All Chapters of Nikah Kontrak Dengan Kakaknya Mantan Untuk Balas Dendam: Chapter 51 - Chapter 60
119 Chapters
Jarak
“Mas David… .” David menoleh ke arah sumber suara. “Ada apa?” Nathan mendekat lalu duduk di seberang David. Tatapan matanya tampak ragu, gerak tubuhnya tampak tidak tenang. “Aku nggak sengaja dengar, Erin mau makan malam disini?” “Ya, rencananya akhir pekan ini jika ibu nggak keberatan, dia akan datang bersama ayahnya,” ucap David menekankan. “Apa aku perlu pergi saat hari itu?” tanya Nathan tanpa memandang ke arah lawan bicaranya. “Memangnya kenapa?” “Mas David dulu pernah bilang supaya aku nggak terlalu sering muncul di hadapan Erin, aku udah melakukan itu… Jadi kalau memang perlu, aku nggak akan ikut makan bersama.” Suasana menjadi hening selama beberapa waktu karena David tidak langsung menjawab ucapan adiknya. Pria bermata coklat itu mengamati Nathan yang masih tertunduk menunggu jawaban. “Karena ini makan malam bersama, tentu saja kamu harus ikut.” Nathan langsung memandang David dengan ekspresi senang. “Beneran?” “Ya,” balas David yang kemudian langsung mengalihkan
Read more
Distraksi
Jam digital di atas meja sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi Erin masih terjaga di beranda usai pulang dari makan malam bersama keluarga David. Pandangan matanya menatap ke arah langit tanpa bulan dan bintang. Ia merasakan hal aneh setelah melakukan semua hal yang direncanakannya. Ada perasaan senang dan juga sedih di saat yang sama. ‘Bagaimana mungkin itu bisa terjadi?’ “Apa kamu nggak bisa menahan diri sedikit di depan ayah dan ibu ku?” Erin menoleh lalu mendapati suaminya sudah berdiri sambil mengenakan jaket. “Memangnya apa yang ku lakukan?” “Kamu masih bertanya?” “Aku hanya menolak satu buah karena sedang ingin makan buah lainnya,” balas Erin membela diri. “Kamu melakukan itu dengan sengaja untuk melihat reaksi Nathan kan?" Tatapan mata Erin beralih ke arah lain, ia menghela nafas panjang tanpa menjawab. “Aku nggak keberatan kamu melakukan itu jika tidak ada ayah dan ibu, aku hanya nggak mau mereka melihat kamu sengaja melakukan itu,” ucap David lagi. Ekspresi David
Read more
Keraguan
“Erin…” Perempuan yang merasa dipanggil namanya itu menoleh. Ia tampak kaget tapi segera mengendalikan ekspresinya. “Mas David sudah selesai urusannya?” Erin segera bangkit lalu mendekat ke arah David dan memeluknya. Pria tampan berkumis tipis itu segera memahami maksud Erin. “Maaf kalau aku membuat mu menunggu lama.” Tatapan mata David beralih ke arah Daniel yang juga melihat ke arahnya. Namun kedua pria tersebut tidak mengatakan apa-apa. “Ayo pulang,” ucap Erin pelan. Perempuan bermata coklat itu mengalihkan pandangannya ke arah Daniel. “Kak Dani, aku pulang dulu.” Daniel tersenyum. “Ya, hati-hati di jalan, mas David juga…” David menatap Daniel dengan ekspresi datar kemudian mengangguk. Ia menitipkan kunci mobilnya kepada Alen yang baru saja muncul lalu segera berbalik saat Erin menarik lengannya untuk segera pergi dari tempat itu. Selama perjalanan pulang, pasangan tersebut terdiam dalam waktu lama dengan pikirannya masing-masing. Erin hanya memandangi jalanan yang mulai
Read more
Kesepakatan Lain
