All Chapters of Ambisi Sang Penguasa: Chapter 41 - Chapter 50
118 Chapters
Pekerjaan yang Baik
Luis menghadiri persidangan vonis Thalia yang digelar di pengadilan kota. Luis duduk di barisan paling belakang mendengarkan dakwaan hakim atas tuntutan pada pihak-pihak yang tersandung korupsi Walikota. Sebelumnya, dua tersangka sudah diadili, Dean mendapat hukuman sepuluh tahun penjara, Josh yang membantu pencucian uang dihukum lima tahun. Aset-aset hasil dana haram disita, seluruhnya hingga ke akar-akar. Beruntung uang yang diterima Luis murni penghasilan Josh bukan dari hasil jatah pekerjaan kotor.Thalia divonis dua tahun penjara karena terbukti ikut menikmati hasil uang korupsi. Ia mengaku tahu perbuatan Josh, tapi memilih pura-pura tidak tahu. Perhiasan mewah, pakaian-pakaian mahal, koleksi tas edisi terbatas, semua barang-barang bergengsi sengaja ditukar guna melakukan pencucian uang. Sebenarnya bukan masa tahanan sang ibu yang membuat Luis merasa miris, melainkan bisik-bisik kawanan sosialita di barisan depan yang terdengar terus membicarakan Thalia. Wani
Read more
Tabir Malam
Luis menatap serius. Pertanyaannya mungkin terdengar sepele, tapi hal yang ingin diketahuinya memang keharusan. Bagaimana jika uang-uang yang George dapat ternyata dihasilkan dari cara yang tidak baik lagi? Sepak terjang pria menjelang tua itu memang pernah menghasilkan uang dengan cara kotor—mendalangi kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya. Tidak menampik, Luis sangat menikmati harta itu. Ia hanya takut jika ayahnya melakukan perbuatan berisiko lagi, bukan tidak mungkin hari sialnya bakal datang tak terduga.Memilih bertanya pada Enrique sepertinya bukan alternatif tepat. Pria itu lagi-lagi menjawab dengan nada konyol. "Pekerjaan kotor? Kami bukan tukang bersih-bersih, Luis."Luis mengembuskan napas keras dari mulut, ia hampir ingin menyerah mengungkap rahasia di antara mereka."Kalau kerjaan kalian lurus-lurus saja, kenapa aku tidak boleh tahu? Kalian menyembunyikannya dariku, untuk apa? Apa aku akan dirugikan jika mengetahui dari mana kalia
Read more
Jaminan Paling Salah
"Aku dengar kabar, ibumu meninggal. Aku turut berduka."Luis setengah menunduk gara-gara diingatkan sosok Thalia lagi. Membicarakannya membuat dada Luis terasa sakit. Memang, ia pernah ditinggal lama sejak kecil hingga dewasa, belasan tahun. Namun begitu, selama berada dalam dunia yang sama, Luis tidak pernah merasa Thalia pergi jauh kendati tidak pernah bertatap muka. Paling bagus hanya melihat sang ibu dari kejauhan, itupun pada situasi tidak disengaja. Semenjak Thalia meninggal, Luis merasa ibunya benar-benar pergi, batinnya tidak merasa terhubung lagi. Tali di antara mereka terputus sejak Thalia memutuskan mengakhiri hidup."Kau pasti sedih karana kehilangan ibumu. Aku juga merasakan hal yang sama waktu ayahku meninggal, seluruh duniaku serasa menghilang. Aku merasakan kehilangan yang sangat dalam. Sejujurnya, aku takut kehilangan orang-orang yang kucintai lagi, tapi hidup ini memaksa kita untuk terus mengalami hari-hari buruk itu."Angin di balkon lan
Read more
Persetujuan Tanpa Persetujuan
