All Chapters of Asmara di Kehidupan 303: Chapter 31 - Chapter 40
83 Chapters
Bab 31. Banjir Darah di Sebrang Desa
Suara derap langkah dan ringkikan kuda serta teriakan –teriakan makin bergemuruh memecah keheningan malam. Para pengacau sudah tak sabar membakar dan melakukan keonaran. Sementara itu, Pangeran Gardapati sudah bersiap menyambut dengan pasukannya. Para pemuda warga desa juga sudah berjaga-jaga dengan senjata seadanya. Pangeran Gardapati melarang para pemuda desa untuk ikut langsung bertarung, mereka hanya diperintah untuk berjaga-jaga. Meski kalah jumlah, Pangeran Gardapati yakin pasukannya sanggup meringkus para pengacau.“Panah!”Dalam sekejap langit mendadak merah membara saat panah api pasukan khusus meluncur begitu mendengar aba-aba dari pangeran Gardapati. Kuda-kuda meringkik kaget melihat panah-panah api yang menyambar. Kuda-kuda banyak melompat menjatuhkan penunggang di punggungnya.“Kita terjebak!” teriak Gagak Ireng menangkis hujan anak panah yang menyerang.“Amukk!” Genta Obong kalap memberi aba-aba untuk maju. para para gerombolan pun nekat menerjang hujan panah, menerobos
Read more
Bab 32. Pertemuan dengan Murid Terkutuk
Tujuh belas pemuda yang menyamar telah membubarkan diri, menyisakan Mbayang Pranaya dan dua orang senopati, Panuluh dan Ringkin. Senopati Panuluh tiduran di atas tikar menatap ke langit. Matanya terus terjaga menunggu sandi dari Pangeran Gardapati. Sementara itu, Mbayang dan Senopati Ringkin, berbincang dekat perapian. “Jadi, setelah ini kau ingin pergi berguru, di padepokan segaran?” tanya Senopati Ringkin membuka percakapan. “Benar, Paman. Saya ingin ingin bisa ilmu kanuragan agar bisa menjaga junjungan-junjungan saya, dari marabahaya,”jawab Mbayang Pranaya polos. Senopati panuluh dan Ringkin tersenyum mendengar jawaban dari Mbayang. “Ha ha, meski galak dan merepotkan, anak gadis Juragan Karta itu cukup cantik memang, untuk membuat seseorang rela jauh-jauh belajar ilmu kanurgan,” Sindir Senopati Ringkin. Mbayang langsung gelagapan mendengar ucapan itu, dia selama ini hanya menganggap Candrawati adalah majikan dan teman kecilnya, tak pernah terbersit pikiran yang lebih dari itu.
Read more
BAB 33. Pertarungan dua Senopati
Senopati Ringkin mencabut keris dari pingggang, lalu mengayunkankan keris pusaka itu mengicar telapak Tangan Badranaya yang sudah melesat membentuk sebuah cakar ke arah pangkal leher Mbayang. Merasakan desiran angin dari senjata pusaka, buru-buru Badranaya menarik tangannya. Senopati Panuluh langsung menerjang maju, melancarkan serangan-serangan dengan keris yang membuat Badranaya harus berkelit kesana kemari, disusul Senopatii Ringkin yang ikut mendesak, membuatnya cukup kewalahan.“Bagus, maju kalian berdua. Akan aku antar kalian menemui dewa kematian!” teriak Badranaya langsung mengelar pukulan tangan berdarah.Dalam satu kesempatan, Bandranaya yang menyerang dengan hebat berhasil memukul dada Senopati panuluh, membuat Senopati berusia empat puluhan tahun itu, mundur beberrapa jengkal merasakan sesak di dadanya.“Panuluh!” jerit Senopati Ringkin mendekati Senopati Panuluh. “Kau tak apa?” tanyanya khawatir.Senopati Panuluh memegangi dadanya yang terasa sesak, terkena pukulan yang s
Read more
Bab 34. Niat Jahat yang Terbongkar