“Penawaran apa?” David terdiam sejenak memandangi kopi di gelasnya lalu kembali melihat ke arah Daniel yang tampak serius menunggu jawaban darinya. “Saya tidak keberatan jika kamu mendekati Erin.” Suasana menjadi hening sejenak setelah David mengucapkan kalimat itu. Daniel memandang ke arah pria di seberangnya dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Ada kemarahan yang bercampur dengan rasa senang. Pikirannya mencoba menebak apa yang telah terjadi sehingga David mengatakan penawaran seperti itu kepadanya. “Apa Erin mengatakan sesuatu kepada anda?” “Tidak, dia tidak mengatakan apa pun, tapi saya bisa melihat dia lebih nyaman berbicara banyak hal kepada mu.” ‘Melihat? kapan?’ tanya Daniel dalam hati dengan ekspresi bingung. Daniel membenarkan posisi duduknya. “Saya masih tidak mengerti dengan maksud anda, apa Erin mengetahui ini?” “Saya baru akan memberitahunya jika kamu menerima ini beserta syarat yang ada.” Pria muda itu menghela nafas panjang. “Boleh saya tau lebih dulu alasa
Read more
Pergantian Waktu
Pada pergantian tahun, hujan turun dengan deras saat sore hari lalu berhenti menjelang malam. Meski begitu, banyak orang tetap antusias menyambut tahun baru. Hubungan Erin dan David masih terlihat mesra di depan banyak orang, tapi sebenarnya keduanya saling menjaga jarak dan hanya bicara seperlunya saat sedang berdua setelah pembicaraan waktu itu. Perempuan bermata coklat itu merasa kecewa dengan tindakan David yang membuat kesepakatan lain dengan Daniel. “Aku akan pulang pagi,” ucap Erin sambil merapikan jaketnya. “Perlu ku jemput setelah acaranya selesai?” “Nggak, cukup antar saja, mungkin aku akan diantar pulang Livi atau Jessie.” David mengangguk dan tidak bertanya lagi. Ia mengambil kunci mobilnya begitu melihat Erin sudah siap. Erin akan menghabiskan pergantian tahunnya dengan teman-teman jurusan. Acara bakar-bakar tersebut memang menjadi rutinitas yang selalu diselenggarakan oleh beberapa kelompok orang dari berbagai jurusan. Selama perjalanan menuju tempat acara, Erin
Read more
Tanda
‘Kenapa Daniel menatapnya dengan ekspresi seperti itu?’ Nathan terdiam di tempatnya dengan raut wajah bingung. Ia hanya mengamati tanpa berani mendekati kedua orang tersebut. Pembicaraan di antara Erin dan Daniel memang tidak didengar oleh Nathan. Namun ia paham betul arti dari tatapan dan ekspresi tersebut. Firasatnya mengatakan ada yang aneh, tapi ia tidak ingin asal berasumsi tentang apa yang baru saja dilihatnya. Pria bermata hitam itu berusaha lebih mendekat lagi dengan hati-hati. “Apa aku boleh meminta sesuatu?” “Tergantung apa yang kak Dani minta.” “Sekali aja, apa kamu bisa luangin waktu untuk ku? Setelah itu aku nggak akan berusaha lagi.” ‘Luangin waktu? Berusaha lagi?’ tanya Nathan dalam hati. Percakapan dua orang tersebut mulai terdengar samar karena suasana yang semakin ramai. Nathan berusaha mendekat lagi tapi Erin tiba-tiba menoleh. “Ada apa?” Ekspresi Erin berubah. “Nggak, kayaknya kita pergi terlalu lama, nanti Jessie dan Livi malah nunggu.” “Aku hampir lup
Read more
Ombak
“Kenapa pagi-pagi kamu menyuruh ku datang ke rumah, Nathan?” David berkunjung ke kediaman orang tuanya karena tiba-tiba sang adik menghubunginya dan berkata ada hal penting yang ingin ditanyakan. Laki-laki bernama Nathan itu memandang kakaknya dengan ekspresi menyelidik. “Bagaimana hubungan mas David dengan Erin?” Pria di seberang Nathan itu mengernyitkan keningnya. ‘Kenapa dia tiba-tiba bertanya begitu?’ “Baik, memangnya kenapa?” “Mas David nggak bertengkar dengannya?” Dahi David mengernyit. “Nggak, setelah dari acara dengan teman-temannya, dia pulang lalu mengobrol banyak hal dengan ku sampai pagi, hubungan kami sangat baik.” Ekspresi Nathan yang semula tampak serius berubah menjadi lebih tenang. ‘Kalau begitu mungkin Daniel menyukai secara sepihak?’ gumam Nathan dalam hati. “Sebenarnya kenapa kamu bertanya begitu?” “Aku hanya khawatir kalau mas David menyakiti Erin.” “Aku nggak mungkin melakukan itu.” Suasana ruang keluarga tersebut menjadi hening selama beberapa waktu
