dengan cekatan pula, master memiringkan tubuhnya untuk menghindari serangan dari Guru Mada. Namun kecepatan serangan Guru Mada mengungguli kecepatan master, alhasil Master terkena sedikit efek dari serangan Guru Mada."Kurasa rambutku memang sudah beruban semua, dan kulitkupun juga mulai keriput. Namun, tekad dan semangat ku masih seperti anak muda, hahaha," ejek Guru Mada. "Hahaha, sebuah persepektif yang hebat, kau boleh bangga dengan satu pukulan mu itu, namun tidak dengan yang berikut berikutnya," timpal Master. Hal tersebut terjadi berulang-ulang. Kadangkala yang menyerang adalah Master dan yang bertahan adalah Guru Mada, kadang pula sebaliknya.Di lain sisi, Bagaskoro, Bajulgeni, Xi Zhang yang awalnya menyaksikan dengan penasaran, mulai bosan dikarenakan tau itu semua hanya Pertarungan persahabatan. Jadi sekuat apapun serangan yang dilancarkan itu hanyalah sebuah candaan. Mereka pun akhirnya lebih memi
Read more
Bab 18: Tujuanku
Setelah Guru Mada meninggalkan tenda, Master Li Mo segera membaringkan tubuh dan tidur. Tak terasa malam berlalu begitu cepat. Sebelum fajar menyingsir, Master Li Mo terbangun untuk melakukan rutinitasnya, yakni bermeditasi. Ia masih berpikir-pikir kemana sahabat baiknya itu pergi."Mada, apa yang sebenarnya ada di pikiranmu? Apakah yang hendak kau lakukan? Aku tetap tidak paham dengan setiap langkah tindakanmu. Namun, aku percaya kau orang baik. Kau tidak akan pernah meninggalkan etika kebajikan yang ditinggalkan oleh Mahaguru," gumam Master Li Mo sembari membereskan tempat tidurnya.Di lain sisi, Bagaskoro dan Xi Zhang masih tertidur dengan pulas, sedangkan Bajulgeni sudah bangun. Setelah bangun tidur, Bajulgeni bergegas pergi ke tenda sang guru. Alangkah terkejutnya Bajulgeni ketika keluar dari tendanya. Ia hanya melihat hanya ada dua tenda yang berdiri, sedangkan ia tidak mendapati tenda gurunya."Guru! Guru! Guru! Dimana engkau?" teriak Bajulgeni sembari berlarian. Teriakan Bajul
Read more
Bab 19: Memulai penyelidikan
Setelah cukup beristirahat, Guru Mada pun segera bangkit. Ia segera meneruskan perjalanannya, sampai tibalah ia di sebuah pasar pelabuhan yang berada di pinggiran kerajaan Nusa."Akhirnya aku sampai," gumam Guru Mada sembari masuk ke sebuah warung makan. "Maaf tuan, tuan ingin pesan apa? Disini kami menyediakan semua jenis makanan dan minuman khas Kerajaan Nusa," tanya salah seorang pelayan. "Aku pesan pepes ikan mas dengan nasi dua porsi dan untuk minumnya aku pesan wedang ronde," ujar Guru Mada. "Baiklah tuan, apa ada tambahan lain?" tanya si pelayan kembali. "Oh ya, apa kalian juga menjual rokok jenis kretek? Kurasa aku ingin rokok kretek 3 batang jika ada," pinta Guru Mada. "Kami menjualnya tuan. Oke kalau begitu pesanan tuan adalah pepes ikan mas dengan nasi 2 porsi, wedang ronde, dan 3 batang rokok kretek. Tolong ditunggu ya," ujar si pelayan.Setelah selesai menulis semua pesanan, si pelayan meninggalkan Guru Mada. Guru Mada terus mengamati yang ada di dalam warung makan terseb
Read more
Bab 20: Belajar Ikhlas
***Hari hari terus berlalu. Bagaskoro dan Bajulgeni terus berusaha sekuat tenaga mereka untuk mengikhlaskan kepergian sang guru. Mereka masih terus saja merenung, mengapa Guru Mada meninggalkan mereka? Apakah ini tujuan dari guru Mada mengajak mereka berdua meninggalkan padepokan?Xi Zhang yang melihat mereka merasa sangat kasihan. Bagaimanapun mereka berdua sudah dianggap Xi Zhang sebagai saudaranya sendiri. Tak ada yang dibeda-bedakan diantara Bagaskoro ataupun Bajulgeni."Hai Bagaskoro! Apakah kau sudah makan? Master Li Mo beserta para pendekar mengadakan perjamuan besar untuk memperingati berdirinya padepokan yang ke-20," ajak Xi Zhang. Bagaskoro hanya acuh mendengarkan sembari berbaring di atas tanah. Bagaskoro masih terus memikirkan tentang Guru Mada. Melihat hal tersebut, Xi Zhang tidak bisa lagi memaksa, ia tau bahwa Bagaskoro masih membutuhkan waktu untuk menenangkan dirinya. Akhirnya ia pun pergi meninggalkan Bagaskoro dan menemui Bajulgeni."Hai Bajulgeni! Bagaimana kabarm
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status