Perlahan Mbayang membuka mata, kepalanya masih terasa berat dan nyeri di sekujur tubuh. Mbayang kini berada di sebuah ruangan dan lamat-lamat, Mbayang melihat orang-orang yang dia kenali berada di sekilingnya, ada Candrawati, Juragan Karta dan Pangeran Gardapati.“Mbayang!” jerit Candrawati berbinar. “Ndoro… aku dimana?” tanya Mbayang berusaha bangun meski tubuhnya masih lemah.“Kau ada di rumah, Mbayang. Syukurlah, kau tak sadarkan diri berhari-hari. Aku takut sekali, hiks” terang Candrawati terbata-bata.Pangeran Gardapati dan Juragan Karta yang tadinya duduk tak jauh dari dipan, berdiri mendekat untuk melihat kondisi Mbayang yang siuman.Meski kepalanya masih terasa berat, Mbayang berusaha untuk untuk memberi hormat. Tapi dicegah oleh Candrawati. Gadis itu membantu Mbayang mengubah posisi dari tidur ke duduk.“Bagaimana kondisimu?” tanya Pangeran Gardapati.“Tubuh hamba rasanya panas sekali, Pangeran. Bagaimana dengan paman Panuluh dan paman Ringkin?”Wajah Pangeran Gardapati beru
Read more
Bab 35. Perjanjian dengan Candrawati
“Anjani!” panggil Juragan Karta. Tapi Anjani terus berlalu. Dia melemparkan tanggung jawab tentang apa yang terjadi pada suaminya. Dia sudah siap kalau Juragan Karta menceritakan pada Candrawati tentang rencananya melenyapkan Mbayang. Bila itu terjadi, dia juga akan membongkar rahasia perselingkuhan suaminya hingga melahirkan Mbayang pada Candrawati. Juragan Karta menoleh ke arah putrinya yang masih bingung menunggu jawaban. Otak pria berusia lima puluhan tahun itu berpikir keras mencari-cari kata yang tepat untuk menjelaskan pertengkarannya dengan Anjani, tak mungkin baginya mengakui segala dosa masa lalunya pada Candrawati. Semua akan berantakan bila rahasia itu terungkap.“Apa yang terajadi, Romo?” Candrawati kembali bertanya tentang sikap biyung dan Romonya yang tiba-tiba nampak tak akur dan Candrawati merasa kalau semua ini ada hubungannya dengan Mbayang.“Apa kau mencintai Mbayang?” Juragan Karta balik bertanya.Wajah Candrawati langsung bersemu merah, dia buru-buru memalingkan
Read more
Bab 36. Gadis Padepokan Segaran
Candrawati berdiri melamun di dekat jendela kamar, menatap kosong halaman rumahnya yang luas. Baru dua hari Mbayang pergi, tapi rasanya sudah lama sekali. Lelaki yang selalu menemaninya kini harus benar-benar pergi ke padepokan segaran. Dia tak bisa menahan lebih lama, luka-luka Mbayang telah sembuh sepenuhnya dan dia juga sudah berjanji pada Romonya untuk tak berulah lagi. Andaikan bisa memilih, dia ingin Mbayang tetap lemah, agar dia bisa lebih lama merawatnya. Meski dia seorang Ndoro, tapi dia senang sekali bisa merawat Mbayang.“Ndoro…”Suara Ningrum mengagetkan Candrawati dari lamunan, perlahan dia berbalik menghadap ke arah Ningrum.“Ada apa, Rum!” jawab Candrawati ketus, tak senang dengan kedatangan abdinya itu.Ningrum jadi gugup mendapati jawaban ketus dari Candrawati. Ningrum pun memberanikan diri untuk maju mendekati junjungannya itu.“Ampun Ndoro,” Ningrum memberi hormat, “Ndoro Putri memanggil Ndoro Ayu ke ruang makan. Ndoro Ayu katanya belum makan sejak pagi...”“Itu bu
Read more
Bab 37. Murid Utama
Mbayang kembali berkelit hingga tendangan yang di arahkan padanya menerpa angin. “Pengawal!” jerit juragan Karta melihat Mbayang dikepung beberapa Cantrik. Empat orang pendekar yang disewa Juragan Karta langsung melesat dan melayang di udara. Dengan cepat ke empat pendekar itu sampai tempat kejadian. Mereka langsung membantu Mbayang menangkis pukulan yang mengarah pada Mbayang. Juragan Karta berjalan cepat menghampiri Mbayang yang terkepung. “Apa yang sebenarnya terjadi?” tanyanya heran melihat keadaan yang tiba-tiba kacau. “Saya juga tidak tahu, Juragan!” jawab Mbayang gugup tak menyangka akan jadi seperti ini. ke empat pendekar berdiri dengan sikap siaga di kelilingi para cantrik yang juga siap menyerang. “Ada pengacau!” teriak salah seorang cantrik. Tak berselang lama, beberapa cantrik dalam jumlah lebih banyak datang mengepung kali ini bukan dengan tangan kosong, tapi dengan pedang terhunus. Kilatan pedang yang terkena sinar itu membuat giris hati. “Tahan! Kami tidak ber
