All Chapters of Istriku Preman Pasar : Chapter 11 - Chapter 20
51 Chapters
Bab 11
Bab 11 - Ke rumah BelaPOV LeonSyukurlah, ternyata Bela tidak mengalami luka yang serius jadi menjelang magrib dia sudah diperbolehkan pulang. Sekarang aku sedang mengantar sampai ke rumahnya. Sambil menyetir, pikiranku berkelana mengingat Nadine. Nadine yang datang berkunjung siang tadi telah pulang, dia tak lama di rumah sakit. Setelah berbasa-basi dengan Bela lalu membahas soal pekerjaan denganku, Nadine-pun pamit pulang. Nadine itu benar-benar profesional, semua langkah dan tindakan sudah dipikirkannya secara matang. Aku semakin kagum padanya, sifat dewasanya semakin menarik hatiku."Mas, kalau nyetir jangan sambil melamun!" seru Bela mengagetkanku. Karena asyik melamun, aku hampir saja menabrak orang yang sedang menyeberang "Maaf-maaf, aku sedang gak fokus," jawabku.Aku kembali mengemudikan mobil menuju ke rumah Bela. Setengah jam kemudian kami tiba di depan gang rumahnya. Bela turun sambil mengucapkan terima kasih."Aku boleh mampir, gak?" tanyaku. Entah kenapa aku malas
Read more
Bab 12
Bab 12 - Bertemu Bang RamonBela segera bangkit menyongsong tamu yang datang."Waalaikumsalam, masuk, Bang Ramon. Kak Asih ikut juga, ayo, masuk, Kak!" ajak Bela ramah.Pria yang disapa Bela dengan sebutan Bang Ramon itu masuk dan duduk tepat di hadapanku. Matanya mengawasiku dengan tajam membuat nyaliku seketika menjadi ciut.Bela masuk ke dalam dan keluar lagi dengan nampan berisi air putih seperti yang disuguhkannya padaku tadi."Diminum, Bang, Kak Asih. tapi maaf cuma air putih," tawar Bela. "Terima kasih, Bel. Katanya kamu ketimpa kayu di pasar tadi. Kakak khawatir, makanya datang ke sini," kata wanita yang bernama Kak Asih. Sepertinya dia istri dari pria yang maaih menatapku dengan tajam itu. Siapa sebenarnya pria itu, apa dia abangnya Bela? Sepertinya tidak, karena setahuku, Bela itu tidak mempunyai saudara."Oh, iya, Bang Ramon. Kenalkan ini Mas Leon, dia yang membawa aku ke rumah sakit tadi." Akhirnya Bela memperkenalkan kami berdua. Aku menyambut uluran tangan Bang Ramon y
Read more
Bab 13
Bab 13 - The Bodyguard POV LeonSejak pertemuan dengan bang Ramon itu aku mulai memikirkan kembali akan rencanaku semula. Memang benar jika aku terlalu melihat wanita dari penampilannya saja. Sepertinya aku harus mulai memikirkan rencanaku itu. Pagi itu aku pergi ke kantor seperti biasa, cuaca cerah membuat semangatku juga sama cerahnya hari ini.Tiba-tiba pandanganku menangkap pemandangan yang tidak biasa. Di tepi jalan segerombolan pria sedang mengejar seseorang di depannya. Aku hanya bisa melihat punggung mereka karena posisiku yang berada dibelakang orang-orang tersebut.Kupercepat laju mobilnya hingga aku bisa melihat siapa yang sedang di kejar. "Bela!" seruku kaget. Langsung saja aku menepikan mobil lalu membuka pintunya. "Masuk, Bel!" teriakku. Bela melihatku lalu melompat masuk ke dalam mobil. Secepat kilat aku kabur dengan melajukan mobil sekencangnya. Masih bisa kudengar umpatan dan makian dari orang-orang yang mengejar Bela tadi.Beruntung suasana jalanan masih sepi,
Read more
Bab 14
