Semua Bab Dendam Sang Tumbal: Bab 11 - Bab 20
42 Bab
Bertemu Wunisa dan Darsima
"Nenek, siapa?" ulang Rendra.Tampak oleh Rendra sesosok nenek tua yang di lihatnya di dekat gapura rumahnya.Rendra kembali ketakutan saat sosok itu mulai berusaha bangkit menegakkan tubuhnya."Jangan makan saya, Nek. Daging saya pahit," lontar Rendra.Rendra beringsut ke belakang dengan menggunakan tangannya. Badannya terasa lemas saat sosok nenek itu mendekatinya."Kendalikan rasa takutmu itu!" bentak nenek itu.Nenek itu mengulurkan tangannya untuk membantu berdiri. Rendra yang ketakutan pun membalikkan tubuhnya lalu menyeret tubuhnya dengan menggunakan Boko*gnya, berusaha melarikan diri.Sosok itu menghela napas, tiba-tiba saja, sebuah tongkat yang seperti pengait sudah berada di tangan kirinya.Nenek itu menjulurkan tongkatnya dan mengait celana Rendra tepat di bagian pinggangnya. Lelaki itu menjerit-jerit ketakutan."Tolong ... Mas, siapa saja, tolong!" teriaknya.Soleh mendengar teriakan Rendra, kemudian memintanya untuk tetap tetap di tempatnya, agar dirinya lebih mudah menemu
Baca selengkapnya
Sudah waktunya
"Aku sudah pertimbangan sedari lama. Kelak kau akan memiliki ilmu Tarung Iblis. Itu akan sangat dibutuhkan guna membantu memutus ikatan perjanjian dengan iblis dan anakku akan terbebas. Selain itu, aku akan menitipkan ilmuku kepada seorang gadis, korban dari kekejaman Ningsih. Maka, bantulah mereka mencapai tujuannya," urai Darsima."Tarung Iblis? Aku belum pernah mendengarnya," kata Rendra.Tiba-tiba pusaran angin kencang seakan menghisap apa saja yang berada di alam itu."Gadis itu akan bertemu denganmu sebentar lagi!" teriak Darsima.Darsima sudah duduk di pundak harimau. Soleh dan Rendra pun terhisap dan kembali ke tubuh mereka masing-masing.Terdengar suara ketukan di pintu kamar, ternyata suara Ratri yang membangunkan agar bersiap untuk salat karena waktu subuh akan tiba."Hah? Cepat sekali, sudah mau masuk waktu subuh," cetus Rendra."Waktu di sana memang berjalan lambat. Kau saja yang bertele-tele mengulur waktu sedari tadi," dengus Soleh.Rendra menggaruk kepalanya yang tidak
Baca selengkapnya
Atasi Rasa Takutmu
" Ibu ... " cetus Rendra."Bukan, aku Rahayu yang sedang meminjam tubuh Ibumu. Agar iblis itu tidak tahu jika aku datang," sahut Rahayu.Rendra membulatkan bola matanya. Lelaki itu terkejut. Wahini dan Wahiru menyingkir lalu menghilang.Ratri yang dirasuki oleh Rahayu itu pun mendekati Rendra dan mengajaknya untuk duduk di tepi ranjangnya.Angin kencang pun mendadak berhenti. Rintik hujan mulai terdengar seperti nyanyian alam yang menemani sore yang sebentar lagi menjelang."Dalam waktu sangat dekat, engkau akan bertemu dengan gadis yang dibicarakan Darsima kepadamu. Persiapkan dirimu, aku akan datang menyelinap melalui mimpi," tutur Ratri.Tubuh Ratri pun bangkit dari ranjang Rendra, tatapannya kosong, cara berjalannya juga tampak sangat anggun. Rendra kini mulai ketakutan dan beringsut mundur."Atasi rasa takutmu itu, atau aku akan mengajarimu bagaimana cara menghadapi kelemahanmu itu!" sergah Ratri.Wanita itu mengeluarkan nada tinggi tanpa menolehkan atau membalikkan tubuhnya sama
Baca selengkapnya
Harapan