Ide itu tercetus begitu saja dalam benak George. Terdesak, ia pikir menjodohkan anak-anak mereka adalah cara pamungkas mewujudkan kerja sama bisnis paling baik."Menjodohkan Charlotte dan Luis?" Monica terlihat tidak senang. "Mengapa kami harus setuju?""Menjadikan Luis sebagai bagian dari keluarga ini adalah jaminan terbaik. Tuan Henry, kau pasti takut jika bisnis tidak berjalan lancar sesuai rencana, entah gagal dalam pembangunan atau mungkin Anda khawatir keuntungan bakal ditilap. Aku yakin jika keluarga membangun bisnis bersama, akan tercipta harmonisasi di dalamnya. Tidak akan ada pengkhianat. Untuk merugikan keluarga pasti berpikir dua kali, sebab jika anggota keluarga lain dirugikan dan hancur, kau juga pasti ikut terseret. Maka dari itu, kurasa berkat bersatunya kedua keluarga kita, bisnis besar ini bisa terwujud dan dijalankan dengan baik."Henry bergeming. Saran George bukan pilihan terbaik, tetapi cukup diterima akal sehatnya. Membuat Luis menja
Read more
Mengatasi Masalah
Luis menolak persyaratan kerja sama dengan perusahaan Henry. Ia tidak habis pikir ada yang menggagas ide gila tersebut. Jika ada cara lain untuk berkorban demi bisnis mungkin Luis bisa mempertimbangkannya, menjual satu ginjal lebih bisa diterima ketimbang menjual hatinya kepada orang lain.Selama berhari-hari Luis mogok bicara pada George, ia tidak menimpali meski sang ayah menyapa atau bicara kepadanya. Pertengkaran mereka berlanjut, baik George maupun Luis sama-sama kukuh akan pendirian mereka. Tidak ada yang mau mengalah.George tetap memaksakan kehendak yang menurutnya adalah hal mudah, menggadaikan cinta itu bukan masalah. Sementara, Luis tidak sudi dipisahkan dari kekasihnya. Mereka masih saling mencintai, tidak ada alasan bagus untuk berpisah mendadak. Luis tidak tertarik pada gadis lain, walau diiming-imingi imbalan besar. Kebanyakan orang akan mengejar-ngejar pasangan berduit. Luis memang suka uang, tetapi nuraninya bekerja dengan baik menolak opsi menukar
Read more
Terdesak Tradisi
Monica menengok putrinya yang tengah menonton video demo memasak di televisi. Ruang keluarga mereka terasa hangat walau perapian tidak dinyalakan. Karpet berbulu lebat membentang di tengah ruangan hingga ke bawah kursi-kursi. Monica berjalan santai menuju Charlotte, tatapannya tidak teralihkan sama sekali dari tayangan tersebut."Charly, ingin mencoba resep baru?""Aku ingin belajar membuat macaron."Monica senang melihat antusias Charlotte. Gadis besar itu selalu punya minat dan kerap mencari kesibukan. Mungkin itu caranya agar bisa diakui di dalam keluarga Kissinger. Ia tidak memiliki kekuatan untuk mewarisi perusahaan milik kakeknya. Seluruh Peru di bawah naungan Henry, terutama perusahaan terbesarnya—Kiss Hardware, ditangani oleh keturunan laki-laki. Henry itu sosok penganut patriarki, beruntung dia tidak memiliki anak kandung perempuan. Tiga anaknya semuanya laki-laki, dua yang masih hidup memegang kendali atas perusahaan tambang milik Henry juga. Sem
Read more
Teman Dalam Perjalanan
Charlotte pergi menenangkan diri, entah ke mana. Dia suka melarikan diri jika sedang kesal. Daripada marah-marah menguras energi, Charlotte memilih keluar melihat dunia dan macam-macam cerita yang bisa disaksikan. Di halte bus, ia melihat seorang ibu menggendong bayinya penuh kasih, sepasang suami istri yang tidak pernah lepas berpegangan—sepertinya pengantin baru. Murid-murid SMA yang tertawa terbahak-bahak hingga membuat bayi di gendongan ibunya menangis terganggu, Charlotte jadi sedikit tertawa. Dasar gadis-gadis berisik!Yah, dia juga dulu sama seperti anak-anak SMA di halte. Charlotte dikenal sebagai siswi periang dan punya banyak teman. Namun, usai lulus, teman-temannya berpencar ke segala penjuru hingga tidak saling berhubungan lagi, putus kontak. Bernostalgia, Charlotte ingin mengulang masa lalu, semasa sekolah, waktu ayahnya masih hidup. Masalah hidup bertambah ratusan kali lipat sejak dirinya beranjak dewasa, tidak lain tidak bukan sumber masalah berasal dari pusa
