All Chapters of Sekretarisku Jilbaber : Chapter 21 - Chapter 30
209 Chapters
Bab. 21
Setelah shalat isya, aku menceritakan semua tingkah Pak Damar yang agak aneh kepada ibu, mulai dari ia membentak calon istrinya Adelia dan menanyakan tentang lamaran Pak Lukman, wajarkah seorang atasan bertingkah seperti itu?Ibu tak memberi komentar apa pun, beliau hanya mengatakan, bersikap baiklah pada semua orang. Aku akan mengingat pesan ibu tersebut.Aku dan ibu segera beristirahat untuk mengembalikan tenagaku yang terkuras hari ini.Pagi ini ketika hendak berangkat bekerja, Bu Romlah kembali ingin tau dengan kehidupanku semenjak aku bekerja di kantor ia lebih gencar mengorek informasi.“Nisa ... kayaknya elu semalam pulangnya telat banget ya, emang kerjanya sampek malam ya?”“Iya Bu Romlah, Nisa lembur,” ucapku singkat.“Emm ... emang yang nganterin elu semalam siapa, Nisa?”Wah segitunya Bu Romlah, jadi semalam dia nungguin aku pulang sampe ngintip segala ketika aku diantar Pak Damar.“Diantar temen, Bu
Read more
Bab. 22
Hari berlalu, semua karyawan yang mengerjakan tender proyek kemarin dikumpulkan di ruang rapat oleh Pak Damar, beliau akan menyampaikan sesuatu.Ia berdiri dan mengedarkan pandang ke seluruh ruangan. Kharisma dan jiwa kepemimpinan beliau terlihat ketika sedang berbicara di depan karyawannya.“Hari ini saya akan menyampaikan sesuatu kepada kalian semua, sebelumnya saya ucapkan terimakasih atas kerja kerasnya selama ini, dan akhirnya perusahaan kita ... “ ia menggantung ucapannya sejenak.“Perusahaan kita memenangkan tender besar itu .“Semua bertepuk tangan dan bersorak bahagia.“Alhamdulillah” tidak sia-sia semua usaha yang kita lakukan akhir-akhir ini.“Seperti janji saya kemarin saya akan memberikan bonus kepada tim yang telah mengerjakan tender ini, dan hari sabtu ini kita berlibur ke puncak.”Mereka kembali bersorak bahagia, kemudian semua kem
Read more
Bab. 23
POV. DAMARAku segera masuk ke kamarku, aku pikir setelah mengatakan hal itu kepada mama, beliau akan percaya begitu saja. Ternyata tidak segampang itu.Siapa yang akan kusuruh menjadi calon istri pura-puraku nanti.Kalau karyawan kantor Mama pasti tidak percaya, minta tolong Lukman, ah nanti dia bawa perempuan sembarangan lagi.Oh iya, aku ingat adikku pernah ingin mengenaliku pada seorang temannya. Bagaimana kalau dia saja, ya benar, aku akan coba berbicara padanya mungkin dia bisa membantuku.Aku langsung menemuinya di kamar, kuketuk pintu kamarnya tak ada sahutan, aku mencoba membuka pintu kamarnya tak dikunci, kudorong sedikit dan terbuka.Aku melihat pemandangan yang luar biasa, adikku satu-satunya sedang melaksanakan shalat di kamarnya.Aku tertegun sejenak memandanginya, ia terlihat cantik berbalut mukenah putih dan tanpa make up. Wajahnya yang ayu nampak teduh dan menyejukkan hatiku.
