Semua Bab Nikah Kontrak Dengan Kakaknya Mantan Untuk Balas Dendam: Bab 61 - Bab 70
119 Bab
Kacau
“Ayolah David, aku hanya menagih janji ku. Lagi pula pernikahan mu dengan Erin hanya kontrak, kenapa kamu begitu membelanya?” Pria bermata coklat itu menatap Niki yang tampak serius dengan ucapannya. “Bukannya aku sudah bilang kalau aku mencintainya?” Niki tertawa lalu mengalihkan pandangannya. “Aku tau kamu hanya berpura-pura.” “Aku nggak berpura-pura.” “Aku tau alasan kamu membantunya bahkan rela menikah kontrak dengannya,” ucap Niki pelan. David terdiam di tempatnya sambil memijat dahinya. Ia bisa mengetahui Niki sangat serius dengan ucapannya dan wanita itu memang tidak pernah bicara omong kosong kepadanya. Ekspresi Niki melunak saat melihat David yang tampak kesulitan. “Maafkan aku, aku hanya ingin mencoba memperbaiki semua. Aku ingin kembali seperti dulu, Nicho lebih baik memiliki sosok ayah seperti mu.” Pria bermata coklat itu ingin bertanya tentang maksud perkataan Niki tapi suara teriakan Amelian dari lantai dasar membuat keduanya kaget. Pria bermata hitam itu melihat
Baca selengkapnya
Situasi sulit
“Aku sudah diberitahu kak Niki… .” Erin menyandarkan punggungnya di sofa sambil menatap ke arah David yang baru saja selesai mandi pada sore itu. “Aku belum sempat memberitahu mu karena ada pekerjaan yang nggak bisa ku tinggalkan hari ini.” Pandangan keduanya bertemu tapi Erin segera mengalihkan tatapannya ke arah lain. Ada keraguan yang tersirat dari matanya. “Nggak apa-apa, lagi pula kak Niki udah mengatakannya… .” David mencoba mengamati wajah Erin. Ekspresi tenang perempuan itu berbeda dengan tatapan matanya. “Apa kamu keberatan?” tanya David setelah beberapa waktu terdiam. “Nggak, malah aku merasa sejak awal seharusnya memberinya kesempatan.” Pria bermata hitam yang sedang mengeringkan rambutnya itu mengernyitkan keningnya. Setelah mendengar perkataan Erin, ia yakin bahwa istri kontraknya tersebut sudah mengetahui perasaan Niki. “Aku udah berpesan ke kak Niki untuk berhati-hati, jadi aku harap mas David juga melakukan hal yang sama.” Erin mengatakan hal tersebut tanpa m
Baca selengkapnya
Arah yang berubah
‘Kenapa dia ada di tempat seperti ini? Lalu siapa wanita itu?’ “Kenapa Dan?” tanya Erga yang bingung melihat temannya menghentikan langkah. “Nggak ada apa-apa, salah lihat orang,” jawab Daniel asal yang kemudian langsung menarik temannya menjauh. Ia tidak ingin David mengetahui keberadaannya. Pria tampan itu juga tidak ingin temannya melihat apa yang ia lihat meski ia sendiri tidak yakin ada yang mengenal David. “Kan udah gue bilang nggak bakal ada kenalan kita yang akan ke tempat ini,” ucap Erga sambil tertawa. Daniel tidak membalas ucapan temannya karena ia sedang sibuk memikirkan berbagai kemungkinan dari apa yang baru saja dilihatnya. ‘Kenapa mas David bersama wanita lain di tempat ini saat jam segini? Tapi sepertinya aku pernah lihat wanita itu…,’ ucap Daniel dalam hati. Pria dengan potongan rambut pendek itu sebelumnya sudah menyerah mendekati Erin dan menghormati keputusan perempuan itu. Meski masih kesulitan mengatur perasaannya, ia tidak lagi berusaha memaksakan diriny
Baca selengkapnya
Hati yang tidak berubah