Read more
Desakan Untuk Menikah
Luis mendesah resah, tangannya melempar pulpen yang barusan digunakan untuk menulis laporan keuangan bulan ini. Pendapatan tidak kunjung membaik, pemasukan sedikit, pengeluaran membengkak."Kalau begini terus bisa gawat. Emerald bisa pensiun lebih cepat." Decak kesal mewarnai gerakan Luis menekan tombol daya di televisi. Apa lagi kali ini? Kecemasannya bertambah gara-gara iklan yang ditayangkan. Padahal gunanya menonton TV untuk menyegarkan pikiran sedikit dari beban hidup yang mengurung otak, tapi pikiran Luis malah semakin panas karena sebuah iklan hotel di kota sebelah. Ia tahu, hotel itu terkenal, bisnis mereka sudah berjalan selama belasan tahun, dan sukses. Meski bukan terbilang hotel murah, tapi tidak pernah sepi pengunjung. Beda dengan Emerald, sudah murah, sepi pula. Pada iklan di televisi, digambarkan tamu mereka berpenampilan elegan khas orang-orang berduit banyak. Kenyataannya memang begitu, target pasar mereka adalah kalangan menengah ke ata
Read more
Menolak Penolakan
"Kau tidak yakin bahwa aku adalah jodohmu?" Pertanyaan krusial yang ditanyakan seorang kekasih. Salah menjawab, ini bisa jadi kencan terakhir bagi Luis dan Emma.Luis malah bertindak bodoh dengan terus bergeming, bergumam pun tidak. Setidaknya berusaha sedikit memberi jawaban. Pikirannya sungguh kusut gara-gara permasalahan keuangan motel dan desakan George untuk menyetujui kesepakatan menguntungkan bisnis. Namun, sama sekali tidak menguntungkan dari sisi asmara. Luis kan manusia biasanya, seperti orang-orang pada umumnya dia juga butuh uang, butuh dicinta juga. Dua permasalahan mematikan dalam hidup, sangat membuat dilema.Akibat reaksi Luis, pikiran Emma menjadi buruk. Sepertinya omongan George benar. "Kau tidak tertarik denganku lagi, Luis?" Dada Emma terasa sesak waktu mengatakannya, sesak karena menahan tangis."Bukan begitu, Em. Masa depan itu sulit diprediksi, tidak ada hal yang pasti. Jika soal perasaan, aku sangat mencintaimu. Namun, apa kita akan
Read more
Pilihan Terakhir
"Aku akan pikirkan cara untuk menyelamatkan bisnis. Aku janji!" Luis tidak menduga momen ini bisa menjadi salah satu saat paling sentimental dalam hidupnya. Ia pikir, dia hanya bisa merasa sedih karena tidak bisa membeli barang impiannya atau karena kekecewaan Emma terhadapnya. Luis hampir lupa bahwa banyak kenangan yang terjadi selama ia menetap di bangunan motel berlantai dua itu, kenangan-kenangan paling menyenangkan usai berhasil menguasai hidup, menendang jauh-jauh kesulitan di masa lampau."Semua kenangan kemajuan hidup kita ada di sini. Motel ini bukan sekadar penginapan bagiku. Namun, telah menjadi bagian hidup yang melekat. Di sini tempat kita tinggal setelah berhasil keluar dari kemiskinan, di sini aku memulai karir pertamaku, masa-masa menikmati hidup, dan juga bertemu ibu kembali. Aku tidak ingin berpisah dari motel ini."Emerald menjadi berharga bukan sebab nilai jualnya secara harafiah, tetapi perjuangan di dalamnya. Tentang bagaimana dua pria saling
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status