Bab 14 - Isyarat Terakhir"Sebentar!" Bela beranjak ke jejeran pakaian yang ada di samping kiriku. Aku memilih duduk di kursi yang ada di toko. Biar saja Bela memilih pakaian yang disukainya, asal sesuai dan tidak membuat aku malu di depan klienku nanti.Lima belas menit kemudian, Bela menemuiku dengan penampilan yang berbeda. Setelan blazer dengan celana panjang berwarna senada terlibat sangat pas di tubuhnya."Oke beres, sekarang tinggal rambut dan wajah," kataku. Dan seperti adegan sinetron di televisi, tak lama setelah aku mengantar Bela ke salon. Aku kini sedang menatap Bela dengan tak percaya. Walau hanya dengan dandanan minimalis dan tak mencolok, tapi sesuai dengan wajahnya. Membuat Bela bertambah cantik saja. "Ehm, oke kita bisa berangkat sekarang?" tanyaku segera, sebelum aku salah tingkah lalu memujinya. Pertemuan hari ini berjalan lancar, klien sangat senang karena aku mau memenuhi permintaan mereka. Terlebih tuan Smith, berulangkali kulihat melirik Bela. Sepertinya
Read more
Bab 15
Bab 15 - Tewasnya Bang RamonPOV BelaMataku masih menatap tak percaya pada gundukan tanah di depanku. Air mata terus menetes tak bisa kubendung. Bang Ramon, bos sekaligus sahabat serta sudah kuanggap sebagai Abang sendiri, kini telah terbaring didalam kuburan yang kini sedang ditangisi oleh dua orang wanita.Kak Asih masih terisak di sampingku, aku tahu pasti kalau kak Asih sangat terpukul dengan kepergian suaminya yang tiba-tiba itu. "Sudah kak, jangan ditangisi terus. Kasihan bang Ramon, dia juga gak mau seperti ini," bujukku.Kak Asih memelukku, tangisnya kembali tumpah membasahi pakaian yang kukenakan. "Kakak gak kuat, Dek. Lebih baik kakak ikut saja dengan bang Ramon, hiks!" "Ya, Allah. Istighfar kak, jangan seperti itu. Kasihan Laras, dia masih kecil, masih butuh kasih sayang dari kakak!" Kak Asih masih terus menangis, aku mengusap pelan pundaknya mencoba memberikan semangat. Aku menoleh pada mas Leon yang masih tetap berdiri pada posisinya seperti tadi. Dia berdiri menatap
Read more
Bab 16
Bab 16 - TerlukaHanya tinggal seorang lagi yang hanya diam saja sejak tadi. Aku bisa merasakan aura jahat dari dalam tubuhnya. Dia menyeringai menatapku dengan pandangan penuh nafsu. Karena dia tak menyerang juga, aku memilih meninggalkannya. Namun, dia menahan langkahku. Tanganku dicengkeramnya dengan kuat, semakin kucoba melepaskan diri maka semakin kuat dia mencengkeram nya. "Kau mau apa?" tanyaku akhirnya."Ikut aku!" katanya dengan nada dingin. Tanpa berkata apa-apa lagi, dia menarik tanganku membuat aku harus sedikit berlari mengikuti langkahnya yang panjang. Kami berjalan melewati toko-toko yang kebanyakan pedagangnya sudah mengenalku. Mereka kaget melihat tanganku yang ditarik oleh preman pasar yang mereka benci.Namun, untuk menolong kurasa mereka tak mempunyai keberanian untuk itu. Aku mencoba tersenyum pada mereka, walau aku belum tahu akan dibawa kemana. Rupanya aku dibawa ke belakang pasar dimana sekarang telah disulap menjadi markas mereka. Tubuhku didorong dengan
Read more
Bab 17
Bab 17 - Pulang ke mana?POV BELA"Bagaimana keadaannya , Dok?" "Sejauh ini masih stabil, lukanya juga sudah dijahit hanya tinggal penyembuhan saja.""Alhamdulillah, saya merasa lega, Dok." "Iya, Mas. Kalau begitu saya permisi!" "Silakan, Dok!" Suara yang saling bersahutan masuk ke indera pendengaranku. Sepertinya itu suara Mas Leon, sedangkan yang satu lagi, mungkin suara dokter. Karena Mas Leon memanggilnya dengan sebutan itu. Rasa nyeri kurasakan di lengan kiriku, luka ini aku ingat karena tembakan bang Jalu yang meleset. Perlahan kubuka mata, warna putih langsung merajai pandanganku. Mas Leon sedang menutup pintu, dia berbalik dan matanya langsung terbelalak melihat aku sudah bangun. Bergegas dia mendekatiku dengan senyum lebar.. "Bela, syukurlah kamu sudah sadar." Mas Leon menatapku dengan lembut. Rasa hangat menjalar di hatiku melihat tatapan dan senyumnya. "Sakit, Mas," keluhku saat ingin bergerak. Lengan kiriku terasa nyeri saat digerakkan "Hati-hati, jangan terlalu