“Kok bisa ya kak Nathan dorong cewek sampai jatuh begitu?” ucap perempuan berambut pendek dengan suara pelan. “Itu Emmy kan? Mereka tuh pacaran nggak sih?” sahut perempuan berjaket jeans. “Ada yang bilang mereka cuma teman, tapi ada juga yang bilang mereka pacaran sih." "Berarti pertengkaran antara pasangan? Tapi nggak perlu sampai dorong gitu lah.” Erin menatap kedua perempuan yang baru masuk perpustakan itu dengan tatapan tajam, tapi ia tidak mengatakan apa pun. Kedua perempuan yang merasa dipandangi oleh Erin itu pun langsung menghentikan percakapannya lalu melangkah menuju tempat duduk di ujung ruangan. Keduanya masih berbisik sambil menatap Erin. “Kenapa rin?” tanya Livi tiba-tiba. “Nggak, cuma heran aja kenapa banyak orang suka bergosip,” jawab Erin pelan. “Kan seru,” sahut Jessie sambil tertawa kecil. Walau jarang ikut membicarakan gosip, ia cukup senang menjadi pendengar untuk gosip yang banyak dibicarakan. Perempuan bermata coklat itu kembali fokus mengerjakan tugas
Baca selengkapnya
Perasaan yang berubah-ubah
David baru saja datang ketika Erin sedang membaringkan tubuhnya di sofa dengan tetapan kosong ke arah langit-langit kamar. Perempuan itu tidak bergerak meski David memasuki ruangan itu. Tatapan matanya seolah memandang ke tempat yang jauh dan pikirannya sedang tidak ada di tempat. Ekspresi yang menunjukkan pemiliknya sedang berpikir keras itu dipandangi David dalam waktu lama. ‘Apa yang sedang dia pikirkan sampai tidak sadar aku datang?’ tanya David dalam hati. Pandangan pria bermata coklat itu beralih ke jam di atas meja dekat tempat tidur. Ia menghela nafas lalu segera pergi ke kamar mandi. Erin masih pada posisi yang sama bahkan setelah David selesai mandi dan hal tersebut membuat pria itu merasa heran. Meski awalnya tidak ingin menganggu kegiatan perempuan itu, ia justru merasa terganggu melihatnya yang tidak seperti biasa. Langkahnya mendekat ke arah Erin perlahan, lalu diletakannya kaleng minuman yang baru saja ia ambil dari lemari pendingin. Kesadaran Erin kembali sepenu
Baca selengkapnya
Sikap yang mencurigakan
Malam yang dinantikan Nathan tiba. Ia bersiap lebih awal sambil memikirkan susunan kalimat yang ingin dikatakan kepada Erin. “Kamu baik-baik saja?” tanya Amelian setengah berbisik. Ia sejak tadi mengamati ekspresi putranya yang tampak sedang memikirkan banyak hal. Pria bermata hitam itu tersenyum. “Aku baik-baik saja, bu.” Ucapannya penuh dengan keyakinan dan Amelian bisa melihat hal tersebut dengan jelas. Pandangan mata semua yang sedang duduk mengitari meja itu beralih ke arah David dan Erin yang baru saja datang. Erin memakai gaun hitam panjang dengan lengan pendek. Ia tampak lebih menawan dengan penataan rambut yang diikat pada bagian samping telinga sebelah kiri. “Maaf kami terlambat,” ucap David yang kemudian duduk disusul oleh Erin. “Nggak terlambat kok, masih ada satu lagi yang akan datang,” jawab Amelian sambil tersenyum. Dahi David mengernyit, ia mengamati sekeliling meja itu tapi merasa semua yang sudah seharusnya hadir telah lengkap. Tidak lama kemudian seorang wa
Baca selengkapnya
Hujan
Akhir pekan itu hujan turun dengan deras sejak pagi. Erin terdiam di kamarnya sambil menatap tetesan hujan yang mengenai jendela. Semua berlalu tanpa pembicaraan yang jelas dan perempuan bermata coklat itu merasa tidak tenang dengan ketidakpastian yang ada. Sudah satu bulan ini sikap Nathan kepadanya semakin baik tapi tetap dalam batas yang wajar. Hanya saja cara pria itu menatap membuat Erin merasa terganggu. Erin sudah mencoba menanyakan hal itu langsung kepada Nathan tapi mantan kekasihnya tersebut selalu mengalihkan pembicaraan. ‘Apa dia beneran udah move on dan berubah seperti yang dikatakan mas David?’ gumam Erin dalam hati. Pandangannya beralih ke arah jam digital di meja. Erin menghela nafas lalu memejamkan matanya. Ruangan tersebut terasa lebih sepi karena David sedang pergi. ‘Sepertinya aku udah terbiasa dengan kehadiran mas David… .’ Sejak kedatangan Niki, David memang pergi setiap hari menemui mantan istrinya tersebut, untuk memenuhi janji yang sudah terlanjur dikata
