All Chapters of Asmara di Kehidupan 303: Chapter 11 - Chapter 20
83 Chapters
Bab 11. Darah yang Mengalir
“Kang Mas, kenapa? Aku melihat, Kakang beberapa hari ini sering melamun,”Teguran dari Anjani itu membuat Juragan Karta yang sedang duduk termenung di bale-bale, memikirkan cara menutupi perselingkuhannya itu tergagap, kaget. Tahu-tahu sang istri sudah ada di sampingnya, menepuk pundaknya.“Oh, Diajeng,” jawabnya geragapan. “Kakang ada masalah apa, sebenarnya?” desak Anjani kembali bertanya. Firasatnya sebagai perempuan merasakan ada yang berbeda dari suaminya. Meski sebenarnya masih khawatir dengan ramalan sang Resi, Anjani sudah membuang jauh rasa itu dan kembali melayani suaminya seperti biasa. Tapi hal itu seperti tak banyak mengubah keadaan. Suaminya memang tak lagi uring-uringan, berganti jadi sering melamun sendiri. Suaminya juga tak lagi menjamahnya setelah malam pertama Anjani menyerahkan dirinya.“Kakang hanya capek saja, dan tak sabar menantikan kelahiran jabang bayi ini,” jawab Jurag
Read more
bab 12. Dosa yang Bertumpuk
“Haaaa!” jerit Lastri melihat tubuh Juragan Karta bersimbah darah di samping mayat Parjo yang sudah terbujur kaku. Lastri sudah punya firasat tidak baik saat Juragan Karta bergegas pergi dengan wajah penuh amarah setelah mendengar ceritanya tentang ancaman Parjo. Lastri pun mengikuti Juragan Karta, dan benar saja, Juragan Karta telah membungkam mulut Parjo untuk selamanya. “Oh Dewa, apa yang telah Kakang lakukan? Ohhh….” Lastri membekam mulutnya menahan haru. Parjo memeng telah menghinakannya dan membuat dia berada dalam situasi yang sulit. Tapi, melihat mayat Parjo yang terbujur kaku, Lastri juga merasa tidak tega. Dia tak menyangka kalau Juragan Karta akan bertindak sejauh ini. Juragan Karta yang masih duduk terpekur menatap mayat Parjo, buru-buru menyarungkan keris pusakanya ke dalam warangka, lalu menyelipkannya ke pinggang sambil berdiri. “Dia pantas mati, Lastri! Mulutnya telah terbungkam selamanya. Lekas bantu aku menguburkan pria tak tau diri ini, sebelum ada yang melihat,
Read more
Bab 13. Roh sang Panglima
Roh Panglima Tiang Feng masih termenung memikirkan kehidupan ketiga ratus tiganya. Gambaran kehidupan yang akan dia jalani sudah terlihat jelas. Dia akan mengalami banyak kesialan dan berkali-kali merasakan derita cinta dalam satu kehidupan. Karma buruk akibat melanggar aturan langit saja sudah cukup berat, di tambah dia harus menanggung beban karma buruk akibat dosa yang diperbuat oleh kedua orang tuanya, makin membuat Panglima gelisah. Meski Raja Akhirat telah berjanji akan membantu mengurangi derita asmaranya, roh Panglima tetap tak yakin akan sanggup mengubah nasib buruk di kehidupan ke tiga ratus tiganya.“Waktumu telah tiba, Panglima….” Raja Akhirat mengingatkan Panglima untuk bersiap menuju gerbang reinkarnasi.Roh Panglima Tiang Feng menoleh pelan, ke arah Raja Akhirat. Tak seperti beberapa hari yang lalu, roh Panglima Tiang Feng kini sudah bisa tenang dan tak lagi berteriak dan meraung-raung minta dijebloskan ke neraka, meski tahu kalau kehidupan ketiga ratus tiganya akan leb
Read more
Bab 14. Mbayang Pranaya
