Semua Bab MENIKAHI MANTAN SUAMI TAJIR MELINTIR DEMI PUTRIKU: Bab 11 - Bab 20
138 Bab
SAYATAN LUKA YANG SETIA
11“Bapak sebaiknya istirahat saja, ya. Atau mau makan? Aku suapin, ya.” Elsa membetulkan selimut Fadli, kemudian mencium punggung tangannya. Ia tak ingin membebani sang ayah yang mungkin belum tahu kodisi dirinya saat ini.“Kamu jangan menikah dengan Adrian, Sa.” Tanpa mendengarkan ucapan Elsa, pria paruh baya tetap menyuarakan pendapatnya.“Pak, sudahlah. Kita bahas itu nanti saja. Bapak baru sadar, dan mungkin belum tahu kalau ….” Elsa menggantung kalimat, tidak sanggup menyampaikan jika sang ayah kini tidak lagi memiliki kaki.“Kalau apa, Sa?” Sang ayah seolah menyadari sesuatu. Ia mengangkat tangannya walaupun lemah. Keningnya langsung berkerut. Antara heran dan tengah mengingat sesuatu. Bola matanya berputar sebelum meraba wajah dengan kedua tangan, di mana salah satunya terhubung ke botol infus melalui selang kecil.Fadli menoleh dan menatap sang anak yang baru disadarinya, berwajah pucat dan sayu.“Bagaimana restoranmu, Sa? Apinya—” Pria tersebut seolah sedang mengingat apa ya
Baca selengkapnya
PERNIKAHAN
12“Kenapa Papa ndak pulang-pulang, Ma?”Elsa menggeleng cepat dengan gerombolan air di sudut matanya yang sudah tidak bisa dibendung. Tidak ada yang lebih menyakitkan selain menjadikaan anak sekecil itu seorang yatim. Namun, bila takdir sudah berkehendak, siapa yang dapat menampik?Jika boleh meminta, Elsa juga ingin David hidup lebih lama lama lagi. Membersamainya dan Davina sampai mereka tua dan anak-anak dewasa. Sampai mereka melihat anak-anak mandiri, sukses dan menemukan kebahagiaan hidup dengan pasangan. Atau jika boleh menawar, ia ingin mereka bertiga meninggal bersama-sama dalam kecelakaan itu. Agar tidak ada hati yang menyandang luka karena ditingggalkan.Namun, lagi-lagi takdir sudah menentukan. Manusia hanya menjalani. Semua sudah digariskan sejak di Lauhul Mahfud sana sebelum setiap nyawa terlahir. Paling tidak, itu yang selalu diyakini Elsa.**Hari-hari berlalu. Elsa dan keluarganya sudah bisa kembali ke rumah pasca Elsa menyetujui menikah dengan Adrian. Sebenarnya, Din
Baca selengkapnya
KARICUHAN
13 “Pak Abyasa?” Irma bergumam antara lirih dan senang. Pun dengan Fadli yang duduk di kursi roda. Beda halnya dengan Elsa yang kebenciannya bertambah berkali-kali lipat melihat kedatangan lelaki itu. Bagaimana bisa lelaki itu datang mengacaukan pernikahannya? Baginya itu sangat tidak tahu malu dan tidak punya … hati. Setelah apa yang dilakukannya di masa lalu terhadapnya, kini Abyasa datang untuk menghancurkan pernikahannya. Hanya karena ia lebih memilih Adrian daripada laki-laki itu. “Apa yang diinginkan laki-laki itu?” geram Dinar yang berdiri sembari mengangkat kain kebayanya. Wajah wanita itu merah padam. Ia hendak maju, tetapi Adrian menahannya. “Elsa, maaf aku mengganggu hari pernikahanmu, tapi sebaiknya kau tunda dulu sampai benar-benar yakin. Aku membawa sebuah kabar untukmu.” Abyasa yang tangannya dipegangi beberapa orang, berteriak dari jarak tidak begitu jauh. Elsa yang wajahnya merengut, melirik Adrian yang sama-sama berwajah merah. Sang mempelai laki-laki pun maju s
Baca selengkapnya
DEMI VIVI
