All Chapters of Nikah Kontrak Dengan Kakaknya Mantan Untuk Balas Dendam: Chapter 31 - Chapter 40
119 Chapters
Masa Lalu David 2
Mobil hitam milik David berhenti pada resort mewah tempat Niki dan teman-temannya menginap.Kedua orang itu langsung melenggang masuk dan mendapati teman-temannya sedang bersantai menikmati sinar matahari pagi.“Roland, Eveline… ,” sapa David dengan ekspresi senang.Dua orang yang dipanggil itu langsung menoleh dan bangkit. Eveline berlari lalu menyapa David.“Hello Dave, lama tidak bertemu, aku merindukan mu” ucap seorang perempuan cantik berambut coklat.David ikut tertawa. “Aku juga merindukan mu, bagaimana kabar kalian, Roland, Eveline?”"Aku baik," jawab Roland singkat.“Kabar ku baik. Bagaimana dengan mu, Dave?” jawab Eveline dengan ekspresi senang.“Aku juga dalam keadaan baik,” balas David.“Ashley, mantan suami mu terlihat semakin tampan,” ucap Roland, teman Dave dan Niki.Nicole Ashley biasa dipanggil Ashley oleh teman-temannya. Hanya David dan keluarganya yang memanggil perempuan itu dengan sebutan Niki.Wanita berdarah campuran Indonesia Perancis itu tertawa. “Ya, dia seja
Read more
Masa Lalu David 3
Setelah tidak sengaja mendengar semua percakapan antara David dan Niki, pikiran Daniel semakin kacau. Pria itu memang terkejut dengan kabar pernikahan Erin, tapi Daniel jauh lebih terkejut dengan kenyataan yang baru saja didengarnya. ‘Mereka hanya menikah kontrak?’ tanya Daniel dalam hati. “Dani! Kamu udah selesai sarapan?” Laki-laki yang dipanggil oleh pamannya itu terkejut hingga menjatuhkan gelas plastik yang ada di dekatnya. David dan Niki berpandangan dengan ekspresi kaget. Keduanya memikirkan hal yang sama. ‘Apa sejak tadi ada yang mendengar pembicaraan ini?’ “Udah, ini saya baru mau kesana,” ucap Daniel yang kemudian bergegas pergi. Niki mengernyitkan keningnya. “Orang yang tadi bukan kenalan mu kan? Mungkin dia mendengar semuanya?” David terdiam selama beberapa waktu. Ia merasa pernah mendengar nama yang mirip, tapi pria tampan itu tidak bisa mengingatnya. “Aku tidak punya kenalan yang namanya Dani, dari seragamnya mungkin dia pekerja di resort ini.” Wanita yang duduk
Read more
Masa Lalu David 4
Setelah kemarin bertemu dengan teman-teman David, Erin menemui Niki seperti yang dijanjikan sebelumnya. Gadis itu menyarankan bar EL Noir sebagai tempat pertemuan tersebut. “Hai kak Niki, maaf aku datang terlambat, kelas ku selesai lebih lama.” Niki menoleh dengan gelas yang masih di tangannya. “Tidak apa, aku juga jadi lebih bisa menyiapkan diri.” ‘Menyiapkan diri?’ tanya Erin dalam hati. Suasana bar itu tidak ramai seperti biasanya, bahkan hanya ada Niki yang duduk di kursi bar pada bagian depan. Erin ikut duduk di samping Niki lalu memesan minuman. Niki sempat melirik sebentar lalu meneguk minumannya sendiri. Wanita bermata hazel itu mengagumi paras Erin dan sikapnya yang tenang. Ia sudah mencaritahu tentang gadis itu dan merasa iri dengan putri satu-satunya konglomerat yang disebut salah satu orang terkaya di kota tersebut. “Apa tidak apa membicarakannya disini? Atau kak Niki mau tempat yang lebih sepi? Disini ada ruangan lain juga untuk pertemuan,” ucap Erin memastikan. “
Read more
Penawaran Lain