"Emang ga ada apapun. Mandi sana, kita salat ashar ke masjid," perintah Soleh.Rendra masih saja gemetar, matanya memandang sekeliling. Memang tidak ada yang aneh, hanya suara desau angin sesekali terdengar dan rintikan air hujan."Temenin yuk, masuk ke dalam kamar. Takut nih," rengek Rendra.Soleh menolak dan mengatakan akan menunggunya di depan pintu kamar saja. Lelaki itu berdiri di tengah pintu, Rendra pun berlari ke dalam kemar, membuka lemari, mengambil baju dan celana lalu berlari ke luar kamar.Sepupu Rendra tertawa lalu menakuti adik sepupunya itu dengan mengatakan ada tangan yang sedang mengikutinya."Itu bukan celana, tetapi, tangan. Lihatlah," selorohnya.Rendra melemparkan pakaian yang diambilnya tadi. Soleh tertawa terbahak-bahak melihat wajah ketakutan dan juga reaksi adik sepupunya itu."Dasar sepupu kurang ajar. Orang ketakutan kok malah ditambahin," sungut Rendra.Lelaki itu memungut pakaiannya lalu beranjak menuju kamar mandi, Soleh kembali memanggilnya."Ren, itu on
Baca selengkapnya
Fitri
"Bu, apakah benar, hanya aku yang bisa menghentikan teror dendam ini?" tanya seorang gadis. "Betul, Fitri. Itu yang diucapkan almarhum bapak sebelum beliau meninggal. Katanya itu di dapatnya dari mimpi," jawab ibunya.Mereka berdua pun akhirnya menuju rumah kakek dari ibunya itu. Hanya berjarak empat rumah saja dari rumah mereka. "Sopo?" tanya seorang lelaki."Kulo, Sinem. Mbah Pur," jawab ibu Fitri.Lelaki sepuh itu bertanya dari dalam rumah saat mendengar ada yang mengucapkan salam, lalu berjalan menuju pintu rumahnya kemudian membuka pintu. Senyumnya terukir saat melihat siapa yang datang. Lelaki tua yang di panggil mbah itu pun meminta mereka untuk masuk. Lalu mereka duduk di ruang tamu yang sederhana. "Waktunya sudah dekat, Nduk. Kau harus mencari pasangan dari ilmu yang diberikan kepadamu, Fitri. Seperti namanya, pasangan, pemiliknya adalah lelaki," ujar Mbah Purnomo.Kedua wanita itu saling pandang. Belum sempat mereka mengungkapkan niatnya, ternyata Mbah Pur sudah mengetahu
Baca selengkapnya
Hawa Tidak Enak
Tak lama, dua orang lelaki mengucap salam. Gadis itu pun menjawab salam dan segera ke luar karena sudah tahu, bahwa pemilik kos akan segera datang. Tampak dua orang lelaki berkulit putih. Saat melihat mereka berdua, Leher Fitri terasa panas. Kalung yang dia pakai bergetar."Maaf, Mba. Saya adalah anak pemilik rumah kos ini, Ibu meminta kami untuk mengambil uang kos," kata Rendra. Fitri memandang Soleh lekat. Kalung yang dipakainya pun semakin bergetar dengan cepat. Lelaki itu hanya meliriknya sekilas, lalu mengacuhkannya.'Pasti lelaki ini pemilik ajian itu,' batin Fitri.Rendra dan Soleh saling tatap. Pasalnya, gadis itu hanya diam mematung memandangi Soleh. Soleh yang jengah di tatap seperti itu, lalu mendehem."E ... Maaf, ini Mas uang kekurangannya," sahutnya.Rendra menerima uang tersebut dan mengucapkan terima kasih, lalu pamit meninggalkan Fitri."Cieeee ... Kayanya dia suka sama sepupuku yang rupawan ini," ledek Rendra."Ngawur aja kamu. Itu ilmu di dalam kalungnya yang membu
Baca selengkapnya
Kedatangan Jenggala Manik
Fitri dan Sari saling bertukar pandang mendengar ucapan pemuda yang baru saja datang itu."Ayo bantu ibu, Jun," ajak wanita itu."Berapa biaya makan kami tadi, Bu?" tanya Fitri.Pemilik warung menyebutkan harga, Fitri segera membayar dan bergegas pergi kembali ke kos bersama Sari. Sesekali kepalanya melihat ke arah langit.Sari tampak bingung dengan sikap Fitri yang seolah mengerti dengan apa yang diucapkan oleh pemuda itu dan juga aneh selalu menatap ke arah langit dan menoleh ke belakang dengan wajah ketakutan."Fit, emangnya kamu bisa liat hantu?" tanya Sari."Boro-boro bisa liat hantu, kalau malam denger suara air galon bunyi sendiri aja takut. Seolah-olah ada hantu dan dia bilang lagi haus hahaha," jawab Fitri.Gadis itu berusaha menutupi ketakutannya dengan candaan. Keduanya tertawa terbahak-bahak. Tentu saja Fitri tidak menyebutkan jika dirinya mampu. Dia sekarang bisa melihat mahluk halus karena ilmu yang disembunyikan pada sebuah benda yang menggantung di lehernya.Tiba-tiba a