Owew owew owewTangisan bayi yang baru lahir itu memecah keheningan malam saat keluar dari rahim sang ibu. Dukun bayi mengangkatnya tinggi-tinggi lalu buru-buru membersihkannya. Meski masih merah, Dukun bayi bisa merasakan aura yang berbeda pada bayi yang baru lahir itu. Bayi itu terlihat gagah dan rupawan memancar aura yang memikat.“Hmm, bayi laki-laki yang tampan. Entah berapa gadis yang akan terpikat olehnya nanti,” gumam Dukun mengelap-elap tubuh bayi mungil itu.Mbok yam ibu dari Lastri tersenyum bahagia melihat bayi yang masih merah itu terlahir dengan selamat. Mbok Yam menyambut dengan senyum haru cucu laki-lakinya itu, Mbok Yam untuk sejenak melupakan rasa marahdan kesalnya pada Lastri yang tiba-tiba pulang dalam keadaan hamil. Berkali-kali Mbok Yam mempertanyakan tentang laki-laki yang telah membuatnya mengandung. Setiap kali hal itu ditanyakan, Lastri selalu menjawab kalau lelaki itu akan bertanggung jawab dan menjemputnya di desa. Tapi nyatanya tak kunjung datang.“Cucuku
Read more
Bab 15. Ndoro Ayu Candrawati
“Lepaskan, Ndoro Ayu!” teriak Mbayang Pranaya lantang tanpa rasa takut mengacungkan sabit di tangannya. Matanya berkilat tajam memandang ke arah gerombolan pemuda yang mengganggu gusti ayunya. Meski seorang diri, dia sama sekali tak gentar menghadapi berandalan-berandalan itu. Empat orang pemuda yang tadi menggoda Cadrawati tersentak kaget mendengar suara Mbayang Pranaya yang menggelegar. Meski mereka berempat, mereka nyatanya keder juga melihat tatapan elang dari Mbayang Pranaya. Saat ke empat pemuda yang tadi menggodanya itu masih kaget dengan kedatangan Mbayang Pranaya, Cadrawati menarik tangannya dari berandal-berandal yang mengganggunya lalu berlari ke arah Mbayang Pranaya. “Hay!” jerit salah seorang pemuda yang tadi mengcengkram tangan Candrawati, saat menyadari tangan gadis ayu itu lepas. “Huh, Hajar mereka Mbayang, mereka berani menggangguku!” sungut Candrawati mengadukan tingkah kurang ajar pemuda-pemuda itu pada Mbayang Pranaya. Wajah putih bersih Cadrawati memerah menaha
Read more
Bab 16. Sikap Kasar Ndoro Putri
Mbayang rebah di atas rerumputan dengan luka memar di sekujur tubuh. Meski dia harus babak belur dan mukanya biru-biru, dia akhirnya berhasil mengusir berandal-berandal yang mengganggu Ndoro Ayu. Mbayang seperti tak punya rasa sakit dan lelah, dia terus bangkit dan berdiri membalas setiap pukulan dan tendangan yang dia terima seperti orang kesurupan, yang membuat berandal-berandal itu kewalahan dan akhirnya memilih kabur. Barulah setelah berandal-berandal itu pergi, sekujur tubuh pemuda lima belas tahun itu merasakan nyeri dan perih yang luar biasa.“Kau tak kenapa-napa?”Mbayang membuka matanya, melihat Candrawati duduk di samping. Wajah putih dan mata indah itu nampak tersenyum bangga melihat Mbayang berhasil mengusir pengganggunya. Sebaliknya, Mbayang tersenyum kecut mendengar pertanyaan dari junjunganya. Bagaimana Candrawati bisa bertanya hal seperti itu sedangkan dia melihat sendiri tubuh dan wajahnya tak biru-biru terkena tendangan dan pukulan.“Hhhhm, coba saja Ndoro menuruti p
Read more
Bab 17. Rahasia yang Terbongkar
“kakang selalu membelanya, huh!”Juragan Karta menghela nafas panjang, baru saja kakinya melangkah ke dalam kamar, dia sudah disambut dengan ucapan ketus dari Anjani Istrinya. Bukan hanya kata-kata ketus, dia juga disambut dengan wajah cemberut penuh amarah dari sang istri.“Aku tak membelanya, dia memang tak salah,” jawab Juragan Karta sambil berjalan mendekati.“Tak salah bagaimana, hah? gara-gara dia putri kita hampir celaka,”sengit Anjani matanya melotot lalu membuang muka ke samping.Juragan Karta berusaha menenangkan Anjani yang terbakar emosi dengan menyentuh pundaknya. Tapi Anjani buru-buru menepis tangan Juragan Karta yang menjamahnya. Juragan Karta tak berkata-kata lagi. Dia merebahkan diri di ranjang mengingat kemabali peristiwa lima belas tahun yang lalu. Sebuah peristiwa yang mengubah sikap Anjani yang dulu lembut kini menjadi pemarah.Waktu itu, Juragan Karta sedang menemani Anjani menyuapi Candrawati di teras rumah. Candrawati yang tumbuh dengan sehat dan baru bisa berj