Read more
Bab. 24
POV. DAMARMalam ini aku akan dikenalkan Gendhis dengan temannya. Aku mengenakan T-shirt berwarna putih, jaket hitam, dan celana hitam, kukenakan sepatu yang kubeli saat berlibur ke Singapura waktu itu.Kupandangi pantulan wajahku di kaca, Emm sepertinya sempurna.Kupikir tak ada salahnya berkenalan siapa tau perempuan itu bisa membantu untuk menjadi calon istri pura-puraku.Gendhis sudah pergi dari tadi sore, katanya ia menjemput temannya yang akan dikenalkan padaku. Aku segera turun ke bawah, kulihat Mama dan Papa sedang santai sambil menonton televisi.“Wah anak Papa ganteng banget, mau kemana Mar?”“Mau ketemu calon istri Damar, Pa,” jawabku asal.Papa terkekeh.“Tuh lihat anak laki-lakimu Ma, gak usah dijodohin dia bisa cari istri sendiri.”“Palingan juga ngopi sama Lukman,” ucap ibu tak yakin.“Ya udah Ma, Pa, Damar pamit ya, Assalamualaikum,” aku mengucapkan salam, me
Read more
BAB. 25
Aku pulang diantar Gendhis ke rumah, di dalam mobil, Gendhis terus saja menanyakan pendapatku tentang kakaknya.“Aku gak nyangka lho Nis, ternyata kalian saling kenal.”“Gimana Kak Damar, ganteng kan Nis? Kira-kira kamu suka gak? Aku berharap banget kamu jadian sama Kak Damar.”“Kayaknya Kak Damar suka sama kamu deh Nis, nanti aku korek informasinya ya, aduhh gak kebayang deh kalau kamu jadi Kakak iparku.”Ia tak pernah berhenti mengoceh tentang Pak Damar dan aku.Seandainya aku tau itu Pak Damar aku gak akan mau dikenalkan oleh Gendhis.Pak Damar sudah punya calon istri Adelia, dan ia juga Bos di kantorku, aku juga tak suka dengan sikap Pak Damar yang seperti itu.Aku hanya menjawab pertanyaan Gendhis dengan senyuman, aku tak mau berkomentar.Ah rasanya aku tak mau ke kantor esok hari, aku malu bertemu Pak DamarPagi ini aku sedang memanaskan mesin motorku di depan ru
Read more
Bab. 26
Mereka semua tertawa setelah meledekku, aku tak menanggapi. Pak Lukman datang menghampiri kami.“Assalamua’laikum Nisa, kamu naik mobil siapa ke puncak?” sapa Pak Lukman“Wa’alaikumsalam, sama Andin dan Cellin Pak,” jawabku sopan.“Oh”Setelah semuanya berkumpul, kami segera berangkat.Jarak dari Jakarta ke Puncak kisaran 90 kilometer. Jika kondisi lalu lintas lancar maka estimasi waktu dari Jakarta sampai di Puncak yakni sekitar 2 jam.Namun apabila terjebak kemacetan karena ada sistem buka tutup maka pengunjung biasanya akan terkena 4 jam perjalanan. Semoga saja sore ini tidak macet.Kami semua menikmati perjalanan sambil berbincang-bincang.Dua jam kemudian, kami sampai di Masalla Village tempat penginapan dengan nuansa sejuk yang menyatu bersama alam, Masalla Village memiliki fasilitas yang lengkap untuk rombongan, yaitu berupa
Read more
Bab. 27
Akhirnya aku menerima air mineral tersebut dan mengucapkan terimakasih, dapat kutangkap dari raut wajah Pak Damar terlihat masam dan tak suka.Hari terakhir di puncak mereka berencana berwisata ke Curug Panjang menikmati hijaunya alam dan melepaskan kepenatan sembari berenang di air yang sejuk, kemudian ke Little Venice Puncak.Ketika semua berkumpul hendak berangkat, Pak Lukman menawarkan aku untuk ikut ke mobilnya.“Dek Nisa ikut mobil saya aja, supaya gak sempit di mobil Andina, ada Lia dan Angga di mobil saya.”Kok jadi Dek manggilnya. Kulihat Pak Damar mendelik ke arah Pak Lukman.“Terimakasih Pak, saya sama Andina saja, masih muat kok.”“Ya udah nanti kalau butuh bantuan, bilang sama saya saja ya.” Pak Lukman menawarkan, wajah Pak Damar terlihat sedikit ditekuk.Aku belum pernah berkunjung ke Little Vinice, tanpa jauh-jauh pergi ke Italia kita benar-benar bisa merasakan seper