“Erin, aku ingin bertemu dengan mu.” “Ada apa tiba-tiba?” Perempuan bermata coklat menatap ke arah Niki yang tampak tidak peduli. Ia bangkit lalu menjauh beberapa langkah. “Ada yang ingin ku bicarakan.” “Apa tidak bisa dibicarakan lewat telfon saja, kak Dani?” “Apa kamu sesibuk itu atau kamu sedang menghindari ku?” Apa yang dikatakan Daniel memang benar. Erin saat ini sedang menghindar bertemu laki-laki lain untuk menghindari rumor. “Kak Dani kan tau, aku akan menikah, tidak baik kalau aku bertemu lawan jenis berdua saja… .” “Erin, aku tau pernikahan mu itu hanya kontrak… ,” ucap Daniel yang sudah tidak sabar mengulur waktu. Mata Erin terbelalak. “Apa?” “Aku tidak sengaja mendengarnya, karena itu ayo bertemu.” Tangan Erin mengepal. Ia merasa semuanya menjadi berantakan. “Aku tidak bisa menemui kak Dani sekarang.” “Kenapa?” “Aku sedang bertemu teman.” “Kamu bisa bertemu tem
Read more
Rasa yang Tertinggal
Esoknya…..“Kamu daritadi nunggu disini?” tanya David yang baru saja tiba di depan rumah Erin.“Iya, sekalian hirup udara pagi, lalu aku tadi dapat kabar kalau kelas pagi ini dibatalin.”David mengernyitkan keningnya. “Kalau gitu mau keliling aja sekalian sarapan?”“Boleh,” jawab Erin sambil menguap.“Kamu tidur jam berapa? Pagi begini masih ngantuk.”David membukakan pintu mobil untuk Erin. Gadis itu masuk masih dengan ekspresi mengantuk.“Aku nggak bisa tidur.”“Kenapa? Apa terkait yang mau kamu omongin tapi nggak jadi kemarin itu?”Erin mengangguk, ia terlihat sedang berpikir keras. “Ada orang lain yang tau pernikahan kontrak itu.”David tampak kaget tapi berusaha tetap fokus menyetir.“Kamu memberitahu seseorang?”Ekspresi gadis bermata coklat itu tampak kesal. “Dia bilang nggak sengaja dengar waktu mas David ngobrol sama kak Niki soal itu.”Pria tampan tersebut mengernyitkan keningnya. Mencoba mengingat saat ia membicarakan hal tersebut dengan Niki ketika di resort.“Waktu itu
Read more
Hambatan
Nathan dan Emmy menjadi sering terlihat bersama akhir-akhir ini. Mereka kadang bertemu tanpa sengaja saat sedang ada di gazebo taman fakultas. Setelah percakapan terakhirnya dengan Nathan, Emmy merasa bersalah. Ia bisa sedikit memahami perasaan laki-laki itu. Ia mengerti rasanya dibenci hampir semua orang dan kehilangan semua hal karena kebodohan diri sendiri. Emmy bukannya membela Nathan yang telah melakukan kesalahan seperti dirinya. Empatinya yang muncul secara alami dan perlahan itulah membuatnya merasa harus bersikap baik ke Nathan. Keduanya pun jadi sering mengobrol meski berjauhan. Pembicaraan singkat yang membahas materi kuliah atau tentang game membuat mereka dekat secara alami. Lambat laun pembicaraan mereka mulai membahas tentang kenangan masa lalu. Sesekali tertawa bersama dan sesekali sedih bersama meski status pertemanan mereka pun tidak jelas. Emmy dan Nathan tertawa lepas bersama saat membahas kebodohan di masa lalu. Kejadian itu lah yang sempat dilihat oleh Erin
Read more
Mulai Terganggu
Seperti yang sudah diduga oleh Emmy, kedekatannya dengan Nathan menjadi bahan pembicaraan. Banyak orang yang mengira keduanya menjalin hubungan spesial.Kabar tersebut sampai di telinga Erin dan membuatnya kembali merasa tidak senang. ‘Kenapa masih ada yang mau dekat dengannya padahal dia sudah melakukan hal buruk?’Erin menjadi tidak fokus dan merasa terganggu saat mengingat Nathan yang tampak biasa saja dan malah terlihat bahagia. “Erin?”Tatapan mata Erin memang melihat ke arah buku di depannya, namun ia sedang memikirkan hal lain hingga tidak mendengar saat dosen memanggilnya. ‘Apa Nathan mendekati gadis itu?’“Erina Kiana!”Jessie langsung menepuk tangan Erin pelan untuk menyadarkannya dari lamunan.Erin menoleh dengan ekspresi bingung. Ia berucap pelan, “ada apa?”Jessie memberi kode dengan melirikan matanya ke arah depan, ia tidak berani mengucapkan apa pun karena sedang diawasi. Erin pun menoleh lalu mendapati dosen yang sedang mengajar tampak marah.Gadis itu bisa dengan cep