Baca selengkapnya
Berantakan
“Ada yang mau dibicarakan?” tanya Erin dengan ekspresi datar dan tatapan mata yang terlihat dingin. Sorot mata kedua orang tersebut bertemu, tapi Erin segera mengalihkan pandangannya ke kaleng minuman di atas meja lalu meraihnya. “Ya, bulan depan aku akan pergi ke Perancis mengunjungi Nicho…,” “Bersama Niki,” ucap Erin melanjutkan perkataan David. Pandangan David menyelidik ekspresi Erin. Perempuan tersebut tampak tenang dalam ekspresi datarnya, tapi ada nada kesal dalam ucapannya. “Lalu?” tanya Erin yang kemudian memandang ke arah David. “Aku hanya ingin memberitahu mu tentang itu…” Erin mengangguk kemudian kembali meraih makanan miliknya dan mengunyahnya perlahan. Suasana ruangan tersebut menjadi hening setelah keduanya saling terdiam dalam waktu lama. David bangkit dari tempat duduknya lalu melangkah pergi dari ruangan tersebut. Beberapa saat kemudian ekspresi datar Erin berubah menjadi sendu. Perempuan bermata coklat tersebut tetap melanjutkan mengunyah makanan yang ada d
Baca selengkapnya
Terbiasa
Setelah mendengar percakapan Nathan dengan Emmy waktu itu, setiap harinya Erin selalu bekerja lebih banyak untuk memikirkan inovasi yang bisa dilakukannya agar semuanya kembali membaik. David merasa khawatir saat melihat Erin berada di ruang kerja setiap hari hingga larut malam. Meski sudah menasehatinya agar tidur dengan cukup, perempuan tersebut tetap keras kepala dan melanjutkan kegiatannya. Erin memang tidak menceritakan semua hal kepada David, tapi pria itu mengetahui semuanya dari Harsano yang merupakan ayah mertuanya. Cerita yang didengarnya hanya tentang pemberhentian kerjasama dari beberapa mitra bisnis yang sudah terjalin sejak dulu. David belum mengetahui bahwa ada campur tangan dari pesaing Erin pada hal tersebut. Pria tampan yang sudah menjadi suami kontraknya itu juga sering menemaninya hingga larut malam. Walau hanya saling diam dengan kegiatan masing-masing, Erin selalu merasa lebih tenang jika ada David dalam ruangan yang sama dengannya. Walaupun Erin selalu meno
Baca selengkapnya
Kecewa
“David, sepertinya kita nggak bisa bertemu dulu…,” ucap Niki dengan suara tertahan seperti sedang menahan sakit. “Ada apa? Apa terjadi sesuatu?” “Tidak ada… .” David menghela nafas panjang. “Kamu dimana, biar aku kesana sekarang.” “Aku nggak bisa menemui mu… .” “Kalau kamu nggak mengatakannya, aku nggak bisa berjanji untuk ikut menemui Nicho.” Pria bermata coklat itu memejamkan matanya. Ia sebenarnya tidak ingin menggunakan Nicho untuk beralasan seperti itu. Namun firasat David mengatakan ada sesuatu yang terjadi kepada Niki. Niki terdiam selama beberapa saat lalu mengatakan lokasi tempat ia berada dengan suara terpaksa. David tahu, jika tidak memikirkan putranya, pasti wanita itu akan tetap merahasiakan keberadaannya. Setelah mengetahui tempat Niki berada, David langsung mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Beberapa kemungkinan mulai muncul dalam pikirannya. Sepuluh menit kemudian David sampai di sebuah hotel tempat Niki menginap. Ia terburu-buru melangkah menuju no
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
12
DMCA.com Protection Status