14“Jika Pak Abyasa datang membawa kebenaran, aku mungkin akan membatalkan pernikahan ini. Tapi kita lihat, bila ia datang membawa omong kosong, maka aku sendiri yang akan melaporkannya ke polisi karena sudah membuat keributan.”Hening sesaat. Berbagai mimik berbeda terpancar dari wajah keluarga inti pasca ucapan tegas Elsa barusan. Irma tak terasa menyunggingkan senyum tipis, sedangkan suaminya hanya berekspresi datar. Reaksi keras tentu saja datang dari mempelai laki-laki dan ibunya.“El, apa-apaan ini?” Adrian menatap tidak suka.“Iya, apa maksudmu menunda pernikahan dan kemungkinan membatalkan? Kau pikir semudah itu? Kami sudah membayar semua ini. Apa kau punya uang untuk ganti rugi jika pernikahan batal?” timpal Dinar lebih marah.Elsa memejam sebentar, kemudian melirik kedua orang tuanya. Wajah Irma kembali memucat mendengar ucapan calon besannya. Sementara Fadli tetap saja memasang wajah datar tanpa ekspresi.Elsa kembali menatap calon suami dan calon ibu mertuanya tenang. Enta
Baca selengkapnya
MAHESA
15“Semua sudah siap, Sa.” Irma meletakkan kantung besar di meja teras. Menemani kantung-kantung plastik lainnya yang sudah lebih dulu teronggok di sana.Elsa mengangguk sebelum melirik lelaki yang sejak tadi mengoceh seolah mainan yang baterainya baru diisi daya. Tidak ada capeknya.“Sudah semua?” tanya lelaki yang juga mendengar ucapan ibunya Elsa barusan.“Kalau begitu, ayo kita berangkat,” lanjutnya seraya meraih dua koper sekaligus, kemudian membawanya menuju mobil yang pintu bagian belakangnya terbuka lebar. Memasukkan semua koper dan kantung-kantung itu dalam beberapa kali balikan.Elsa membantu membawa beberapa yang tergolong ringan. Setelah memastikan semua selesai, ia bersiap masuk mobil. Namun, sebelumnya menyempatkan diri berbalik dan menatap bangunan dua lantai yang selama empat tahun terakhir menjadi tempat bernaungnya.Elsa menatap bangunan itu dengan hati berdesir, nyeri kembali menyelinap. Akhirnya ia harus benar-benar keluar dari sana. Meninggalkan semua kenangannya
Baca selengkapnya
MELAMAR KERJA
16“Bagaimana, Sa? Apa tawaran pak Abyasa kamu terima?”Elsa mengerjap mengingat pertanyaan sang ibu tadi sore. Masih di depan Abyasa dan Mahesa sebelum keduanya pulang.Abyasa menawari bekerja di kantornya. Entahlah, kenapa lelaki itu begitu gigih membantu dirinya dan keluarga. Padahal sikapnya pada lelaki itu jauh dari kata manis. Bahkan kebencian selalu kentara dari sikapnya. Namun, Abyasa seolah tidak kenal kata menyerah.Terkadang Elsa heran, terbuat dari apa hati lelaki itu. Walaupun selalu disuguhi sikap tidak ramah bahkan cenderung ketus, masih saja berbuat baik. Bahkan kini menawarinya pekerjaan.Elsa mendesah resah. Kemudian menatap wajah Davina yang sudah tertidur pulas di sampingnya setelah sebelumnya rewel.Terhitung setelah Abyasa dan Mahesa pulang, Davina yang mungkin belum terbiasa dengan rumah baru mulai rewel. Anak itu terus menangis meminta pulang ke rumah mereka.Davina yang terbiasa dengan rumah besar dan hidup nyaman di rumah peninggalan sang ayah, sepertinya tid
Baca selengkapnya
MAAF DAN PENYESALAN
16“Siapa yang mengambil, Vivi?” tanya Abyasa ikut panik karena Elsa terus menangis. Kini, mereka dalam perjalanan menuju rumah kontrakan wanita itu.“Apa mantan ibu mertuamu lagi?” cecar lelaki di balik kemudi tidak sabar karena Elsa terus saja menangis.Abyasa memukul handle stir. Wajahnya memerah. Walaupun Elsa tidak mau berterus terang, ia yakin jika pelaku yang membawa Davina adalah mantan ibu mertua Elsa.Abyasa menyesali sesuatu. Namun, untuk saat ini tidak mungkin menyampaikan sesuatu itu karena akan membuat Elsa semakin sedih. Ia berjanji dalam hati akan membantu menyelesaikan masalah ini sampai tuntas. Sampai Elsa tidak harus lagi bertemankan kesedihan.Sungguh, hati Abyasa tidak tega melihat Elsa terus saja berteman dengan air mata dan kesedihan. Sudah cukup ia memberi derita dulu, kini rasanya ingin menebusnya agar wanita itu tak lagi akrab dengan tangis dan air mata.Elsa masih menangis di sampingnya seraya menutup wajah dengan kedua tangan dan Abyasa tidak tahu bagaimana