Read more
Penenang
Banyak orang berkata waktu bisa menyembuhkan segalanya, tapi Erin tidak merasa begitu. Luka hatinya masih terasa sama dan semua kejadian yang dilihatnya seperti baru terjadi kemarin. Walaupun ia sudah melakukan semua hal yang menurutnya bisa meredakan rasa sakitnya, semua tetap tidak pernah cukup. Kontra perasaan dan pikirannya terkadang memang membuat Erin bingung. Sakit hati yang ia rasakan tidak menghalangi pikirannya untuk mengingat semua kenangan bersama Nathan. Hal tersebut kadang membuatnya merasa lelah dan bingung. Meski sudah melakukan balas dendam, ia tidak puas dan merasa masih ada hal yang menganggunya. Erin menghela nafas panjang sambil memegangi dokumen dengan raut wajah lelah. Hari ini pertemuannya dengan perwakilan perusahaan yang biasanya menjadi tempat produksi furniture S&L tidak berjalan lancar. Proposal lanjutan yang diajukan Erin ditolak karena kelalaian Erin dalam menyusun dan mempresentasikannya. Untuk pertama kalinya Erin mendapat perkataan pedas karena
Read more
Terjebak waktu
“Mas David ini–“ Ucapan pria bermata hitam itu terhenti setelah melihat David dan Erin yang sedang duduk sangat dekat. Nathan segera mengalihkan pandangannya ke arah lain. David langsung menurunkan tangannya dengan gugup lalu bangkit dari tempat duduknya. “Oh kamu sudah kembali?” Nathan mencoba mengendalikan ekspresinya. “Ya, ini hasil pertemuan tadi baru aja diprint mas Denis.” Erin terdiam di tempatnya, ia hanya memandangi David dan Nathan secara bergantian tanpa mengucapkan apa pun. “Kerja bagus,” ucap David memuji hasil kerja adiknya. “Kamu sekarang ikut kerja disini juga, Nathan?” tanya Erin tiba-tiba. Pria bermata hitam itu tampak canggung. “Iya, aku mau memanfaatkan waktu ku lebih baik dan belajar secara langsung.” Tatapan mata keduanya bertemu tapi Nathan langsung mengalihkan pandangannya. “Aku permisi dulu, mas David, Erin.” Perempuan yang sejak tadi duduk di sofa itu mengangguk sedangkan David ikut keluar dari ruangan tersebut. Suasana ruang kerja itu menjadi heni
Read more
Retak
Erin terbangun setelah sinar matahari mulai masuk melalui jendela kamar. Matanya mengerjap beberapa kali dan ia berusaha mengumpulkan kesadarannya. Setelah menyadari ia tidur di ranjang, Erin tampak bingung. ‘Apa mas David memindahkan ku?’ Tangan Erin menyentuh bagian samping kanan ranjangnya kemudian tatapannya beralih ke sekeliling lalu berhenti pada jam digital di atas meja. /klek…/ Pintu kamar itu terbuka, David masuk dengan kaos yang basah oleh keringat. Ia baru saja selesai olahraga pagi. “Oh kamu sudah bangun? Aku nggak membangunkan mu karena sepertinya kamu kelelahan.” “Mas David memindahkan ku semalam?” “Ya… .” “Ehmm, tidur di sofa tidak nyaman, aku nggak keberatan kalau mas David juga tidur disini,” ucap Erin ragu. David mengernyitkan keningnya. “Kamu nggak perlu memaksakan diri.” “Nggak, aku terlalu banyak merepotkan… .” Pria bermata hitam itu mengalihkan pandangannya. Ia menahan diri untuk mengiyakan ucapan Erin. “Aku mandi dulu,” ucap David yang kemudian langs
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status