Baca selengkapnya
Perubahan Rendra
"Aaaa ..." teriak Rendra.Tubuhnya terjatuh ke samping karena di dorong oleh Wahini. Lelaki itu meringis kesakitan.Bola api yang menyerang Rendra kini menghantam pintu rumahnya. Anehnya, api itu padam dengan sendirinya saat menyentuh pintu.Mata Rendra terbelalak ketakutan melihat sesosok iblis yang sangat tinggi yang keseluruhan tubuhnya berwarna merah menyala, bahkan kini bola matanya yang juga berwarna merah sedang memandang ke arahnya."Matilah!" teriak Jenggala Manik.Lima buah bola api keluar dari telapak tangan Manik Jenggala, ukurannya sebesar bola kaki kini bergerak sangat cepat mengarah kepada Rendra, Rahayu, Trisula kembar serta Soleh.Soleh melompat ke depan, membaca sebuah doa, lalu mengangkat tangannya ke atas seolah menggenggam sesuatu."Cambuk Sewu Geni, keluarlah!" perintah Soleh.Tiba-tiba saja sebuah cemeti berukuran besar sudah berada di dalam genggamannya. Soleh memukulkan benda yang ada di genggamannya itu di udara, sesuai dengan namanya, cemeti itu mengeluarkan
Baca selengkapnya
Perdebatan Wunisa
"Hahahaha, menggelikan sekali. Manusia penakut sepertimu akan menghukumku? Lucu sekali," cemooh Jenggala.Rendra mengucapkan basmalah, lalu mulai menyerang. Manik Jenggala yang meremehkan Rendra pun terkena tusukan di mata kirinya.Raungan Jenggala Manik pun menggema. Cairan berwarna hijau kemerahan berbau sangat busuk pun mengalir dari arah matanya."Kurang ajar!" pekik Jenggala Manik.Kini iblis itu menyerang dengan senjatanya yang berbentuk gada, namun, saat akan mendekati targetnya, benda itu berubah menjadi pedang. Rendra menangkis dengan tongkat di tangannya. Percikan api pun membakar pohon dan beberapa pondok kayu yang berada tak jauh dari mereka.Rendra menendang paha Jenggala Manik dan iblis itu terjatuh karena memang tenaganya sudah terkuras saat menghadapi Rahayu."Aku akan kembali dan akan membunuhmu!" teriak Jenggala Manik.Sosok itu pun menghilang. Petir masih menyambar dan hujan deras menghiasi malam itu. Lolongan anjing mulai terhenti.Tubuh Rendra kembali ke ukuran se
Baca selengkapnya
Kunit Kembali
“Ya, ini aku. Apa kau merindukanku?” tanya Kunit. Posum berpindah tempat dan menyandarkan kepalanya di bahu Kunit sahabatnya itu. Tentu saja hanya menyandarkan kepala, karena tidak bisa merentangkan tangan untuk memeluk. Rendra menoleh ke kanan dan kirinya, tidak ada tampak siapapun berada halaman itu. Yang ada hanyalah halaman yang tampak kacau dari beberapa tanaman serta bunga kesayangan ibunya, yang rusak akibat pertempuran itu. Wajahnya tampak cemas, karena, jika Ratri melihat hal ini pasti akan marah besar. “Ibu pasti ngamuk kalau lihat ini.” Gumamnya kesal, sambil berlalu meninggalkan Wunisa yang masih saja mengomel. Suasana desa itu terasa sunyi dari nyanyian binatang malam. Hanya suara air hujan yang menari di atas atap dan suara guruh yang sesekali terdengar menghiasi malam. Desau angin sesekali menggoda dengan membelai dedauan yang di lewatinya. Udara sangat dingin, Rendra melipat kedua tangannya di dada dan melangkah masuk ke dalam kamar. Sesampainya di sana, lelaki itu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status