Read more
Bab 18
Bab 18 - Leon Sudah Gila Akhirnya, di sini lah aku. Berdiri dengan canggung di depan rumah Mas Leon yang ternyata sangat megah dan mewah."Ayo, masuk!" ajak Mas Leon. Dia baru saja keluar dari mobilnya. Aku mengikuti langkahnya masuk ke dalam rumah."Kamu bawa pembantu baru dari mana, Leon?" Suara wanita yang sepertinya pernah kudengar. WTF, aku dianggap pembantu. Apa penampilanku seburuk itu?"Jaga ucapan, Mama! Dia bukan pembantu, tapi tamu aku. Dia akan tinggal sementara di rumah ini.""Tunggu sebentar, sepertinya kita pernah bertemu. Tapi di mana, ya?" Wanita itu yang ternyata mama tirinya Mas Leon menatapku dengan tajam.Dia benar aku pun rasanya pernah bertemu dengan dia. Oh, iya, aku ingat. Dia wanita tempo hari yang mobilnya mogok di lampu merah, ingatku."Ah, Mama ingat. Kamu wanita preman itu, 'kan?" Ternyata dia ingat juga. Mas Leon menoleh padaku, kemudian menggenggam tanganku dengan erat."Siapapun dia, itu bukan urusan Mama. Yang pasti dia akan tinggal disini dan kali
Read more
Bab 19
Bab 19 - Kamu Mabuk?POV LEON"Apa? Kamu gak sedang mabuk kan, Leon?" tanya mama dengan gusar. Dia melirik kepada Bela yang tampak santai seolah tidak terjadi apa-apa."Tidak, aku sadar sepenuhnya. Kenapa? Apa ada masalah?" Kutatap mama dan adik tiri ku dengan senyum puas.'Rasakan kalian! Pasti kalian kaget setengah mati 'kan?' kataku dalam hati.Padahal sebenarnya, maksud aku membawa Bela ke rumah untuk melindunginya dari kejaran orang suruhan bang Jalu. Mereka masih saja terus mengejar Bela, jadi akhirnya aku memutuskan membawa Bela tinggal di rumahku untuk sementara waktu. Namun, rupanya Allah berkehendak lain. Baru juga sampai, mama dan Yola sudah menabuh genderang perang pada Bela. Syukurnya kulihat Bela tak terpengaruh malah bisa membalikkan kata-kata hingga membuat mama dan Yola melotot tak percaya.Oke, kurasa sebaiknya Bela kunikahi secepatnya. Agar kedua orang tersebut tak betah dan secepatnya angkat kaki dari rumah ini dengan sukarela. Itu sebenarnya tujuanku mengajak Be
Read more
Bab 20 - Kamu Tidak.Peka
Bab 20"Kenapa, sih, Bel. Kenapa aku dicubit begini?" tanyaku hingjh sembari mengelus bekas cubitannya. Lumayan terasa sakit juga."Malah nanya kenapa. Itu tadi maksudnya apa. Tiba-tiba bilang aku calon istri, Mas. Kamu meledek aku, ya, Mas?" protesnya."Gak, aku serius. Setelah kupikir, kita lanjutkan saja rencana kita semula. Kamu membantu menyingkirkan mama tiriku. Sekalian kamu sembunyi dari kejaran preman-preman itu untuk sementara waktu. Bagaimana?" jawabku sembari menguraikan rencanaku dulu. Rencana yang sempat kutunda karena masih bimbang memilih di antara Bela dan Nadine. Bela tampak sedang berpikir keras. Mudah-mudahan dia mau, harapku."Jadi, kita menikah hanya pura-pura?" Aku mengangguk tanpa ragu. "Berapa lama?" tanya Bela lagi."Sampai mereka pergi dari rumah ini!" janjiku."Okelah, aku setuju," balas Bela. Kami saling bersalaman sebagai tanda persetujuan telah dicapai.Keesokan harinya, setelah salat subuh aku tidur kembali. Rasa nya baru saja aku terlelap, sudah ter
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status