Baca selengkapnya
MENCARI
17Elsa berlari begitu keluar mobil. Di tujunya pagar rumah yang terkunci rapat, lalu menekan bell dengan tidak sabar. Bukan hanya itu, ia juga berteriak mengucap salam sembari memanggil sang ibu mertua.Abyasa yang menyusul, membantu menekan bell di tembok pagar berulang kali. Ia juga sama berteriak memanggil siapa pun yang mungkin berada di dalam rumah.Sayangnya, setelah beberapa lama mereka berusaha memanggil, tidak seorang pun keluar dari bangunan berhalaman luas dan asri itu. Rumah memang tampak sepi seolah tak berpenghuni.Elsa masih berusaha memanggil seseorang di sana dengan mengetuk-ngetukkan besi pengait pintu pagar saat Abyasa menghentikkan usahanya.“Sepertinya percuma, Dek. Tidak ada siapa pun yang keluar. Mungkin memang tidak ada orang di dalam,” ujaranya seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling halaman. Bahkan sebrang jalan ia pindai barangkali ada yang bisa ditanya. Namun, tidak terlihat siapa pun yang bisa dimintai bantuan.Tanpa mempedulikan ucapan Abyasa, Elsa ma
Baca selengkapnya
SERANGAN WARGA
18Walaupun iba dan ikut khawatir, Abyasa tidak bisa berbuat banyak. Ia juga tidak bisa menenangkan wanita itu karena takut salah bicara yang berujung dengan menyakiti hati Elsa, atau membuatnya marah. Alhasil sang lelaki hanya menjalankan mobil dengan tetap tenang dan sesekali bertanya hal penting saja.“Kamu tetap tenang, ya. Kita sama-sama berdoa. Semoga Davina segera berkumpul lagi dengan kita.”“Kita?” Elsa bereaksi keras. Matanya melotot marah. Ia tidak suka ucapan Abyasa. Bahkan di saat seperti ini lelaki itu masih berpikiran tidak masuk akal.Sekejap Abyasa menyesali ucapannya. Tapi ia benar-benar keceplosan. Tujuan menghibur pun berisiko membuat mood wanita itu semakin buruk.“Maaf, maksudku berkumpul lagi denganmu dan kakek-neneknya di rumah. Dan aku juga kangen ingin bertemu dengan gadis lucu itu.” Lagi, Abyasa meralat ucapan agar tidak memperburuk suasana. Setelahnya lelaki itu meniupkan napas sembari tetap fokus menyetir.Selang setengah jam, mereka sampai di rumah yang b
Baca selengkapnya
KEPALAKU INGIN PECAH
20“Bagaimana ini bisa terjadi?” tanya Irma seraya menyodorkan dua cangkir teh hangat. Satu untuk Elsa dan satu lagi untuk Abyasa. Raut cemas tak dapat disembunyikan di wajah wanita paruh baya itu. Ditatapnya Elsa dan Abyasa bergantian.Elsa tidak menjawab. Rasa kaget dan tentu saja shock membuatnya bahkan tidak bisa berbuat dan berpikir apa pun. Ia hanya diam pasrah saat Abyasa memeluk untuk melindunginya, juga saat lelaki itu membopongnya menuju mobil.Elsa benar-benar shock. Bagaimana warga mantan tetangganya begitu beringas melempari mereka dengan telur seolah sangat jijik dengan mereka berdua. Bahkan hingga Abyasa mengantarnya, ia masih saja belum bisa mengatakan apa pun.Kejadian tak terduga itu sudah satu jam berlalu. Elsa bahkan sudah mandi dan berganti pakaian. Pun dengan Abyasa yang kebetulan membawa baju ganti di mobilnya. Ia juga numpang membersihkan badannya di sana dengan jas dan pakaian lainnya ia buang karena noda telur yang teramat banyak.Abyasa menjadi yang paling b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status