Read more
Bab. 28
“Sekarang kamu ketik laporan ini, di laptop saya saja.” Kemudian aku duduk di sofa yang satunya.Pak Karyo hanya diam dan tersenyum penuh arti ke arahku. Pak Damar segera beranjak dan meninggalkanku dengan Pak Karyo.Aku segera mengetik laporan yang diberikan oleh Pak Damar. Memang nasibku menjadi sekretaris dengan Bos yang tidak bisa dibantah.“Neng Nisa ... yang sabar ya menghadapi Pak Damar, sebenarnya dia orang yang baik.”Kalau dia baik tidak mungkin dia memberikan pekerjaan seperti ini disaat sedang liburan.“Iya Pak. Tapi Pak Damar aneh, kok dia marah Pak Lukman baik padaku.”Pak Karyo terkekeh. "Pak Damar itu cemburu Neng ...”“Cemburu? Cemburu sama sia ... .“ Belum habis pertanyaanku Pak Karyo beranjak meninggalkanku sendirian.Cemburu? Pak Damar cemburu sama siapa, aku? Mengapa aku? Ah aku pusing memikirkannya.Sudah hampir zuhur, entah kemana Pak Damar dari tadi tak kelihatan, Pak Karyo juga
Read more
Bab. 29
Sesampainya di rumah kuhempaskan tubuhku di ranjang di samping ibu.Lelahnya ... esok hari kembali pada rutinitas sehari-hari, menjadi sekretaris bosku yang dingin.Bunyi azan berkumandang membuatku terjaga dari tidur nyenyakku. Tenagaku serasa dicharge kembali.Aku segera bangun dan berwudhu, lalu menunaikan shalat shubuh, ku sempatkan mengirimkan hadiah surah yasin kepada ayah.Setelah shalat, aku segera menyusul ibu ke dapur.“Gimana liburannya, seru to, Nduk?” seraya membuat sarapan pagi.“Alhamdulillah seru, Bu.”“Cuma ... ,“ aku mengantung ucapanku.“Cuma kenapa, Nduk?”Aku menceritakan semua tingkah laku pak Damar, dari mulai tiba-tiba dia datang ke puncak, sampai ia menyiapkan makanan di dalam piring untukku, tak lupa ucapan Pak Karyo waktu itu yang membuatku bingung. Ibu terkekeh mendengar ceritaku.“Oalah Nduk, Nduk, kamu memang belum pernah men
Read more
Bab. 30
Sesampainya di rumah sakit, Ibu segera mendapatkan penanganan oleh perawat dan dokter.Alhamdulillah, berkat bantuan Gendhis dan Pak Damar, ibu segera dibawa ke rumah sakit. Setelah ibu merasa lebih baik perawat segera melepas oksigen yang terpasang di hidungnya.“Nisa, kepala Ibu pusing, tolong kamu pijitin pakai minyak angin,” pinta ibu.“Biar aku yang beli Nis, kamu dsini aja menjaga Ibu,” tawar Gendhis.Aku mengangguk.“Keluarga Ibu Sumiati,” panggil salah seorang perawat.“Ya saya.”“Tolong isi data pasien, Mbak di tempat pendaftaran.”Aku memandangi ibu dengan khawatir.“Pergilah, biar saya yang menjaga ibumu,” tawar Pak Damar.“Terimakasih Pak .“***POV. DamarAku segera duduk di kursi di dekat Ibu Sumiati.“Nak Damar, makasih banyak atas bantuannya, Ibu gak bisa ngasih apa-apa, bia
Read more
PREV
123456
...
21
DMCA.com Protection Status