Read more
Bab 18. Pengakuan Juragan Karta
“Benarkah yang aku dengar itu, Kang?” tanya Anjani sambil menggendong Candrawati kecil yang terus menangis, meminta kejelasan.Juragan Karta diam tak bisa menjawab. Di hadapannya, ada dua orang bayi yang sedang menangis, dua-duanya adalah bayi yang merupakan darah dagingnya. Tangis bayi yang saling bersautan itu benar-benar membuat kepalanya pening. Bila dia mengakui bayi yang dibawa wanita paruh baya di hadapannya, maka dia juga harus mengakui perbuatan kejinya lima belas tahun yang lalu. Perbuatan yang selama ini dia tutupi. Tapi seperti kata pepatah, serapi-rapinya bangkai disimpan lama-lama bau busuknya akan tercium juga.“Aku tak minta apa-apa darimu, aku akan segera angkat kaki dari sini, tapi tolong rawat dan akui anak ini. Aku berani bersumpah atas nama dewa-dewa, biarkanlah semesta mengutukku bila aku berdusta. Dia anakmu!”desak wanita paruh baya itu menyakinkan Juragan Karta yang masih bimbang.Tak mau kalah, Anjani dengat cepat meraih tangan Juragan Karta, meletakkannya di
Read more
Bab 19. Sebuah Kekhawatiran
“Kenapa diajeng begitu membencinya, hah!”Juragan Karta yang selama ini mengalah dengan sikap ketus Anjani, naik darah mendengar permintaan Anjani. Mbayang begitu rajin, gagah dan selalu penurut dan hampir tak pernah merepotkan sejak kecil. Tapi, semua itu sama sekali tak pernah terlihat di mata Anjani istrinya. Rasa sayang seorang bapak pada anak laki-laki muncul seketika. Terlebih, anak laki-lakinya dari Anjani tak lebih baik bila dibandingkan dengan Mbayang.“Karena dia anak haram!” jawab Anjani tak mau kalah.“Jangan sebut dia begitu!”Juragan Karta mengangkat tinggi tangannya mengambil ancang-ancang hendak menampar istrinya, tapi sekuatnya dia menahan amarah yang meluap-luap.“Tampar kang, tampar!” Anjani mendongakkan kepalanya dan memiringkan pipinya, menantang suaminya untuk menampar.Juragan Karta menarik tangannya dan membuang muka ke samping mengurungkan niatnya menampar Anjani.“Andaikan kakang tidak mengumbar napsu pada Lastri, keluarga kita akan baik-baik saja, sekarang.”
Read more
Bab 20. Pengasingan
“Tidak, ini tidak boleh terjadi?” gumam Juragan Karta khawatir.Lelaki paruh baya itu terus mengintip dari kejauhan, mengamati Mbayang dan Candrawati yang berbincang hangat di dekat perapian. Gelap malam menghalangi pandangan Juragan Karta, dia hanya bisa melihat samar terbantu oleh cahaya di perapian. Pandangan yang samar itu makin membuat Juragan Karta gelisah menebak-nebak apa yang dibicarakan oleh Mbayang dan Candrawati. Meski belum terlalu malam, tak elok rasanya seorang laki-laki dan perempuan berduaan. Sebagai seorang bapak, Juragan Karta ingin mendatangi kedua anaknya itu, tapi dia tahan saja keinginan itu. dia ingin melihat apa yang akan terjadi.Mbayang sendiri sebenarnya merasa tak nyaman dengan keberadaan Candrawati. Bukannya dia tak senang ditemani oleh gadis cantik jelita seperti Candrawati, tapi dia takut kalau harus lagi-lagi kena marah Ndoro putri gara-gara Candrawati. bila sampai itu terjadi, Mbayang takut Ndoro Putri akan makin galak padanya.“Sudah malam, apa Ndoro
Read more
PREV
123456
...
9
DMCA.com Protection Status