Read more
BAB 38. Borok Padepokan
Di sebuah ruangan yang terletak di belakang padepokan, Permana, pria empat puluh lima tahun, yang merupakan pemimpin sementara padepokan sedang bersemedi meninggkat tenaga dalam. Tiba-tiba seorang wanita perlahan membuka pintu dan masuk ke dalam. Sang wanita yang berusia empat puluhan tahun itu menatap Permana yang sedang bersemedi sambil mengulum senyum menggoda.Menyadari ada orang lain yang masuk, Permana membuka mata, semedi lelaki itu buyar seketika, melihat sosok wanita cantik jelita ada di hadapannya.“Nyi, Dewi!” seru Permana langsung berdiri, dengan mata terbelalak. Nyi Dewi melempar senyum genit, wanita dengan rambut terurai sebahu, tidak terlalu tinggi, punya dada montok dan kulit sawo matang itu berjalan mendekati Permana. Kecantikan Nyi Dewi memang dengan cepat menggugah hasrat lelaki. Permana sampai dibuatnya tak berkedip, terlebih Nyi Dewi memakai jarik, dan kemben ketat memperlihatkan belahan dadanya yang putih mulus juga mempertontokan lekukan tubuhnya.“Aku mengga
Read more
BAB 39. Keributan di Aula padepokan
“Biaya belajar silat di sini tidak murah. Kau lihat sendiri cantrik di sini sangat banyak, tentu menghidupi mereka perlu biaya yang tak sedikit,” Permana membuka suara setelah Juragan Karta mengutarakan maksudnya menitipkan Mbayang di perguruan segaran.Mbayang gelisah, duduk mulai tak tenang mendengar penuturan Permana. Dia ingin sekali memotong pembicaraan pimpinan sementara padepokan ini. Dia sudah kehilangan minat belajar ilmu pada orang-orang terlihat picik dan mata duitan itu.Berbeda dengan Mbayang, Juragan Karta yang sudah kenyang pengalaman lebih tenang menghadapinya. Dia juga sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Baginya, yang penting Mbayang menyingkir dulu dari rumah selain agar tidak terlibat asmara dengan Candrawati, juga menjaga agar Mbayang aman, dari tangan jahat istrinya. Sukur-sukur kalau Mbayang nantinya bisa menjadi pendekar yang sakti. soal biaya tak jadi soal baginya.“Apakah ini cukup!” Juragan Karta mengahaturkan satu kantong besar uang perak pada Permana.M
Read more
Bab 40. pedang pusaka padepokan
Ttu tuk ttuk ttukTitir kentongan dibunyikan,memecah keheningan pagi saat matahari mulai meninggi. Para murid Padepokan segaran pun segera berkumpul. Padepokan segaran adalah perguruan silat yang cukup besar, ada sekitar dua ratusan murid yang belajar di sana laku-laki dan perempuan. Para murid berkumpul dekat panggung besar depan aula padepokan, Kabar tentang pertikaian Bimantara dan Permana sudah menyebar semalam. Murid-murid pun sudah tak sabar melihat pertarungan dua pendekar andalan padepokan segaran. Ya, Nyi Dewi pada akhirnya merestui pertarungan demi menyelesaikan ganjalan hati antara Permana dan Bimantara.“Aku yakin, Paman Bimantara akan menang dan menggantikan Paman Permana menjadi pemimpin sementara...” kasak kusuk para murid padepokan menjagokan Bimantara, hanya beberapa saja, terutama murid-murid dibimbing oleh Jalasanda dan Permana yang mendukung pemimpin padepokan untuk menang. Mereka adalah murid-murid yang berasal dari keluarga orang-orang kaya.Satu persatu ketua te
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status