All Chapters of Dihamili CEO Koma: Chapter 41 - Chapter 50
455 Chapters
Bab 41
Zayden duduk di depan pintu operasi. Saat mendengar suara teriakan Audrey yang menyayat hati dari dalam, Zayden sontak mengepalkan tangannya. Luka yang baru saja diperban kembali mengeluarkan darah. Meskipun begitu, Zayden seperti tidak merasakan apa pun dan kedua matanya hanya menatap pintu yang tertutup itu.Waktu terus berlalu, Zayden merasa kesabarannya yang terbatas mulai habis.Apa operasi ini begitu rumit sampai selama ini?Zayden bangkit dan berjalan ke arah pintu operasi. Pada saat ini, suara dokter yang seperti kesulitan terdengar. Dia berkata, "Bagaimana ini? Kalau memaksa operasi di saat kondisi pasien seperti ini, mungkin akan terjadi pendarahan besar. Bagaimana kalau kita … batalkan saja?"Meskipun merasa takut dengan kekuasaan Zayden, bagaimanapun juga mereka adalah dokter yang berbuat baik dengan menyelamatkan manusia. Jika memaksa seorang wanita melakukan aborsi yang bisa menyebabkan kematian ibu dan anak, hal ini juga memberikan beban kepada mereka."Tapi, Tuan Zayden
Read more
Bab 42
"Aaah!" teriak Audrey dengan histeris. Dia mengulurkan tangan dan memukul kepalanya dengan keras.Kenapa bisa seperti ini?Audrey baru saja menyakinkan dirinya untuk menerima anak ini. Dia bahkan mulai merencanakan bagaimana dia akan merawat bayi itu dan menjalani hidup bersamanya. Namun, sekarang semuanya telah hancur!Dia tidak berguna! Dia baru saja memutuskan untuk mempertahankan bayinya dan melindunginya dengan baik. Namun, semuanya telah berakhir!Para petugas medis yang berjaga di luar bergegas masuk begitu mendengar suara teriakan Audrey. Ketika menemukan emosi Audrey sedang tidak terkendali dan mencoba menyakiti dirinya sendiri, mereka pun bergegas maju untuk menghentikannya.Namun, Audrey bak seekor induk betina yang kehilangan anaknya. Dia telah kehilangan akal sehatnya sepenuhnya. Dia meraih segala benda yang bisa diraihnya dan melemparkannya ke arah sekelompok orang itu sambil berteriak, "Kalian sekelompok orang jahat yang nggak berperikemanusiaan! Pergi kalian! Pergi sana
Read more
Bab 43
Audrey juga tahu bahwa begitu sebuah hal dilakukan, konsekuensinya akan sangat berat. Pada saat ini, akal sehatnya telah hilang dan dia hanya ingin meluapkan emosinya!Audrey sudah memohon dengan merendahkan diri kepada pria ini, tetapi yang dia dapatkan adalah kekejaman. Kalau memang begitu, untuk apa dia membuat dirinya tampak menyedihkan? Lagi pula, keadaan sudah seperti ini, jadi Audrey pun tidak ingin terus bersabar lagi.Saat ini, Zayden baru menyadari ternyata Audrey ingin membunuhnya.Namun, serangan yang dilakukan Audrey tidak bertenaga karena tubuhnya yang lemah. Disamping itu, Zayden juga pernah berlatih bela diri selama beberapa tahun. Jadi, dia berhasil mengendalikan Audrey dengan mudah.Zayden menekan tangan Audrey hingga langsung terbuka. Benda yang ada di tangan Audrey pun seketika terjatuh dan luka di tangannya ikut meneteskan darah. Saat ini, sekelompok orang yang berkumpul di sekeliling baru meresponsnya. Mereka tidak menyangka ternyata Audrey ingin membunuh Zayden!