Read more
Permintaan Niki
-Beberapa hari kemudian...- . . “Kamu akan kembali ke Perancis hari ini?” “Iya bu, urusan Niki disini sudah selesai.” Amelian tampak sedih mendengar perkataan Niki tersebut. “Apa kamu nggak bisa disini lebih lama? Ibu masih kangen… ,” ucap Amelian setengah memohon. “Aku inginnya begitu tapi aku tetap harus kembali. Nicho juga mulai sering menanyakan ku, sepertinya aku terlalu lama jauh darinya.” “Seharusnya kamu bawa dia juga kesini.” “Aku tidak bisa melakukan itu, bu.” “Ibu mengerti kok, tadi itu hanya bercanda,” ucap Amelian memaksa tersenyum. “Niki akan datang lagi saat pernikahan David nanti," ucap Niki mencoba menghibur. Suasana menjadi hening, ekspresi Amelian berubah tidak nyaman setelah mendengar kalimat tersebut. Niki merasa heran saat melihat wajah wanita paruh baya itu. “Ibu kenapa?” tanya Niki memastikan. “Ibu sebenarnya tidak setuju dengan pernikahan David,” ucap Amelian jujur dengan ekspresi sendu. “Kenapa begitu? Bukannya ibu sudah merestui?” Wanita paru
Read more
Perhatian
Erin terdiam di meja kerjanya dengan tatapan kosong. Ia merasa telah mengusahakan banyak hal untuk mengalihkan pikiran dan rasa sakit yang masih belum hilang itu, tapi semua seolah percuma. Gadis itu merasa tidak adil karena orang yang menyakitinya terlihat baik-baik saja. Padahal ia berusaha banyak, tapi sampai saat ini ia tidak tahu cara mengobati luka hatinya. ‘Kenapa orang mudah sekali meminta move on? Kenapa mereka nggak memberitahu ku caranya?’ keluh Erin dalam hati. Matanya terpejam selama beberapa waktu. Entah kenapa ia merasa semakin tidak tenang karena mendekati hari pernikahannya walaupun semuanya sudah diperiksa dan disiapkan. Hatinya terasa penuh luka tapi disaat yang sama terasa kosong. /Tok..tok…/ Suara ketukan pintu itu membuyarkan lamunan Erin. “Ya? masuk…” Milley masuk dengan ekspresi datar seperti biasa. “Pak David datang ingin menemui, nona.” “Oh aku lupa memberitahu, kalau ada mas David datang langsung persilakan masuk aja.” “Baik.” Milley keluar lalu ta
Read more
Istirahat
Erin terbangun setelah hampir 4 jam tertidur. Ia mengerjapkan matanya beberapa kali. Sakit kepalanya sudah hilang dan sekarang ia merasa lebih segar. ‘Sepertinya aku kurang istirahat dan terlalu banyak pikiran,’ gumam Erin dalam hati. Gadis bermata coklat itu menyentuh dahinya. Ia mengangkat sapu tangan berwarna hitam tersebut. “Mas David pakai ini untuk mengompres?” Tatapan mata gadis itu beralih ke baju yang dipakainya. Ia mengernyitkan keningnya tapi tidak mengatakan apa pun. Klek… “Oh, kamu udah bangun?” Gadis itu menatap ke arah ayahnya dengan ekspresi bingung. “Papa baru pulang?” “Iya, ada beberapa hal yang harus papa periksa langsung. Gimana keadaan mu?” “Erin udah sehat kok, maaf papa kerjanya jadi semakin banyak.” Harsano mengelus kepala putrinya. “Kamu jangan memaksakan diri kalau sedang sakit. Kita kan udah sepakat buat jaga kesehatan masing-masing… .” Erin terdiam, ia memang sudah berjanji untuk menjaga kesehatan dan langsung periksa begitu merasa sakit yang tid
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status