Read more
Bab 44
Selain rasa bahagia, Audrey juga merasa tidak percaya. Dia pun berkata, "Tapi, bukankah kalian melakukan operasi secara paksa?"Audrey mengingatnya dengan sangat jelas. Sebelum dirinya pingsan, ada seseorang yang sudah memegang tang medis dan bersiap untuk memasukkan tang itu ke tubuhnya."Terakhir Tuan Zayden memutuskan untuk menghentikan operasi karena mempertimbangkan kondisi tubuhmu," jawab salah seorang dokter.Seusai mendengar penjelasan dari dokter, ekspresi wajah Audrey menjadi rumit.Memang benar. Jika bukan Zayden yang menghentikan kondisi saat itu, operasi itu tidak mungkin berhenti. Untuk sesaat, Audrey merasa kebingungan dengan hal yang dipikirkan oleh Zayden. Orang yang memaksanya untuk melakukan aborsi adalah Zayden. Sekarang, orang yang berinisiatif membatalkan operasi juga Zayden. Meskipun merasa bingung, pada akhirnya anaknya berhasil diselamatkan. Hal ini membuat kebencian Audrey kepada Zayden sebelumnya menjadi jauh berkurang. Begitu teringat dengan sikapnya yang
Read more
Bab 45
Vivi menarik Audrey dan terus mengobrol tentang hal sepele dengannya. Melihat Audrey sepertinya tidak mewaspadainya sama sekali, Vivi pun berkata, "Audrey, kulihat kamu begitu gelisah tadi. Apa karena masalah Zayden? Sebenarnya, wajar saja. Kamu adalah gadis muda yang berusia 20 tahun. Menghabiskan waktu dengan Zayden yang koma pasti sangat sulit."Saat mengungkit hal ini, Audrey sontak menyadari ada yang tidak beres. Vivi adalah kakak ipar Zayden. Secara logika, dia seharusnya sangat paham terhadap kondisi Zayden sekarang. Namun, Vivi tampaknya tidak tahu bahwa Zayden sudah sadar dari koma sejak lama.Ketika teringat dengan pesan Zayden yang melarang untuk mengatakan masalah tentang dirinya yang sudah sadarkan diri kala itu, Audrey seketika menjadi waspada. Apa mungkin orang yang ingin dirahasiakan oleh Zayden bukan orang lain, melainkan keluarganya sendiri?Meskipun hatinya berpikir seperti itu, Audrey tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Dia hanya menghela napas dan berkata, "Iya, ak
Read more
Bab 46
Audrey seketika merasa tidak bisa berkata-kata. Sebenarnya, bagaimana tampilannya dalam hati Zayden? Meskipun Audrey memang sangat mata duitan karena mengumpulkan biaya pengobatan ibunya, ini tidak bisa mengartikan bahwa dia akan melakukan hal yang melawan hati nurani demi uang.Setelah merasa ragu sejenak, Audrey meminta maaf kepada Zayden dan berkata, "Aku sudah salah paham padamu untuk masalah di rumah sakit terakhir kali. Aku bicara terlalu kasar, aku minta maaf."Meskipun tidak tahu alasan Zayden yang akhirnya berubah pikiran, setidaknya Zayden tidak langsung mengugurkan anaknya."Jadi, aku sengaja pulang untuk mengingatmu. Apa kamu bisa menyetujui satu permintaanku?" tanya Audrey."Apa itu?" sahut Zayden yang mendongak dan menatap Audrey.Audrey tampak ragu dan menjawab, "Kuharap kamu bisa memandang kesetiaanku kepadamu dan nggak memaksaku menggugurkan anakku."Zayden menyipitkan matanya. Pandangannya kepada Audrey sedikit berubah saat melihat tampilannya yang cemas. Ternyata, wa
Read more
Bab 47
Audrey keluar dari ruang baca dengan hati-hati. Setelah menutup pintu dengan baik, dia pun menghela napas dengan lega. Perasaan pria ini benar-benar sangat tidak menentu. Sebelumnya, Zayden masih berbicara baik-baik dengannya, tetapi dia langsung diusir setelahnya. Meskipun begitu, Audrey tidak merasa putus asa dengan sikap Zayden yang terus berubah-ubah. Hubungan mereka memang sangat rumit. Jangankan sebagai suami istri, mereka bahkan tidak termasuk orang asing yang bertemu secara kebetulan.Audrey mengepalkan tangannya dan terus mengingatkan dirinya agar jangan lupa diri. Jangan sampai Zayden kesal dan menarik kembali kesempatan yang didapatkannya dengan susah payah itu.Saat memikirkan hal ini, Audrey mengernyitkan alisnya. Ketika berhadapan dengan Zayden barusan, dia bisa terpikirkan untuk membantu Zayden mengumpulkan bukti karena situasi yang menegangkan. Namun, apa yang harus dia lakukan sekarang?Audrey kembali ke kamar dan berpikir sejenak. Kemudian, dia memutuskan menjalin hu
Read more
Bab 48
Di bawah desakan dari Audrey, mobil tiba di Grup Moore dengan sangat cepat.Begitu turun dari mobil, Audrey kebetulan melihat Caleb sedang bekerja di bawah. Dia bergegas meminta Caleb untuk membawanya bertemu dengan Zayden. Melihat wajah Audrey yang cemas hingga memerah, Caleb merasa bahwa dia kemungkinan memiliki urusan mendesak. Caleh juga tidak berani menunda dan segera membawanya naik.Setibanya di ruangan Zayden, Audrey langsung menaruh obat di tangannya di meja kerja Zayden dan berkata, "Aku sudah membawa bukti yang kamu inginkan."Mendengar hal itu, Zayden mengangkat alisnya. Selama beberapa hari ini, Audrey tampak sangat tenang. Zayden mengira masalah membantunya mencari bukti yang Audrey katakan terakhir kali itu hanyalah taktik untuk mengulur waktu saja.Tidak disangka, ternyata Audrey bisa mendapatkan bukti itu secepat ini?"Apa ini?" tanya Zayden yang tampak tertarik dengan obat transparan itu. Dia pun menggenggamnya dan memainkannya."Kakak dan kakak iparmu yang memberika
Read more
Bab 49
Audrey mengangkat bahunya dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Tentu saja. Kalau mau mendapatkan bukti, kita butuh bukti yang paling kuat dan jelas. Bukankah begitu?"Zayden mengisyaratkan Caleb untuk mengambil benda itu, lalu memutar videonya menggunakan komputer dan mulai menontonnya.Rekaman video Audrey sangat sempurna, segala kronologi kejadian terlihat dengan jelas. Bahkan, tampang Zachary dan Vivi juga direkam dengan jernih.Zayden menyipitkan matanya. Selama beberapa tahun ini, Zayden tidak terlalu memperhatikan hal-hal kecil yang dilakukan Zachary dan keluarganya. Namun, kecelakaan mobil yang terlihat seperti tidak disengaja terakhir kali itu, ditambah kasus diberikan obat itu sudah melewati batas kesabarannya."Kumpulkan semua bukti ini dengan baik. Karena mereka berani terus mencari masalah, sudah waktunya untuk mereka mengeluarkan bayarannya," pungkas Zayden.Mendengar Zayden akhirnya akan bertindak, Caleb bergegas membereskan semua bukti yang sudah terkumpul dengan penuh s
Read more
Bab 50
"Kamu tenang saja, aku nggak akan melakukan hal itu. Kalau aku melakukannya, kamu bisa membunuhku sekalian," pungkas Audrey.Audrey tidak pernah berniat untuk membuat Zayden menanggung anak ini sehingga dia langsung menyetujui hal itu. Setelah mendapatkan janji dari Zayden, akhirnya kekhawatiran dalam hati Audrey pun menghilang dan dia meninggalkan ruang kerja itu dengan bahagia.Zayden semakin mengernyitkan alisnya ketika melihat Audrey pergi dengan begitu santai.Biasanya, wanita ini selalu berhati-hati sampai kadang kala tampak seperti sedang menyamar. Namun, setiap kali bersangkutan dengan anak dari ayah yang tidak jelas di dalam perutnya itu, wanita ini seperti berubah menjadi orang lain. Apa maksud dari sikapnya ini? Apa karena terlalu mencintai pria liar itu, jadi anak itu bisa memengaruhi perasaan dan emosinya seperti itu?Saat memikirkan hal ini, Zayden menjadi tidak bisa fokus bekerja dan langsung mendorong dokumen di hadapannya.…Di sisi lain, efisiensi bekerja Caleb sanga
Read more
PREV
1
...
34567
...
46
DMCA.com Protection Status